Oleh : Kanti Rahmillah, M.Si
Sabtu, 26 Desember 2020, puluhan ribu peserta dari berbagai pelosok Nusantara antusias mengikuti RATU (Risalah Akhir Tahun) Digital Event. Sebuah acara digital akbar akhir tahun yang dihadiri oleh berbagai kalangan.
Baik dari kalangan intelektual, Mubaligoh, politikus muslimah, tokoh-tokoh umat dan juga para muslimah yang peduli akan nasib bangsa Indonesia.
Event kali ini bertajuk “Berkah dengan Khilafah”. Menghadirkan narasumber yang kompeten dibidangnya. Salah satu narasumbernya adalah Ibu Pratma Julia Sunjandari, S.P. Beliau adalah pengamat kebijakan publik.
Diawal pemaparannya, Ibu Pratma menjelaskan bahwa demokrasi adalah sistem gagal dengan 5 indikasi. Pertama, demokrasi gagal menciptakan kesejahteraan masyarakat. Dalam satu tahun saja, di tahun 2020 angka kemiskinan bertambah hingga 2 juta individu.
Kedua, demokrasi menciptakan kesenjangan yang semakin lebar. Buktinya, pendapatan 4 orang terkaya negeri ini, setara dengan pendapatan 100 juta rakyat miskin di Indonesia.
Ketiga, demokrasi pun menciptakan problem akut bagi perempuan. Perempuan dibiarkan berjuang sendiri untuk mencari kesejahteraannya. Lihatlah derita para TKW, sudah lah terpisah dari anak dan keluarga, kerap juga mendapatkan penyiksaan fisik.
Keempat, keadilan dalam demokrasi hanya ilusi. Hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Lihatlah bagaimana perbedaan perlakuan hukum pada kasus kerumunan. Atau bagaimana perempuan dipidanakan hanya karena kritis di media sosial.
Kelima, demokrasi menjadikan Indonesia tidak mandiri. Investasi yang berujung pada utang, telah menjadikan kebijakan Indonesia disetir asing. Misal saja, vaksin yang akan diwajibkan pada masyarakat Indonesia sumber dananya dari utang.
Keenam, problem kesatuan pun menjadi persoalan dalam demokrasi. Misal kasus Papua merdeka yang kini semakin kencang gaungnya. Alasan mereka ingin merdeka salah satunya adalah kesejahteraan.
Demokrasi telah menjauhkan umat dari kata sejahtera dan menciptakan disintergarsi. Berbeda dengan sistem Islam Khilafah yang mampu mensejahterakan dan menyatukan umat hingga 13 abad.
Selain menjelaskan bahwa demokrasi itu sistem yang gagal. Ibu Pratma pun menegaskan bahwa demokrasi tidak bisa menjadi jalan diterapkannya syariat Islam.
Alasan pertama adalah syariat. Dalam surat Al baqoroh ayat 42 dijelaskan bahwa tidak boleh mencampurkan sesuatu yang hak dan yang batil. Sedangkan demokrasi adalah sistem batil dan Islam adalah Al Haq, maka tak bisa disatukan.
Alasan kedua adalah realitas mengatakan bahwa demokrasi memang menjadi penghalang diterapkannya syariat. Misal RUU larangan minuman keras yang penuh penentangan. Padahal keharaman Minol sudah jelas dalam Alquran.
Dari kasus RUU Minol saja kita bisa melihat bagaimana hukum di negeri ini tak menjadikan syariat sebagai rujukan.
Alasan ketiga adalah karena demokrasi sendiri lahir dari sekularisasi. Agama tak memiliki peran dalam pengaturan kehidupan dan bernegara. Sehingga, mengharapkan demokrasi menjadi wasilah diterapkannya syariat Islam adalah hal yang mustahil terjadi.
Maka dari itu, demokrasi harus dibuang dan diganti dengan sistem buatan Allah SWT yaitu Khilafah. Karena sesuai dengan tema event kali ini yaitu "Berkah dengan Syariah".
Allah SWT telah menjanjikan dalam surat Al Arof ayat 96 bahwa Indonesia akan menemui keberkahannya jika menerapkan aturan Islam dalam bingkai Khilafah.
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (TQS Al Arof : 96)
0 Komentar