Oleh: Fitri Andriani, S. S.
Penderita Covid 19 di Indonesia belum mengalami penurunan yang stabil. Di beberapa daerah malah sedang mengalami lonjakan signifikan. Namun, Pilkada sudah digelar di beberapa daerah.
Kabar rakyat yang mengalami ujian PHK, penurunan gaji, hingga ujian sakit, sekolah daring yang memusingkan siswa dan orangtua, juga opini-opini negatif menakutkan sebagian orang. Kejahatan seolah berbanding lurus dengan kesulitan yang menjerat rakyat negri ini.
Korupsi besar-besaran barulah mengejutkan seluruh warga. Tidak tanggung-tanggung, Juliari P.Batubara yang digelandang KPK dengan dugaan korupsi atas pengadaan dan penyaluran bantuan sosial penanggulangan Covid-19 senilai Rp17 miliar (KompasNews.com; 6 Desember 2020). Sebelumnya, Edhy Prabowo dicokok KPK, karena dugaan korupsi juga (MuslimahNews.com; 9 December 2020).
Baru-baru ini, berita lebih miris terjadi, 6 orang anggota FPI yang sedang mengawal Ulama keturunan Nabi di toll, meninggal. Meninggalnya jelas dibunuh dengan keji. Sesaat berita terdengar, pengawal Ulama dan juga anggota FPI ini dikatakan oleh pihak keamanan bahwa pengawal ini menyerang mereka di toll dengan senjata api. Namun fakta pada jenazah enam orang anggota FPI tersebut penuh tembakan dan beberapa terdapat siksaan di tubuhnya. Munarman selaku sekertaris FPI membantah kalau anggota FPI memiliki senjata api (TribunNews, 8 Desember 2020).
Itu baru sedikit fakta di Indonesia saat ini. Setiap hari bergulir berita-berita yang membuat kita bertanya, berita macam apa ini? Setiap kejadian, nanti akan ada beberapa versi, tergantung di pihak mana yang menyampaikan. Lalu, apa yang akan kita sikapi setiap kita mendapati berita tersebut? Apakah diam saja dan tidak peduli? Ataukan memilah berita yang penting dan mencari versi paling bisa dipercaya?
Sudah selayaknya sebagai muslim kita harus peduli terhadap setiap kejadian di sekitar kita. Kita tidak boleh menjadi manusia yang cuek. Karena sebagai seorang muslim, segala aktivitas kita akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Memang kejadian di sekitar kita saat ini sangat beraneka ragam, banyak kepentingan, terutama perang opini dari berbagai arah. Perang idiologi dari komunis, kapitalis, dan tentu Islam.
Lalu apa sikap kita pada kondisi yang banyak fitnah bertebaran seperti sekarang ini?
Pertama, kita jangan terprofokasi bila ada berita. Check and recheck alias tabayyun. Karena kita belum paham, berita mana yang benar. Jadi tidak boleh bertindak sebelum kebenaran terungkap.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Sumber berita harus jelas, isi berita harus benar sesuai fakta. Barulah kita bisa mensikapi berita tersebut. Lalu memilah, berita tidak penting, penting, atau sangat penting sehingga tidak semua berita harus kita pikirkan, dianalisis , dan dicari solusinya.
Kedua, apabila berita memang penting untuk kemaslahatan umat, maka kita harus sebarkan. Agar umat paham apa yang terjadi, dan harus berbuat paling tepat. Karena dalam dakwah, info terbaik selalu dibutuhkan umat. Sedang media, tentu saja selalu didominasi rezim yang sedang berkuasa. Jadi sebagai muslim kita juga ikut berkewajiban menyebarkan juga informasi yang benar supaya menjadi opini umum masyarakat.
Ketiga, kita sandarkan segala keyakinan kita hanya kepada Allah atas segala kondisi, baik lapang atau sulit, semua dari Allah. Bila kita taat pada Allah, insya Allah kita akan mendapati kebaikan dan pahala. Sedangkan menabrak aturan Allah di dunia, pasti berujung pada kerusakan.
Bersabar dengan kondisi yang ada sebagai ujian hidup. Sambil terus berusaha, bukan pasrah. Kita harus yakin bahwa Islam ketika diterapkan secara sempurna, kelak akan membawa berkah bagi seluruh alam. Itu adalah kewajiban kita semua untuk mewujudkannya sebagai kewajiban dari Allah.
Wallahu a'lam
0 Komentar