Oleh : Kartika Septiani
Tidak terasa, sudah hampir 9 bulan lamanya. Sejak bulan Maret silam, saat kemunculan virus covid-19 atau corona di Indonesia yang kian menyebar, sehingga mempengaruhi banyak sektor, tidak terkecuali sektor pendidikan terutama dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Mulai dari sekolah tingkat anak usia dini sampai perguruan tinggi. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar di sekolah memberlakukan pembelajaran jarak jauh secara online/daring dan menyisakan banyak pro dan kontra dimasyarakat. Belum lagi dengan target kurikulum yang harus dicapai, menjadi beban tersendiri baik bagi pengajar, siswa maupun orang tua dalam pelaksanaan sekolah secara online/daring.
Kabar terbaru mengatakan bahwa Mendikbud mengumumkan awal tahun dibulan Januari 2021, seluruh sekolah akan dibuka dan kegiatan belajar mengajar kembali seperti semula yaitu secara tatap muka dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan. Pelaksanaannya diserahkan kepada Pemerintah daerah, serta orang tua mengenai kegiatan belajar mengajar secara langsung. Seperti dilansir dari artikel CNN Indonesia (20/11/2020)
Namun, kebijakan tersebut tetap saja membuat rakyat dalam posisi yang dilematis. Karena hingga hari ini, kasus terpaparnya covid-19 terus meningkat dan penanganan yang lamban dari pemerintah menjadi pertimbangan terutama bagi para orang tua. Jika sekolah tetap akan diadakan secara tatap muka dan masih dalam kondisi seperti hari ini, bukan tidak mungkin sekolah-sekolah bisa menjadi klaster besar penyumbang kasus covid-19.
Permasalahan diatas, hanya bisa diselesaikan dengan sistem yang paripurna baik untuk masalah kesehatan maupun pendidikan, sistem yang mampu menyelesaikan seluruh permasalahan kehidupan yaitu sistem Islam.
Sistem Islam telah membuktikan sepanjang sejarah kaum muslim. Dimulai dari masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, hingga Turki Utsmani, dimana kaum muslim selama 13 abad mampu bertahan bahkan saat wabah terjadi.
Sistem pendidikan yang mumpuni dengan tujuan pokok yaitu membentuk kepribadian Islam meliputi aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap), dengan dibekali pengetahuan, keterampilan, serta ilmu-ilmu yang diperlukan.Tujuan yang bisa disesuaikan dengan kondisi dan tidak terjebak kurikulum yang kaku dan berat. Dalam pencapaiannya bisa bersinergi bersama pengajar, orang tua, serta masyarakat sekalipun dalam kondisi pandemi, sehingga pemerintah bisa memprioritaskan penanganan wabah yang terjadi.
Pembelajaran daring/online hanya solusi sementara, pembelajaran yang ideal tetap saja secara bertatap muka. Karena itu, penanggulangan wabah menjadi kunci untuk mengembalikan kondisi yang normal. Pemerintah sudah seharusnya menangani wabah covid-19 dengan tepat dan cepat sedari awal. Salah satunya dengan isolasi wilayah seperti yang Rasulullah ajarkan. Sehingga banyak jiwa yang bisa diselamatkan dan keadaan bisa berangsur membaik. Wallahu a'lam
0 Komentar