Pemaksaan New Normal, Kepentingan Siapa?

Oleh: Umi Jamilah (Aktivis Muslimah)

Dunia

Semakin hari kerusakan banyak terjadi

Ulah manusia yang tak tahu diri

Ketika akal tak berarti

Yang terjadi kesusahan diri

Curahan hati ini sebagai wakil perasaan terhadap apa yang terjadi. Di saat pandemi covid-19 masih bertebaran, coronavirus jenis baru telah ditemukan pada manusia di Wuhan Cina. Virus baru ini diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2) dan menjadi penyebab penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). 

Covid-19 sudah tinggal di Indonesia hampir 9 bulan lamanya, termasuk di wilayah Medan. Angka Penyebaran virus Covid-19 di Medan semakin tinggi. Data melalui Satgas Covid-19 Kota Medan, Pada hari Senin, (3/11) bahwa pasien yang terkonfirmasi Covid -19 sebanyak 6.905 Orang, Suspek 325, Sembuh 5.224 dan 302 meninggal dunia. Zulhelmi Hasibuan mengatakan, Dalam melakukan pencegahan penyebaran virus covid-19, Pemko Medan melakukan berbagai upaya antara lain terus melakukan edukasi dan sosialisasi Perwal No 27 Tahun 2020 tentang adaptasi kebiasaan baru ke sejumlah lapisan masyarakat atau disebut "New Normal Life". (posmetromedan.com, 04/11/2020).

Ibarat bertemu dengan singa, seharusnya menjauh namun malah disuruh mendekat. Sama halnya seperti orang yang sakit perut namun minum obat sakit kepala. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak sesuai dengan masalah pokoknya. Seharusnya rakyat diperintahkan tetap di rumah dan tidak melakukan aktivitas di luar namun tetap memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

Di satu sisi jumlah pasien covid semakin meningkat, karena adanya aktivitas manusia yang terpaksa untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup. Yang jika tidak dipenuhi akan menyebabkan sakit bahkan kematian. Namun di sisi lain pemerintah tidak memenuhi kebutuhan dasar hidup, namun malah sibuk mensosialisasikan new normal life. Rakyat disuruh untuk beraktivitas seperti biasa dengan menggunakan protokol kesehatan. Padahal keadaan belum normal dan masih rentan terjangkit virus.

Ini adalah bentuk pemaksaan terhadap masyarakat yang situasinya akan sulit ditanggulangi karena berdiri pada asas kapitalisme.  Pemaksaan new normal life di Medan harus dikritisi. Wajar masyarakat curiga, diduga ada banyak kepentingan yang dimainkan. Apalagi akhir-akhir ini dekat dengan agenda politik (pilkada) dan kepentingan para kapital agar ekonominya tidak mandeg (berhenti). Adanya perlakuan antar bidang-bidang pokok tidak berimbang seperti sektor ibadah dan pendidikan masih dibatasi karena covid, namun pilkada dan perdagangan terus digelar. 

Sejatinya, kapitalisme telah gagal memutus rantai penularan secara efektif. Terilhat dari kebijakan lockdown yang tidak tertangani dengan baik. Rakyat disuruh tetap berada di rumah tanpa adanya pemenuhan kebutuhannya. Lockdown sendiri adalah penguncian terhadap berbagai aktivitas pada sektor apa pun.

Ini akan menjadikan krisis ekonomi karena terhentinya perputaran roda ekonomi dan akan merugikan para kapital. Sehingga mereka ingin mengagendakan New Normal agar roda ekonomi segera berputar kembali. New Normal pun akhirnya dipaksakan kepada masyarakat walaupun rakyat harus menjadi korbannya. Inilah wajah asli dari sistem kapitalisme yang hanya mementingkan ekonomi tanpa sedikit pun ada rasa kemanusiaan.

Untuk mengakhiri sistem yang rusak ini, butuh sebuah sistem yang benar dengan dasar kokoh yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta alam ini. Maka dari itu seharusnya manusia mengikuti solusi yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta melalui Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan di mintai pertanggungjawabannya terhadap apa yang dipimpinnya."(HR. Bukhari).

Menjadi seorang pemimpin harus sekuat tenaga dalam menjaga amanah. Yaitu menjaga nyawa manusia yang harus diselamatkan. Rasulullah SAW bersabda, "Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak."(HR. An-Nasa"i dan At-Tirmidzi).

Dalam islam, nyawa manusia harus diutamakan. Maka untuk mengatasi pandemi ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan.

Pertama, menentukan tes bisa dengan rapit tes atau swab tes. Jika positif covid maka harus diisolasi dan diobati. Kemudian dilanjut dengan tresing, yaitu menelusuri siapa saja yang melakukan kontak dengan korban, dan memisahkan yang sakit dari yang sehat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Pisahkanlah yang sehat dari yang sakit." ( HR Bukhari dan Muslim).

Kedua, pusat wabah harus ditutup. Masyarakat yang berada di daerah wabah tersebut tidak diperbolehkan keluar dan yang dari luar daerah tersebut dilarang masuk ke daerah wabah.ini bertujuan agar wabah tidak menyebar ke daerah lain. Dari kitab Sahih Muslim Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).

Ketiga, menjamin kebutuhan dasar rakyat. Kebutuhan dasar rakyat yang berada di daerah wabah harus dipenuhi oleh negara dengan penyaluran melalui daerah yang tidak terdampak wabah atau daerah produktif.

Keempat, merawat, mengobati dan melayani orang-orang yang terkena wabah. Dengan memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan seperti baju APD dan peralatan lain agar bisa merawat pasien dengan aman.

Kelima, menjaga wilayah lain yang tidak terdampak wabah agar tetap berproduktif menghasilkan kebutuhan pangan untuk bisa disalurkan ke daerah wabah.

Keenam, memperkuat dan meningkatkan kesehatan dengan memberikan fasilitas kesehatan dan obat-obatan yang mendukung.

Ketujuh, mendorong para ilmuan menemukan vaksin dengan cepat yaitu dengan menjalankan pemelitian terhadap virus tersebut  secara terus-menerus sampai ditemukan obatnya.

Demikian langkah-langkah yang bisa dilakukan. Apabila diamalkan, maka wabah akan cepat berakhir. Dan itu semua hanya bisa diterapkan dalam sistem islam secara kaffah melalui khilafah 'alaminhajin nubuwwah.

Wallahua'lam bishshowwab.

Posting Komentar

0 Komentar