Oleh: Ayu Susanti, S.Pd
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim:6).
Keluarga adalah harta berharga bagi setiap orang. Hampir sebagian besar orang memperjuangkan apapun untuk keluarga. Namun saat ini keluarga muslim sedang dikepung oleh berbagai pemahaman yang keliru, seperti ide kebebasan, pornografi dan lain sebagainya.
Tak sedikit anak-anak generasi penerus bangsa terpapar pemahaman keliru yang berasal dari ide sekulerisme, pemisahan antara agama dan kehidupan. Karena alasan kebebasan, anak-anak dengan bebas melakukan berbagai hal yang dia inginkan. Seperti mencari kebahagiaan di luar rumah berkumpul bersama teman-teman, bergaul bebas dan tak sedikit harus mencicipi narkoba dan perzinaan. Selain itu, kecanduan game menjadi hal lumrah yang menjalar di kalangan pemuda. Tak hanya anak-anak yang terpapar pemahaman yang salah, para orangtua pun tak sedikit terkena perselingkuhan dengan alasan ingin berpetualang di dunia luar, bosan dengan pasangan sendiri atau karena jenuh dengan konflik yang tak kunjung mereda. Akhirnya hal ini berimbas pada perceraian dan yang menjadi korban bukan hanya para orangtua tapi anak-anak yang terlahir dari keluarga broken home.
Tak hanya itu permasalahan yang dialami keluarga. isu radikalisme menjadi isu yang cukup hangat menghampiri keluarga muslim. Akhirnya keluarga muslim cukup phobia mendekati kajian-kajian Islam. Cukup phobia juga dengan suatu hal yang berbumbu Islam. Alhasil, pelan-pelan sebagian keluarga muslim menjauhi Islam dan ajarannya.
Padahal Islam adalah aturan yang Allah turunkan untuk mengatur manusia dan menyelamatkannya di dunia dan akhirat. Lantas dengan apa keluarga muslim bisa terhindar dari siksaan neraka kalau tidak menggunakan aturan Islam untuk mengatur dirinya, bahkan menjauhi ajarannya? Sungguh ironi.
Keluarga muslim adalah institusi terkecil dalam masyarakat untuk menyelamatkan generasi penerus dari berbagai hal yang membahayakan. Seperti terjerumus pada dunia kelam, gelap dan penuh kemaksiatan. Namun saat ini institusi terkecil ini pun sedang diporak porandakan oleh musuh-musuh Islam yang tak senang melihat Islam dan kaum muslim berjaya. Ide sekulerisme yang sudah mendarah daging di benak kaum muslim saat ini selalu menjadi standar dalam perbuatannya. Bahkan sekulerisme selalu dijadikan landasan dalam membuat sistem hidup yang diberlakukan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga yang terjadi adalah kerusakan belaka. Karena saat manusia yang membuat hukum, maka hukum yang dihasilkan tak jauh beda dari sifat manusia yang serba lemah dan terbatas.
Beda halnya dengan Islam. Islam sangat konsen dalam melahirkan keluarga muslim yang berkualitas. Sistem Islam yang akan mengkondisikan semua keluarga muslim memiliki pemahaman Islam yang kokoh dan kaffah. Sistem Islam mengedukasi semua masyarakat dengan pemahaman Islam yang menyeluruh dengan menerapkan sistem pendidikan yang berlandaskan akidah Islam. Sehingga generasi penerus akan menjadi generasi yang paham ilmu Islam, ilmu sains dan teknologi serta berkepribadian Islam yang berakhlak baik.
Tak hanya sistem pendidikan yang menempa generasi penerus bangsa, namun kondisi keluarga pun sangat kondusif. Karena para orangtua paham betul bagaimana seharusnya mendidik anak-anaknya dengan memberikan pelajaran berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tak hanya itu lingkungan masyarakat pun paham betul bagaimana seharusnya menjadi makhluk sosial yang baik sehingga akan memberikan contoh yang baik kepada siapapun termasuk anak-anak.
Maka untuk melahirkan generasi yang berakhlak baik, mencintai Allah dan Rasul-Nya serta menjadi manusia yang beriman-bertakwa maka diperlukan dukungan penuh dari keluarga, masyarakat dan negara. Dan sistem Islam saja yang bisa mewujudkannya.
Wallahu’alam bi-showab.
0 Komentar