Ulama Di Sistem Kapitalis

 

Oleh : Putri Irfani S, S.Pd (Pendidik dan Aktivis Muslimah Medan)

Beberapa waktu yang lalu, kaum Muslim di Indonesia menyambut kepulangan habib Rizieq Shihab. Kepulangan Habib Rizieq adalah salah satu momen yang sangat ditunggu oleh para pendukungnya. Habib Rizieq memang sudah berada di luar negeri tepatnya di Saudi Arabia selama beberapa tahun terakhir. Dan pada tanggal 10 November kemarin Habib Rizieq sudah resmi kembali ke tanah air Indonesia.

Bahkan, seorang Prajurit TNI Angkatan Udara Serka BDS terekam dirinya saat menyanyikan lagu sambutan atas kedatangan Habib Rizieq Syihab (HRS). Sehingga, membuatnya harus menanggung hukuman atas ucapannya yang dianggap telah melanggar disiplin militer.

Kembalinya Habib Rizieq sontak memunculkan beberapa polemik dan beberapa pro dan kontra.

Beginilah nasib ulama disistem kapitalis, berbagai perlakuan buruk dialami para ulama dan dianggap sesuatu yang berbahaya jika menyuarakan islam. Bagi pihak-pihak yang mendukungnya akan dikenai hukuman. 

Padahal, Islam menempatkan ulama pada posisi yang mulia. Allah Swt. berfirman, “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. al-Mujadilah: 11)

Ulama adalah pewaris nabi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh ulama adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Akan tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambil ilmu itu, maka ia telah mendapatkan bagian terbanyak (dari warisan para nabi).” (HR Tirmidzi (2682)

Sungguh beda dengan sistem Khilafah Islam yang tegak atas akidah Islam. Pemerintahan dijalankan sesuai syariat Islam. Sehingga Khilafah butuh orang-orang yang paham ilmu agama, yakni para ulama.

Dalam Khilafah, ulama dimuliakan. Mereka dijadikan rujukan dalam berbagai urusan kehidupan. Bukan hanya urusan akidah, ibadah, dan akhlak. Tapi juga politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

Para khalifah tak segan mendatangi majelis ilmu para ulama, alih-alih memanggil mereka ke istana. Al-Qadhi Iyadh berkata tentang Khalifah Harun al-Rasyid, “Ia (Harun al-Rasyid) berjalan bersama dua orang anaknya al-Amin dan al-Makmun, untuk mendengar kajian al-Muwaththa yang disampaikan Imam malik rahimahullah.”, sungguh penguasa yang memuliakan ilmu dan ulama. Sungguh beda dengan sistem Khilafah Islam yang tegak atas akidah Islam. Pemerintahan dijalankan sesuai syariat Islam. Sehingga Khilafah butuh orang-orang yang paham ilmu agama, yakni para ulama. Saatnya kita kembali merujuk kepada sistem islam dan ulama.


Posting Komentar

0 Komentar