RCEP ALAT BARU PENJAJAHAN ASEAN DAN LIBERALISASI EKONOMI

Oleh: Habibah, A.M.Keb

Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Mendag RI) Agus Suparmanto menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu (15/10/2020). Proses penandatanganan perjanjian tersebut disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. (kompas.com)

Lima belas negara di Asia-Pasifik siap membentuk blok perdagangan bebas terbesar di dunia. Penandatanganan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) ini dilakukan pada pertemuan puncak regional di Hanoi. (kontan.co.id) 15 negara Asia Pasifik itu, yakni negara anggota ASEAN, ditambah Cina, Korea Selatan, Jepang, Australia dan Selandia Baru, dalam sebuah zona ekonomi baru.

RCEP yang digalang Cina menggeser zona perdagangan bebas usulan Amerika Serikat (AS) untuk kawasan Asia Pasifik yang dibatalkan oleh Presiden Donald Trump beberapa tahun silam. RCEP yang mewakili 30% Produk Domestik Bruto (PDB) global diyakini bisa menjadi langkah positif yang besar menuju liberalisasi perdagangan dan investasi.

Menurut Negara di kawasan ASEAN program ini akan sangat menguntungkan untuk kemajuan ekonomi pasca pandemic ini. Vietnam menyebut RCEP akan menyumbang 30% dari perputaran ekonomi global, 30% dari populasi global dan mencapai 2,2 miliar konsumen.

Ketika melihat pemberitaan diatas sesungguhnya ada beberapa hal yang harus kita garis bawahi. Program ini hanya akan menguntungkan beberapa negara saja, misal Cina. Karena menurut Cina perjanjian ini bisa menjadi mekanisme efektif untuk mendikte aktivitas perdagangan di Asia Pasifik, yang mengalami vakum setelah Presiden Donald Trump membatalkan keterlibatan AS dalam perjanjian dagang Kemitraan Trans-Pasifik (TPP). Sebab itu RCEP dinilai memberikan keunggulan bagi ambisi geopolitik Cina.

Seperti yang dilansir dari kontan.co.id juga,  bahwa RCEP dapat memperkuat posisi China sebagai mitra ekonomi dengan Asia Tenggara, Jepang dan Korea serta menempatkan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut pada posisi yang lebih baik untuk membentuk aturan perdagangan di kawasan.

Belum lagi iming-iming dari Cina yang mengatakan bahwa negara yang masuk RCEP akan mendapatkan pembagian vaksin dari Cina lebih dulu dibandingkan negara-negara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa konflik laut Cina Selatan pun mengarah kepada jalan damai. Karena dianggap sebagai jalan utama dan cepat untuk pemulihan ekonomi.

Sikap Indonesia pun sangat antusias dalam program RCEP ini, seperti yang dikatakan Agus yakin RCEP akan berubah menjadi sebuah Regional Power House.  “Indonesia harus memanfaatkan arah perkembangan ini dengan segera memperbaiki iklim investasi, mewujudkan kemudahan lalu-lintas barang dan jasa, meningkatkan daya saing infrastruktur, suprastruktur ekonomi dan terus mengamati sekaligus merespons tren konsumen dunia".(kompas.com)

Dan terlebih lagi Gagasan RCEP dicetuskan pertama kali oleh Indonesia kala menjadi pemimpin ASEAN pada 2011. Tujuan awal gagasan ini adalah mengonsolidasikan lima perjanjian perdagangan bebas (FTA) yang sudah dimiliki ASEAN dengan enam mitra dagangnya.    Untuk "menjual" konsep ini Indonesia melakukan diskusi terlebih dahulu mengenai pembahasan RCEP kepada 10 negara anggota ASEAN lainnya. Setelah semuanya setuju, konsep ini disampaikan pada lima negara mitra FTA ASEAN. Perundingan yang dilakukan oleh Kepala Negara dari 16 negara itu akhirnya melahirkan kesepakatan untuk meluncurkan RCEP pada 12 November 2012 di Phnom Penh, Kamboja. Indonesia akhirnya ditunjuk sebagai ketua Trade Negotiating Committee (TNC) RCEP pada 2013. Karena posisinya ini, pada 2018, Indonesia memberikan arahan dan target pencapaian kepada lebih dari 800 anggota delegasi yang terbagi ke dalam berbagai kelompok kerja dan subkelompok kerja. (kompas.com)  Sampai akhirnya RCEP resmi ditandatangani pada Minggu (15/11/2020). Penandatanganan itu merupakan hari bersejarah mengingat Indonesia menginisiasi kerja sama tersebut saat bertindak selaku Ketua ASEAN pada 2011. ( https://www.cnbcindonesia.com/)

Sikap Indonesia dan ASEAN menunjukan bahwa posisi mereka lemah. Selalu terombang ambing oleh Cina dan AS. Padahal Indonesia dan negara ASEAN lainnya punya kekuatan besar, SDA yang kaya dan melimpah, SDM juga banyak, yang mana tak perlu hegomoni asing. 

Andai saja ASEAN mempunyai kekuatan dan mempunyai ideologi yang benar dan kuat seperti Ideologi Islam, maka akan lahir sebuah kebangkitan yang hakiki. Karena pada dasarnya program RCEP ini bukan signal perbaikan ekonomi yang ada hanyalah penjajahan gaya baru dan liberalisasi ekonomi.

Saatnya ummat bangkit dengan tegaknya Islam kaffah, karena hanya dengan inilah semua permasalahan akan bisa diatasi.

Posting Komentar

0 Komentar