Oleh : Dara Atsila Mutia SE (Aktivis Dakwah Medan)
Sejak di resmikannya keputusan presiden No 78 Tahun 1994, tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru setiap tahunnya. Sebagai bentuk apresiasi kepada pahlawan tanpa tanda jasa ini. Berbagai rangkaian acara seremonial pun dilakukan dan berbagai ucapan mengalir sebagai bentuk ungkapan tanda cinta kepada sang guru. Mengingat perayaan hari guru tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena situasi pandemi. Namun nasib guru tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Nasib guru di negeri ini begitu miris dan sangat menyedihkan.
Betapa tidak, sang pahlawan tanpa tanda jasa ini benar-benar tidak terayomi dengan baik terlebih lagi nasib guru honorer begitu terkatung-katung. Di mana mereka harus berjuang keras untuk mendidik mencerdaskan generasi bangsa, namun jerih payah usaha mereka hanya dibayar dengan murah bahkan bisa dikatakan dengan sangat tidak layak. Belum lagi penyaluran dananya yang tidak sebulan sekali mereka dapatkan sementara para guru sangat membutuhkan dana tersebut untuk menghidupi keluarganya. Terlebih lagi dengan kondisi pandemi saat ini yang membuat semakin sulit.
Jatia Lahani adalah seorang guru honorer di pelosok Provinsi Gorontalo. Dia merupakan satu-satunya pengajar di SD Negeri 12 Tolangohula, yang terletak di Dusun Tumba, Desa Tamaila Utara, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo. Setiap harinya dia berjalan kaki menempuh jarak sekitar 5 kilometer selama satu jam dari rumah menuju ke sekolah dengan medan terjal dan menanjak. Saat hujan, dia harus siap-siap terpeleset karena jalan berlumpur dan becek. Belum lagi kondisi sekolah yang tidak memadai dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Ini menyulitkannya dalam menyampaikan pelajaran. Tidak hanya itu, gaji yang di dapatkannya begitu rendah dan bahkan pernah tertunda hampir satu tahun lamanya. Kisah Jatia Lahani adalah salah satu dari ribuan guru honorer lainnya yang sangat memperihatinkan nasibnya.
Nasib guru hari ini tak terlepas dari peran negara yang abai. Negara tak mampu mensejahterakan guru dan melengkapi segala bentuk fasilitas dalam mengajar. Negara seolah menutup mata dengan kondisi guru hari ini. Sungguh miris, negara yang katanya kaya akan sumber daya alam tak mampu mensejahterakan guru. Inilah akibat dari diterapkannya sistem kapitalisme yang berasaskan sekulerisme, di mana kepentingan para pemilik modal lebih diutamakan dari pada kepentingan nasib rakyatnya. Guru dan murid dijadikan sebagai ladang industri bagi para kapitalis untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya, seperti Sekolah Menengah kejuruan ( SMK) di mana para siswa dibentuk siap bekerja bukan dibentuk siap membuka lapangan kerja, serta berkreativitas dan ini menjadikan para generasi bangsa bermental budak yang siap bekerja untuk para kapitalis.
Islam Memuliakan Guru
Guru adalah sosok yang menjadi panutan bagi muridnya. Karena seorang guru tidak hanya sekedar mentransfer ilmu tapi juga membentuk kepribadian siswanya menjadi kepribadian yang baik. Berkat guru-lah masa depan suatu bangsa akan menjadi maju. Karena telah berhasil mendidik generasi bangsa. Maka sebenarnya peran guru begitu penting bagi suatu bangsa. Kedudukan guru di dalam Islam begitu dimuliakan. Karena guru memiliki peran serta dalam kebangkitan peradaban islam, membimbing para muridnya untuk tak sekedar menghafal, tapi juga memahami dan menerapkan Al-Quran dan As-Sunnah dalam kehidupan ini. Sangkin mulianya kedudukan guru, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah, malaikat serta penghuni langit dan bumi sampai-sampai semut yang berada di sarangnya dan juga ikan senantiasa memintakan rahmat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”. (HR. at-Turmudzi).
Di dalam Islam nasib guru akan sangat diperhatikan oleh khalifah. Untuk mensejahterakan dan memakmurkan kehidupanya, khalifah akan memberikan gaji yang sangat besar. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab misalnya, gaji guru saat itu sebesar 15 dinar. Jika dirupiahkan 1 dinar itu setara dengan 4,25 gram emas, dan jika harga emas hari ini sekitar Rp 800.000/gram. Artinya 15 dinar x 4,25 gram x 800.000 = 51.000.000. Luar biasa penghargaan pada seorang guru. Sungguh besar dan ini akan mencukupi kebutuhan hidupnya. Berbeda dengan gaji guru di masa sekarang yang minim, tak mampu mensejahterakan nasib para guru. Sudah seharusnya kita mencampakkan sistem Kapitalisme ini yang tak mampu memberikan kebahagiaan juga ketenangan dalam hidup dan beralih kepada sistem Islam yang sudah jelas terbukti dapat menyejahterakan manusia.
Wallahu'alam
0 Komentar