Generasi Arogan Lahir dari Sistem Kapitalis-Sekuler

Oleh: Muzaidah (Aktivis Muslimah)

Sebening tetesan embun pagi

Secerah sinarnya mentari

Bila kutatap wajahmu ibu

Ada kehangatan di dalam hatiku.”

Begitulah lirik lagu dari Sakha, ibu merupakan ummu wa rabbatul bait sekaligus madrasatul 'ula, pengatur rumah tangga dan pendidik pertama bagi anak-anaknya. Tidak sampai situ saja, peran seorang ibu sangat penting dalam peradaban Islam yang akan mencetak generasi cemerlang dengan berbekal ketakwaan terhadap Allah sebagai pencipta dan pengatur.

Zaman serba kapitalis selalu menampakkan eksistensi kegagalan negara sebagai pilar membangun akhlak yang baik terhadap generasi penerus bangsa. Viralnya berita yang sangat memanaskan para netizen, hingga simpati terhadap seorang ibu yang dipenjara oleh anak kandungnya sendiri.

Anak yang berinisial A (19) telah melaporkan sang ibu karena membuang baju-baju di lemarinya. Akhirnya dengan kesal si A mendorong ibunya hingga jatuh. Saat sang ibu akan kembali berdiri, reflek menyentuh anaknya. Tiba-tiba saja anak itu kena kukunya, tetapi ibunya juga tidak merasakan kalau kena kukunya. Hingga saat divisum muncul luka dua cm di pelipis anak. (news.detik.com, 09/01/2021).

Beginilah hidup di era sekuler yang tidak adanya menjamin cerminan akhlak yang baik, khususnya bagi para remaja. Negara tidak menjamin ketakwaan setiap individu serta moral yang tidak berasas Islam. Maka, sangat tidak heran jika banyak anak-anak yang durhaka, pembangkang bahkan memusuhi ibunya sendiri. Akibat dari sistem yang masih berpihak pada kebebasan berperilaku, imbasnya adalah sikap arogansi yang timbul dari sang anak.

Padahal Rasulullah SAW telah bersabda: "Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu.” (HR. Al Bukhari).

Asas kapitalisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan sangat memberikan efek buruk terlebih lagi dibidang  pendidikan, sehingga tidak ada jaminan moral kecuali hanya dengan diterapkannya sistem Khilafah. Di mana setiap anak dibekali Ilmu Islam, dibentuknya karakter yang mencerminkan pribadi yang bertakwa serta berbakti kepada kedua orang tua. 

Hal ini berbanding terbalik dengan sistem hari ini yang hanya mementingkan untung rugi dan telah diterapkan juga dalam kehidupan berkeluarga. Ketika tidak adanya jaminan dari negara, maka akan selalu bermunculan problem baru mulai dari krisis ekonomi, perceraian (brokenhome) dan karakter sang anak tidak mencerminkan pribadi yang baik.

Islam sangat memuliakan seorang wanita apalagi setelah ia menjadi seorang ibu. Bahkan negara sangat menjamin kebutuhannya sehingga seorang ibu dapat fokus mengurus suami dan anak-anaknya hanya dengan di rumah saja. Dan itu hanya terwujud disistem Khilafah (Negara Islam). Tidak itu saja, para anak-anak pun diajarkan kebaikan-kebaikan sehingga kualitas ketaatan terjaga dan terlihatlah bakti serta hormatnya kepada yang lebih tua.

Dalam sistem sekuler hari ini, jangankan akhlak para anak-anak, bahkan kehormatan dari wanita atau seorang ibu pun tidak terlindungi. Artinya negara gagal dalam menjaga pilar ketahanan keadilannya. Menjadikan sistem ini hanya sebagai permainan saja tidak memakainya untuk kepentingan masyarakat secara totalitas dan konsisten. Apa penyebab kedurhakaan ini timbul? Upaya apa yang harus dilakukan?

Ya, hal ini timbul dari sistem yang berasal dari kejeniusan manusia itu sendiri. Padahal sifat akalnya terbatas tidak mampu memberikan solusi terbaik. Hal ini yang membuat para generasi bangsa kacau balau karena sistem tidak mendukung untuk membangun ketaatan terhadap setiap individu. 

Fasilitas menuntut ilmu Islam juga tidak didukung sepenuhnya oleh negara, seolah-olah anti sekali terhadap Islam. Padahal ini yang sangat membantu dan memberikan solusi jangka panjang, bahkan tidak ada lagi anak-anak yang membangkang pada kedua orang tuanya. Maka, tugas negara adalah menjadikan Islam sebagai pilar untuk ketakwaan individu yang dengan itu dapat melahirkan generasi penerus yang cinta syariat Islam.

Sebagaimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

''Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-a'raf:96).

Segala masalah hanya bisa di selesaikan dengan diterapkannya Khilafah selaku sistem Islam yang mendukung serta menjaga hak-hak maupun keadilan manusia di mana pun berada.

wallahu'alam bishshawab.

Posting Komentar

0 Komentar