HILANGNYA ADAB GENERASI DI SISTEM LIBERAL

Oleh: Astriani Lydia, S.S

Adab, perlahan tapi pasti mulai menghilang dari diri anak-anak saat ini. Kebanyakan orang tua zaman now lebih fokus pada kemampuan akademik anak seperti pelajaran sains atau hafalan Qur’an. Beberapa terkesan bahwa adab pada anak akan terbentuk dengan sendirinya. Pada kenyataannya, adab tak berbanding lurus dengan prestasi akademik seseorang. Maka sudah seharusnya para orang tua dan guru tidak lalai menanamkan adab pada anak-anak.

Beberapa waktu lalu sempat marak di berita tentang anak yang ingin memenjarakan ibunya. Seorang anak melaporkan ibu kandungnya ke polisi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Dengan alasan ingin mencari keadilan, mahasiswi ini ngotot melanjutkan laporannya. Akibatnya, sang ibu pun kini mendekam di penjara Polres Demak. Sang ibu tidak menyangka pertengkaran dengan anaknya, berujung pada dirinya harus mendekam di tahanan Polres Demak. (AyoBandung.com, 11/01/2021)

Di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), M (40) datang ke Mapolres Lombok Tengah hendak melaporkan ibu kandungnya K (60), ke polisi. Kepada polisi, M hendak melaporkan ibu kandungnya karena masalah motor. Namun, laporan M malah ditolak langsung oleh Kasat Reskrim Polres Lombok Tengah AKP Priyo Suhartono. Priyo meminta permasalahan ini untuk diselesaikan secara kekeluargaan. Priyo juga mengingatkan M, jika hanya soal motor maka harga diri M hanya sebatas kendaraan itu. (TRIBUNNEWS.COM, 29/06/2020)

Beberapa kasus di atas menunjukkan bahwa saat ini sedang terjadi krisis adab. Agaknya persoalan adab ini yang terlalaikan di dunia pendidikan kita yang berdampak kepada jauhnya dari barakah ilmu dan ini artinya jauhnya sifat sholih dari anak-anak kita. Sedikit sekali sentuhan adab ini diajarkan baik di sekolah maupun di rumah. Buruknya kebiasaan berperilaku dan berbicara pada anak juga tidak lepas dari kesalahan pola asuh orang tua, lingkungan yang tidak islami, juga sistem pendidikan yang kurang menekankan pelaksanaan syariah secara kaffah, termasuk dalam perkara akhlak. Apalagi saat ini kondisi pandemi yang lebih menekankan pembelajaran online. Para guru pun menjadi jarang mentransfer adab kepada anak didiknya. Buruknya kebiasaan berperilaku dan berbicara pada anak tidak lepas dari kesalahan pola asuh orang tua, lingkungan yang tidak islami, juga sistem pendidikan yang kurang menekankan pelaksanaan syariah secara kaffah, termasuk dalam perkara akhlak. 

Sistem pendidikan di negara ini hanya memfokuskan keberhasilan peserta didik dari nilai akademik namun minim dalam hal kepribadian dan akhlak terpuji. Mata pelajaran khusus tentang adab pun hampir tidak ditemukan. Hal ini adalah buah dari sistem pendidikan sekuler liberal. Maka berharap lahirnya generasi terbaik serta unggul pada sistem ini sungguh mustahil. 

Tercatat Imam bin Malik bin Anas menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mempelajari adab dan 4 tahun untuk mencari ilmu. Ibnul Mubarok berkata, “Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun, sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun. Betapa belajar adab itu adalah belajar yang paling lama dalam kehidupan seorang anak, dan orang tua harus memiliki perhatian yang besar terhadap perkara adab ini. Sebab ilmu bisa mengalir bagaikan air yang mengalir tanpa sumbatan dan mampu diamalkan oleh ananda ketika adab-adab ananda di hadapan gurunya dapat terpenuhi dengan baik. 

Maka merupakan suatu keharusan adanya perhatian yang serius terhadapnya, agar anak-anak muslim tumbuh menjadi generasi yang berkualitas prima. Generasi yang memiliki kepribadian Islam yang tangguh, yang selalu menjaga sikap dan perilakunya dengan baik, sehingga siap terjun dalam kancah kehidupan dengan membawa Islam dalam setiap langkah-langkahnya.  

Upaya penanaman adab dan sopan santun pada anak juga harus dibarengi dengan upaya memperjuangkan Syariah dan Khilafah, yang akan menerapkan pendidikan akhlak terbaik bagi generasi. Dengan demikian, upaya orang tua mengemban amanah pendidikan anaknya akan menjadi lebih mudah. “Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah (iman, ilmu dan amal), yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa: 9). Wallahu a’lam bishshawab

Posting Komentar

0 Komentar