Oleh : Indah Kurniawati
Indonesia berduka! Belum sempat bernafas bebas dari terpaan virus Covid-19 yang sudah terkonfirmasi hampir satu tahun melanda Indonesia yang bahkan kini perkembangannya semakin mengkhawatirkan.
Seperti kata Peribahasa Sudah Jatuh, Tertimpa Tangga Pula! Disamping terpaan wabah yang kian merebah deretan Musibah susul menyusul mendera Indonesia seolah tak membiarkan nafas menyela.
Belum genap 1 bulan menginjak tahun Masehi 2021, musibah demi musibah saling bergantian menerpa berbagai daerah di Indonesia. Berikut ini beberapa musibah yang terjadi di Indonesia pada awal bulan Januari 2021.
Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182: CVR. Dunia penerbangan Indonesia diselimuti duka atas jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Pesawat dengan rute penerbangan Jakarta-Pontianak itu jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu pekan lalu, yakni 9 Januari 2021.
Berdasarkan data Flightradar24, pesawat Boeing B737-500 itu berhenti di sekitar 11 mil laut dari Bandara Soekarno-Hatta atau tepatnya di atas Kepulauan Seribu.
Saat itu, di dalam pesawat terdapat 62 orang yang terdiri dari enam kru, 46 penumpang dewasa, 7 penumpang anak-anak, dan 3 bayi.
Longsor Sumedang. Bencana tanah longsor terjadi di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung pada 9 Januari 2021 sekitar pukul 15.00 WIB, saat desa tersebut diliputi hujan deras.
Tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) gabungan hingga Minggu (17/1/2021) sudah menemukan sebanyak 32 korban yang tewas dalam bencana longsor ini.
Banjir Kalimantan Selatan. Banjir melanda sejumlah kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan sejak Sabtu (9/1/2021). Cuaca buruk menyebabkan dampak banjir semakin meluas dan parah.
Banjir Kalsel ini menyebabkan ribuan rumah terendam, puluhan ribu jiwa terdampak, dan jalan atau akses transportasi terputus.
Banjir dan Longsor Manado. Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, pada Sabtu (16/1/2021) telah merenggut setidaknya lima korban jiwa serta menyebabkan satu orang hilang dan memaksa 500 warga mengungsi menurut data BNPB.
Menurut siaran pers BNPB pada Minggu (17/1/2021), bencana tersebut juga menyebabkan dua rumah rusak berat dan 10 rumah rusak sedang.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan, banjir dan tanah longsor terjadi di wilayah Kecamatan Tikala, Paal Dua, Malalayang, Sario, Bunaken, Tuminting, Mapanget, Singkil, dan Wenang di Kota Manado.
Gempa Mamuju dan Majene Sulbar. Gempa bumi mengguncang kawasan Majene, Mamuju dan sekitarnya, di wilayah Provinsi Sulawesi Barat, pada Kamis, 14 Januari 2021 dengan magnitudo 5,9.
Kemudian, gempa dengan magnitudo 6,2 mengguncang wilayah Majene dan terasa hingga Mamuju pada Jumat (15/1/2021) pukul 01:28:17 WIB.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan korban jiwa akibat gempa Magnitudo 6,2 di Sulawesi Barat ada 70 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan 11 orang di Kabupaten Majene.
Menurut data Pusat Pengendali Operasi BNPB yang dimutakhirkan pada Minggu (17/1/2021) pukul 20.00 WIB, kerugian material akibat gempa, antara lain 1.150 unit rumah rusak serta 15 unit sekolah terdampak dan masih dalam proses pendataan.
Erupsi Gunung Semeru. Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mengeluarkan awan panas guguran sejauh 4,5 kilometer pada Sabtu (16/1/2021) sore pukul 17.24 WIB.
Masyarakat yang bermukim di sekitar Desa Sumber Mujur dan Desa Curah Koboan dan sekitarnya agar waspada dalam menghadapi potensi bencana yang dapat ditimbulkan.
Dalam hal ini, khususnya masyarakat di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Curah Kobokan diimbau agar tetap waspada dalam menghadapi adanya intensitas curah hujan yang tinggi, sebab hal itu dapat memicu terjadinya banjir lahar dingin.
Erupsi Gunung Sinabung. BPBD Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara juga melaporkan erupsi Gunung Sinabung pada Minggu (17/1/2021) petang sekitar pukul 16.50 WIB, menyemburkan debu setinggi lebih kurang 500 meter.
Saat ini, Gunung Sinabung berada pada status Level III (Siaga) dengan rekomendasi warga maupun petani agar tidak melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius 3 km dari puncak Gunung Sinabung.
Erupsi Gunung Merapi. Gunung Merapi kembali erupsi dan memuntahkan awan panas guguran. Berdasarkan laporan aktivitas per 6 jam mulai pukul 00.00 hingga 06.00 WIB tercatat ada 3 kali luncuran awan panas.
Hanik menjelaskan awan panas tercatat di seismogram dengan amplitudo 13 hingga 21 milimeter dan durasi 116 hingga 198 detik. Arah luncuran ke sektor barat daya.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer.
Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
Innalilahi wa innailaihi roji'un...
Bertubi-tubi cobaan melanda negeri kita tercinta dalam kurun waktu yang hampir berdekatan dan menelan banyak korban jiwa.
Duka mendalam dirasakan bukan hanya oleh para keluarga korban yang tertimpa musibah, namun juga seluruh rakyat Indonesia yang ikut menyaksikan kepiluan yang terus mengguyur tanah air tercinta.
Berbagai upaya dilakukan bahu membahu untuk menyelamatkan dan mengevakuasi para korban pasca musibah terjadi. Dari tim relawan, Basarnas, hingga warga sipil juga tengah sibuk memberikan bantuan baik berupa tenaga, makanan, dan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan.
Namun apa daya ditengah musibah dan ditumpangi lagi dengan musibah membuat rakyat tak berdaya, masih banyak korban yang belum tertangani dengan baik dan mendapat pelayanan yang layak.
Dan sekali lagi peran pemerintah yang sangat rakyat butuhkan dalam kondisi-kondisi seperti ini yang seharusnya cepat memberikan solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalah rakyat.
Musibah – musibah yang berdatangan silih berganti selayaknya tidak hanya dipandang sebagai fenomena alam saja.
Karena sejatinya beberapa bencana terjadi juga karena ulah tangan manusia yang serakah dan tidak adil dalam mengelola alam.
Pilu memang melihat kenyataan ini. Namun di tengah kondisi cemas seperti ini, sudah selayaknya kita berintrospeksi diri khususnya kita penduduk Indonesia yang mayoritas adalah beragam Islam.
Sebagai seorang muslim kita harus bermuhasabah terhadap deraan cobaan yang menimpa kita, karena sebagai orang yang beriman kita percaya tidak akan didatangkan musibah pada suatu kaum bila tidak ada sebabnya.
Lalu sebenarnya ada apa dengan Indonesia? Mengapa Allah turunkan berbagai cobaan dasyat di negeri yang dijuluki zamrud khatulistiwa dengan berbagai keistimewaan dan dihuni oleh penduduk muslim terbesar di dunia.
Dari Abu Hurairah ra berkata; bersabda Rasulullah saw
“Apabila kekuasaan dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat dianggap merugikan, belajar bukan karena agama (untuk meraih tujuan duniawi semata), suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit jerit) di masjid, orang fasik menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan yang rendah akhlaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama kaum Muslimin (termasuk para sahabat Nabi saw, tabi’in dan para imam muktabar). Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas, gempa,longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya (semua tanda kiamat terjadi).”(HR. Tirmidzi).
Jika kita cermati hampir semua penyebab bencana yang disebut Rasulullah dalam Hadits tersebut tengah melanda bangsa ini.
Pertama, masalah kepemimpinan, amanah dan penguasa. Jika suatu bangsa memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat, baik (shalih), cakap/cerdas dan kompeten (gawiy) dan amanah (amin), maka kebangkrutan dan kehancuran sebuah bangsa tinggal menunggu waktu saja.
Sebab, pemimpin seperti itu menganggap kekuasaan bukan sebagai amanah untuk menciptakan kesejahteraan dan ketentraman bagi rakyatnya, tetapi sebagal sarana dan kesempatan untuk memperkaya diri dan bersenang-senang.
Akibatnya, perilaku korupsi merajalela, penindasan dan pemiskinan menjadi pemandangan yang lumrah, dan kebangkrutan moral menjadi hal yang sangat sulit untuk dihindari.
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda :
“Jika amanat disia-siakan, maka tunggulah saatnya (kehancuran). Abu Hurairah bertanya; “Bagaimana amanat itu disia-siakan wahai Rasulullah?, Beliau menjawab,”Jika suatu urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya (tidak memenuhi syarat)”. ( H R. Bukhari).
Kedua, orang kaya tidak menunaikan kewajibannya. Zakat adalah kewajiban minimal bagi orang kaya untuk peduli kepada orang miskin. Jika kewajiban minimal ini tidak ditunaikan, maka kegoncangan sosial tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Karena tindakan orang miskin yang terampas haknya tidak bisa dipersalahkan. Sehingga azab Allah menjadi keharusan (Al-Isra': 16).
Demikian intisari istinbath Amirul Mu’minin Umar bin Khathab ra yang didukung Ibnu Hazm rahimallahu ta’ala.
Ketiga, hilangnya ketulusan dan kebijakan para ulama dan cendekiawan.Kerusakan yang ditimbulkan oleh penguasa dan pengusaha (orang kaya) itu akan menjadi-jadi jika ulama/cendekiawan sebagai pilar penting suatu bangsa yang bertugas untuk memberi peringatan dan beroposisi secara loyal terseret ke dalam kepentingan pragmatis para penguasa dan pengusaha tersebut.
Aktualisasinya bisa berwujud pada terbitnya fatwa-fatwa pesanan yang tidak memihak orang-orang lemah dan tertindas serta opini yang menyesatkan dan membingungkan umat. Sebagaiebagai akibat terlalu banyak menerima pemberian yang tidak jelas dan sering mengemis pada musuh-musuh Islam dan bangsa pada umumnya.
Karena ketulusan telah hilang, para ulama pun menjadi orang yang membuat gaduh di masjid dengan perdebatan dan berbantahan mengenai hal yang sudah diputuskan dengan jelas oleh Allah dan Rasul-Nya.
Pada akhirnya, bukan hanya perintah Allah dan Rasul-Nya yang tidak diperhatikan dan disia-siakan. Akan tetapi para sahabat Rasul dan generasi mereka sesudahnya (ulama dari kalangan tabi’in dan tabi’tabi’in) sebagai generasi terbaik umat Nabi Muhammad menjadi bahan olok-olok dan ejekan dalam perbincangan mereka dengan merendahkan dan mencampakkan kezuhudan dan hasil ijtihad mereka yang cemerlang.
Jika ketiga pilar bangsa penguasa, pengusaha dan ulama atau cendekiawan sudah tidak menjalankan fungsi yang semestinya.
Maka kebangkrutan moral yang lain seperti durhaka pada orangtua, suami yang tunduk pada hawa nafsu istrinya, mewabahnya khamr (narkoba) dan kesenangan pada hiburan yang memancing keliaran syahwat menjadi pemandangan yang biasa.
Pada saat itu kemarahan Allah dipastikan tidak bisa dihalang-halangi untuk menghancurkan bangsa yang durhaka. Naudzubillah min zalik semoga Allah lindungi bangsa Indonesia dari kehancuran.
Deraan musibah terjadi tak hanya sekali namun berkali-kali. Kehancuran dimana-mana dan jalan keluar belum terlihat nyatanya.
Sudah saatnya kita tobat nasional dan muhasabah massal. Sudah terlalu jauh umat manusia jauh dari peraturan Robb-Nya dan hanya menuruti hawa nafsu dunia.
Al Qur'an tidak lagi menjadi landasan. Syariat tak dipilih untuk mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Justru sistem kufur sekuleris-kapitalis yang dijadikan panutan untuk mengelola negara yang mementingkan kepentingan dunia dan segolongan manusia kaya.
Lupa dengan jati diri manusia, tidak adil terhadap alam dan sekitarnya, dan dusta dengan agamanya.
Sudah saatnya kita kembali kepada syari'at yang kaffah, sebagai landasan untuk mengatur kehidupan bernegara dan bermasyarakat pada umumnya.
sebagaimana kedatangan Islam sebagai rahmatan lil 'alamin, yaitu agama yang merupakan bentuk rahmat dan rasa kasih sayang Allah kepada seluruh alam semesta.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
" Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (Q.S Al-A'raf : 96).
Semoga Allah ampuni dosa dosa umat manusia dan menyegerakan pertolongan kepada kita. Semoga Allah menerima segala taubatan nasuha dan memberkahi bumi Indonesia dan para penduduknya.
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (Q.S Al-baqarah:126).
0 Komentar