Pilkada Tetap Lanjut Ditengah Pandemik

Oleh : Putri Irfani S, S.Pd (Pendidik dan Aktivis Muslimah Medan)

Covid-19 sudah menyebar tak terkendali di 34 provinsi  Indonesia, namun ternyata tingginya kasus Covid-19 tidak menyurutkan keinginan Pemerintah Indonesia untuk tetap mengadakan perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2020 pada Desember mendatang.

Sebanyak 38.727 orang Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan petugas ketertiban Pilkada Medan 2020 akan menjalani rapid test.

Pilkada serentak tahun ini adalah Pilkada dengan jumlah daerah terbanyak dengan jumlah 270 daerah. Pilkada menjadi momentum untuk memanaskan mesin politik menuju Pemilu 2024.

Setiap parpol akan habis-habisan mendorong para kadernya untuk menduduki kursi kepala daerah, karena semakin banyak kader sukses menduduki kursi kepala daerah, maka akan semakin mudah menyongsong Pemilu 2024.

Padahal, bayang-bayang covid-19 nyatanya masih bertahan dibenak-benak semua orang tak terkecuali penyelenggara pilkada. Namun hasrat kekuasaan lebih menggiurkan sehingga mampu membuat kabur bayang-bayang covid-19 tersebut. Terciptanya klaster baru pasca pemilu bukan kekhawatiran remeh-temeh , namun sistem saat ini tak punya pilihan lain sebab agenda dan misi telah tertumpuk dipundak mereka.

Ini membuktikan, kerapuhan demokrasi tidak bisa diperbaiki melalui penyelenggaraan pilkada dan pemilu. Memaksakan pilkada serentak di masa pandemi yang tak tentu seperti saat ini semakin menunjukkan bahwa demokrasi tak manusiawi.

Demokrasi hanya mementingkan kekuasaan dan acuh terhadap penanggulangan pandemi yang sudah menyebabkan kematian ribuan orang. Angka kematian hanya dianggap sebagai angka statistik.

Berbeda dengan sistem pemerintahan Islam. Islam menghargai nyawa manusia. Allah SWT berfirman, “…Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya…” (QS al-Maidah [5]: 32)

Fungsi pemimpin dalam Islam adalah mengurusi rakyatnya secara sungguh-sungguh dan melindungi rakyat, baik dari ancaman kelaparan, kemiskinan, termasuk penyakit (dalam hal ini kerawanan tertular virus berbahaya seperti Covid-19 ini).

Jadi, jika dibandingkan dengan sistem demokrasi, sistem Islam jauh lebih manusiawi karena mengutamakan keselamatan rakyat.

Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).

Dalam Hadis lain, “Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll).

Posting Komentar

0 Komentar