REVOLUSI AKHLAK SEBAGAI SIMBOL KERINDUAN UMAT AKAN KEADILAN

Oleh : Iim Kamilah

Habib  Rizieq Shihab (HRS)  yang baru saja pulang ke indonesia setelah kurang lebih 3 tahun menetap di Arab Saudi mendapatkan sambutan  yang luar biasa dari Umat Islam. Sambutan ini terlihat sejak malam sebelum kepulangannya, antusias masa membludak membanjiri markas Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan Jakarta pusat. Tak hanya di Petamburan, sejumlah masa bahkan berbondong-bondong menjemput HRS ke Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Hingga mempengaruhi sejumlah jadwal penerbangan dan aktifitas masyarakat. Menanggapi hal ini, Sekretaris Umum (sekum) Front Pembela Islam (FPI) Munarman menilai bahwa hal demikian merupakan representasi simbol kerinduan umat akan keadilan. Ia menuturkan, " bahwa antusias sambutan umat yang luar biasa itu bukan sekedar perasaan cinta secara personality, tapi ini adalah representasi simbol kerinduan umat akan keadilan". Menurutnya inilah yang menjadi alasan umat begitu antusias menyambut HRS "Itu yang selama ini dirasakan oleh umat bahwa mereka sedang mengalami ketidakadilan dan sedang mengalami kedzaliman" ujarnya dalam acara Fokus: kedatangan HRS Kemana Arah Perjuangan Umat ? di kanal youtube Fokus Khilafah channel, Ahad (15/11/2020) di kutip dari mediaumat.news .

Pada saat kepulangan tersebut, setibanya di Markas FPI selepas ba'da Dzuhur, HRS langsung menyampaikan orasinya di hadapan masa. Ia menyinggung soal revolusi akhlak, berdoa agar indonesia bebas dari virus Covid-19 dan soal pemimpin dzalim. Dalam sebagian orasinya dengan lantang ia menyampaikan "Kepulangan saya tidak lain dan tidak bukan, saya ingin berkumpul kembali dengan umat Islam di Indonesia agar bisa berjuang bersama dengan umat indonesia".

"Maka itu kepulangan kali ini tidak lain dan tidak bukan saya serukan dan ajak kepada seluruh umat Islam Indonesia agar sama-sama revolusi akhlak." Ia pun menjelaskan "revolusi akhlak untuk selamatkan NKRI dalam rangka indonesia berkah". Selasa (10/11/2020) (sumber : wartaekonomi.co.id)

Pada kesempatan lain Habib Rizieq Shihab menjelaskan, tahapan revolusi akhlak menjadi jihad fi sabilillah. Ia mengatakan "perubahan pola perjuangan bisa terjadi apabila kedzaliman tidak berhenti padahal ajakan perdamaian sudah di gaungkan". HRS pun menjelaskan, revolusi akhlak merupakan cerminan dari tindakan Nabi Muhammad SAW. Revolusi jenis ini menawarkan dialog, perdamaian, dan rekonsiliasi kepada musuh. Perang adalah pilihan terakhir apabila tidak menemukan titik temu. Ujarnya saat acara Maulid Nabi Muhammad SAW yg di kutip dari Fron TV, ahad (15/11/2020) (sumber : okezone.com)

Disisi lain, banyak juga pihak yang mengkritik revolusi akhlak yang diserukan oleh Habib Rizieq shihab. Direktur Eksekutif and Analysis (SUDRA) Fadhli Harahap menilai, konsep Revolusi akhlak yang digaungkan imam besar Front Pembela Islam (FPI)  itu tak jelas karena kesan yang muncul justru untuk kamuflase politik. "Revolusi akhlak nggak jelas, saya duga ini hanya manuver politik. konsepnya seperti apa kan tak ada. Jangan-jangan cuma keceplosan omong revolusi akhlak biar tidak dikira mau berbuat makar," ujarnya kepada awak media, sabtu (14/11). Dikutip dari jpnn.com

Sedangkan menurut dosen ilmu politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang komarudin menilai Revolusi akhlak yang dimaksud HRS memang terkait erat dengan persoalan politik. Apa yang ia maksud bukan akhlak masing-masing individu, tapi akhlak dari penyelenggara negara. HRS  menyinggung ini saat ceramah pada acara maulid Nabi Muhammad SAW di petamburan. Ahad (15/11/2020) yang awalnya bicara soal omnibus law UU No.11 Tahun 2020 tentang cipta kerja yang disahkan beberapa waktu yang lalu dan ditentang publik. Sama seperti alasan pihak-pihak yang kontra, HRS menilai proses pembuatan UU tersebut aneh dan lucu karena jumlah halamannya berubah-ubah. "Ini lagi bikin UU atau kuitansi warung kopi?" Kata HRS. Ia pun menilai DPR dan pemerintah semestinya mengundang ulama, tokoh masyarakat, pengusaha, buruh, hingga mahasiswa untuk membuka dialog sebelum mengesahkan UU.  Sebab para anggota dewan adalah wakil rakyat, bukan wakil partai, katanya. HRS lantas bilang pernah membaca berita bahwa ketua DPR RI Puan Maharani mengaku hanya membaca draf UU Cipta kerja secara acak karena halamannya terlampau banyak. Ia heran mengapa masyarakat di suruh membaca secara penuh sedangkan pejabat tidak. Kemudian ia kembali bicara tentang akhlak. " bikin UU nggak pakai baca tapi ketok palu punya akhlak nggak? nggak punya akhlak !. Jadi kita sekarang sedang krisis akhlak. Berarti revolusi akhlak penting tidak? setuju? siap?  takbir ! Di lansir dari tirto.id .

Tanggapan munarman selaku Sekretaris Umum FPI yang menilai antusias masa yang luar biasa saat menyambut HRS merupakan representasi simbol kerinduan umat akan keadilan ini bukanlah hal yang berlebihan, sebab masyarakat pun kini merasakan ketidakadilan  penguasa, dimana rakyat semakin tertindas dengan kebijakan-kebijakan yang semakin menyengsarakan rakyat, seperti halnya UU omnibus law yang ditentang  mayoritas masyarakat karena dianggap merugikan rakyat, dan menguntungkan pengusaha tapi tetap saja disahkan oleh penguasa.

Padahal sistem Demokrasi yang mereka agung-agungkan ini di kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Namun istilah itu berbanding terbalik dengan fakta yang ada. Demokrasi hanya berpihak pada  kepentingan segelintir wakil rakyat saja, yang justru sikapnya tidak berpihak pada kepentingan mayoritas rakyat. Belum lagi dengan hukum yang cenderung tumpul keatas dan tajam ke bawah, yang mana keadilan negeri ini lebih tajam menghukum masyarakat menengah kebawah, kita coba bandingkan dengan para koruptor yang notabennya adalah para pejabat kelas ekonomi ke atas dengan mudahnya bebas dari jeratan hukum. berbanding terbalik apabila masyarakat kelas menengah kebawah yang terjerat hukum akan langsung diproses sampai habis. Penegakan hukum berbagai kasus di negeri ini seringkali mengingkari rasa keadilan yang menyengsarakan masyarakat, diskriminasi hukum kerap dipertontonkan aparat penegak hukum. Fenomena ketidakadilan hukum terus terjadi dalam praktek hukum di negeri ini. Munculnya berbagai aksi protes  masyarakat di berbagai daerah menunjukan sistem dan praktek hukum kita  bermasalah, kepercayaan masyarakat terhadap hukum semakin buruk. Maka memang sepantasnya masyarakat kritis dengan keadaan ini,  menyadari betapa sistem demokrasi ini tidak pantas dijadikan harapan, karena sumber masalah atas berbagai permasalahan ini adalah dari sistem  ini. Demokrasi ini terlahir dari rahim kapitalis yang berakidahkan sekuler, kita pun bisa mengamati, untuk mendapatkan kursi kekuasaan sajah diperlukan biaya yang mahal, karena biaya untuk melangsungkan proses demokrasi sangatlah tinggi, biaya yang mahal inilah yang mengakibatkan rakyat terus tertindas, karena biaya  mahal yang dikeluarkan para calon pemimpin di dapat dari para kapitalis yang rakus. Sehingga ketika naik ke tampuk kekuasaan, mereka akhirnya mengabdi pada kepentingan kapitalis, bukan pada rakyat. Rakyat hanya diperalat untuk di pinjam suaranya. Maka satu-satunya solusi atas semua permasalahan ini adalah dengan "Revolusi sistem" dari kapitalis menjadi Islam. Lalu mengapa habib Rizieq shihab lebih menyerukan revolusi akhlak ,bukan revolusi sistem (pada islam) ? saya coba untuk sedikit mengartikan. Dulu saya pernah diperlihatkan lembaran buku karya Al Habib Rizieq Shihab oleh salah satu teman suami, kebetulan mereka bagian dari Anggota FPI. Saya masih ingat dalam buku tersebut pada paragraf  paling atas tertulis " Islam adalah agama akhlak " dan ia sengaja memperlihatkannya karena ia ingin meyakinkan dari perkataannya bahwa islam adalah agama akhlak, maka saya mengartikan bahwa akhlak yang dimaksud oleh HRS adalah islam. Hal ini senada dengan ceramah HRS dalam acara pengajian rutin di petamburan 1 April 2015 silam, beliau mengungkap "bahwa para ulama pernah mengatakan akhlak lebih tinggi dari hukum"

الاتیان بالادب خیرمن امتثال الام

"bersikap dengan adab lebih baik dari melaksanakan perintah". Beliaupun memperkuat dengan hadits lain yang artinya: " sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak". Beliau lantas menegaskan "nah, karena Nabi mengatakan "hanya", berarti seluruh ajaran Nabi baik menyangkut aqidah maupun menyangkut syariat semua ditunjukkan untuk menyempurnakan akhlak" dikutip dari kanal youtube FRON TV. Jadi mungkin bisa kita artikan bahwa akhlak yang dimaksud HRS adalah syariat Islam. Sebab HRS pun menjelaskan pada kajian rutin sebelumnya bahwa "akhlak baik adalah bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak, dan berbuat sesuai aturan Allah dan Rasulnya".

Namun, jika kita mengambil makna akhlak secara etimologi, akhlak berasal dari bahasa Arab 'khalaqa' asal dari kata 'khuluqun' yang artinya perangai, tabiat, adat, dan juga sebanding dengan kata 'khalqun' yang berarti kejadian, buatan, atau ciptaan. Dengan demikian, secara bahasa akhlak dapat diartikan perangai, adab, tabiat atau sistem perilaku yang di buat. Jika kita mengartikan akhlak secara bahasa, maka tidak sepenuhnya menjalur pada islam. Akhlak yang baik menurut islam pasti berbeda dengan akhlak baik menurut orang-orang diluar islam. Dalam islam seseorang belum dikatakan berakhlak baik jika dia dermawan tapi tidak menjaga aurat dengan baik, tidak menjaga lisan dengan baik atau meninggalkan kewajiban lainnya, tapi dalam pandangan mereka yang bukan muslim, seseorang itu dikatakan sudah berakhlak baik meski sesuatu yang ia dermakan berasal dari yang haram.

Dalam pandangan islam, Akhlak adalah bagian dari syariat islam yang menyangkut individu masyarakat. Akhlak bagian dari pola sikap secara islam yang dibangun dari pola pikir islam, sebab pola pikir ini berpengaruh terhadap pola sikap. Pemikiran adalah pancaran hati, sedangkan hati adalah Raja Diri.  Anggota tubuh kita akan bertingkah sesuai dengan yang ada pada hatinya. Sesuai dengan sabda Rosulullah SAW:

اَلاَ وان فی الجسد مضغة اذاصلحت صلح الجسدکله واذافسدت فسدالجسدکله اَلَاوھی القلب

" sesungguhnya pada jasad manusia itu ada segumpal darah, jika ia selamat maka selamat seluruh jasadnya, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, ia adalah hati " (H.R. Bukhari, muslim ). 

Maka, ketika kita menuntut seseorang untuk berakhlak islam, kita tanamkan  terlebih dulu pola pikirnya dengan islam. Akhlak juga tidak mempengaruhi tegaknya suatu masyarakat, sebab akhlak hanya menyangkut pada individu manusia, tidak menyangkut peraturan negara .maka yang menggerakan masyarakat untuk taat pun bukanlah akhlak, melainkan pelaturan-pelaturan yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat,  seseorang tidak bisa menutup auratnya ketika peraturan pemerintah melarangnya untuk menutup aurat,   atau tentang sifat jujur saja, saat ini kita melihat banyak pakta orang yang jujur justru di penjara sedangkan yang dusta dibenarkan.

Terlebih dalam sistem saat ini, saya kira bukanlah hal yang mudah untuk merubah Akhlak masyarakat secara individu, sebab pemerintah sendiri justru memfasilitasi dengan tontonan-tontonan yang menjauhkan mereka dari akhlak melalui kebebasan dalam segala ranah, tidak ada upaya untuk memperbaiki moral masyarakat yang semakin rusak , pun tak ada sanksi yang tegas untuk meminimalisir penyakit moral tersebut. Maka, solusi untuk segala bentuk permasalahan ini tidak sesederhana itu, sebab permasalahannya bersifat sistemik, harus ada perubahan sistem secara menyeluruh, dan satu-satunya sistem yang akan menyebar rahmat bagi seluruh Alam adalah sistem Islam Sebab sistem islam di bangun atas wahyu dari sang pencipta ,,sedangkan sistem lainnya dibangun atas pemikiran akal manusia yang rentan lebih pada menguntungkan diri sendiri dan kelompok tertentu. Kita tentu mengetahui bahwa Islam ini sempurna, mengatur segala Aspek kehidupan dari mulai individu, keluarga, bersosial dengan masyarakat hingga Bernegara, Namun Islam ini tidak akan terasa kesempurnaannya kecuali dengan diterapkannya hukum islam, hukum islam pun hanya bisa tegak dengan sempurna jika diterapkan dalam sebuah Negara, sedangkan Negara tidak bisa menerapkan islam dengan sempurna jika sistem yang diemban bukanlah Islam, dan sistem islam ini hanya bisa diterapkan dalam naungan Khilafah Rasyidah.

Wallahu'alam.

Posting Komentar

0 Komentar