ISLAM KAFFAH WUJUD NYATA CINTA RASUL CINTA SYARIAH

Oleh: Imas Royani

Kegagalan sistem sekuler dalam menyelesaikan berbagai gempuran persoalan diantaranya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), perceraian, perselingkuhan, pergaulan bebas, LGBT, kemiskinan, pengangguran, Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) dan masih banyak lagi keresahan-keresahan yang lainnya yang kemudian menggiring kepada ketidak percayaan terhadap sistem tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan semakin banyaknya keluarga muslim yang menyadari akan kebutuhan untuk mengenali agamanya, yaitu Islam. Sebab solusi atas persoalan yang mereka hadapi hanya pada Islam. 

Mulailah mereka mendidik anak-anak mereka tentang tiga cinta, yaitu mencintai Nabi Saw., mencintai ahlul baytnya dan mencintai Al-Quran yang dituangkan dalam kurikulum pendidikan. Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh At-Tabrani dari Ali bin Abi Thalib ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Didiklah anak-anakmu atas tiga hal:  mencintai nabimu, mencintai ahli baytnya dan membaca Alquran. Sebab, orang yang mengamalkan Alquran nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabi dan orang-orang yang suci.”

Ketiga perkara tersebut sangat penting dan merupakan tsaqafah dasar yang harus dimiliki oleh keluarga muslim sebab dengan mencintai ketiganya akan mewujudkan penerapan Islam secara kaffah dan implementasi syariah dalam lingkup keluarga, masyarakat hingga bangsa dengan senantiasa beramar maruf nahyi munkar (menyerukan kebaikan dan melarang kemungkaran).

Namun lagi-lagi narasi kontra radikalisme diarahkan kepada keluarga muslim untuk menghalangi pengenalan terhadap Islam kaffah. Kontra radikalisme dari penguasa yang diimplementasi melalui kebijakan-kebijakannya dan merupakan bagian dari program deradikalisasi yang dijalankan dunia barat. Barat telah melakukan strategi politik busuk dengan menyematkan kata radikal kepada Islam dan kaum muslimin yang bersebrangan dengan ideologi kapitalisme-sekularisme. Sekularisme oleh barat dimaksudkan untuk memisahkan agama dari kehidupan maka siapa saja yang menjadikan agama sebagai dasar berpikir untuk kehidupan akan dicap sebagai kaum radikal yang wajib dimusuhi. Sebaliknya yang berpikiran sekuler akan dijadikan sebagai temannya. Kaum sekuler oleh Barat disebut kaum moderat. Kaum muslim sengaja diadu domba agar terpecah-belah dan saling bermusuhan.

Sebagaimana yang diberitakan mediaindonesia.com tentang penangkapan Abu Hamzah di  Sibolga, Sumatra Utara yang diduga merupakan anggota jaringan terduga teroris RIN alias Putra Syuhada (PS) yang lebih dulu ditangkap di Lampung. Dalam penangkapan itu, istri Abu Hamzah tewas dengan meledakkan diri. Menurut polisi, sang istri selama ini dikenal sebagai sosok yang cukup radikal. Kejadian itu mengingatkan akan serangan bom di Surabaya yang dilakukan Dita Oepriarto dan keluarganya. Sang ayah membagi tugas kepada istri dan anak-anaknya untuk ikut terlibat dalam peledakan bom di rumah ibadah. 

Hal tersebut lalu dijadikan alasan tuduhan kepada kaum ibu bahwa ibu yang memiliki karakter alami sebagai pelindung yang lembut bisa tercuci otak akibat kuatnya doktrin terorisme. Jika dahulu mereka menyasar kurikulum pendidikan dengan menghapus berbagai mata pelajaran dan buku-buku yang sekiranya mereka anggap berbahaya dan mengandung unsur radikal, maka sekarang lebih mengerucut kepada keluarga termasuk ibu. Karena ibu dianggap sebagai pemegang peran kuat dalam keluarga.

Menurut  cnnindonesia.com, untuk mencegah masuk dan berakarnya paham radikalisme dalam diri anak, orang tua harus punya peran yang kuat dalam kehidupan anak. Mengutip laman Sahabat Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada beberapa cara yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah masuknya ajaran ekstrem dan radikal pada anak versi mereka yang tentunya hanya berdasarkan keterbatasan akal manusia berdasarkan faham kapitalisme-sekularisme yang dianut kaum moderat. Hal itu merupakan bagian dari skenario yang direkayasa Barat untuk melumpuhkan kebangkitan Islam yang kuat. Mereka menolak syariat Islam. Mereka menjalankan sistem demokrasi dalam bidang politik dan sistem kapitalisme dalam bidang ekonomi. Mereka pun melakukan kriminalisasi kepada ulama dan organisasi Islam dengan cap radikal. Sebab Barat sangat faham bahwa dahulu negara Islam yang menerapkan Islam kaffah yang telah menyatukan umat Islam sedunia menjadi negara adidaya yang sangat maju. 

Mereka takut kemungkaran-kemungkaran yang telah mereka perbuat akan terungkap. Kemungkaran yang telah eksis dan memiliki basis yang kuat menyebabkan para pelaku kemungkaran akan merasa di atas angin. Mereka lalu berusaha memengaruhi berbagai pihak agar kemungkaran yang mereka lakukan diakui dan diikuti oleh orang lain. Apalagi jika kemungkaran dan kezaliman tersebut dilakukan oleh penguasa dengan berbagai perangkat kekuasaannya. Mereka akan menggunakan simbol, narasi dan tindakan, baik dengan halus maupun kasar, untuk memengaruhi rakyatnya sehingga kemungkaran dan kezalimannya tetap berlangsung dan merajalela. Akhirnya, kerusakan pun semakin parah dan merebak di berbagai bidang kehidupan, tempat dan waktu.

Tidak ada pilihan lain,  umat Islam wajib bersungguh-sungguh melakukan amar makruf nahyi mungkar dengan penuh keberanian tanpa keraguan dan rasa segan. Sebab amar makruf nahyi mungkar adalah kewajiban penting dalam Islam dan mengandung banyak keutamaan. Allah SWT berfirman,

وَٱلمُؤمِنُونَ وَٱلمُؤمِنَٰتُ بَعضُهُم أَولِيَاءُ بَعض يَأمُرُونَ بِٱلمَعرُوفِ وَيَنهَونَ عَنِ ٱلمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَٰئِكَ سَيَرحَمُهُمُ ٱللَّهُ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيم

“Orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka melakukan amar makruf nahyi mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat serta menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (TQS at-Taubah [9]: 71)

Ayat di atas juga menekankan betapa pentingnya umat Islam melakukan amar makruf nahyi mungkar terhadap siapa pun pelaku kezaliman atau kemungkaran; baik individu, kelompok maupun penguasa. Jika kewajiban ini ditinggalkan, akan muncul siksaan atau cobaan yang menimpa secara umum, baik kepada pelaku kemungkaran dan kezaliman maupun orang-orang yang taat. Jika kemungkaran telah tampak secara terbuka di tengah masyarakat dan tidak ada yang berusaha menghentikannya maka basis-basis kemungkaran akan terbentuk, komponen-komponennya akan menguat, eksistensinya akan semakin tampak dan jaringannya semakin meluas.

Ustadz Yuana Ryan Tresna mengungkapkan bahwa, saat hidup di tengah kedzaliman maka sikap kita harus tetap berisik, berisik yang berisi dengan mematuhi adab-adabnya, yaitu: Jika yang akan dikatakan adalah kebaikan, maka berbicaralah!; Jika yang akan dikatakan adalah keburukan, maka diamlah!; Pastikan berpikir sebelum berbicara; Hendaklah menahan bicara dalam perkara mubah yang tiada makna; Pembicaraan yang baik adalah yang sedikit namun menunjukkan makna; Senantiasa membiasakan saring berita sebelum sharing; Pembicaraan hendaknya tidak menyakiti sesama muslim (aspek personal);  Sampaikan kebenaran walaupun pahit diterimanya; Nasihat (amar makruf dan nahi mungkar) harus tetap tegak di tengah kezaliman dan kesewenang-wenangan.

Sikap keluarga muslim semestinya tetap kokoh konsisten disertai sikap sabar dan istiqamah dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah SWT juga menegaskan bahwa sumber solusi atas segala problematika saat ini adalah Islam kaffah, sebab hanya Islam yang mampu mengukuhkan bangunan masyarakat hingga negara. Hanya Islam satu-satunya solusi seluruh problematika kehidupan manusia yang dihasilkan oleh sistem kapitalis-sekularisme. Sistem politik pemerintahan Islam tegak di atas paradigma sahih tentang kepemimpinan. Pemimpin dalam Islam berfungsi sebagai pengurus sekaligus perisai bagi umat. Seorang pemimpin tak boleh abai atas kebutuhan dan keselamatan rakyatnya. Caranya dengan menerapkan seluruh hukum Allah secara murni dan konsekuen sebagaimana yang Allah SWT perintahkan. 

Sistem ekonomi Islam dipastikan akan menjamin kesejahteraan orang per orang karena sistem ini berangkat dari paradigma yang sahih tentang apa makna kebutuhan, potensi manusia dan bagaimana mengelola seluruh sumber daya yang Allah berikan sebagai jaminan rejeki bagi seluruh umat manusia. Begitupun dengan sistem sosial Islam mengatur pergaulan masyarakat termasuk relasi laki-laki dan perempuan dengan tujuan yang mulia dan memuliakan yakni melestarikan keturunan sekaligus mewujudkan generasi cemerlang pioner peradaban yang purna dalam kehidupan.

 Dalam Islam, keluarga mendapat kedudukan penting . Selain sebagai tempat memenuhi naluri nau' (melestarikan keturunan) dan sebagai tempat menyebar rahmat juga memiliki posisi politis dan strategis sebagai madrasah sebagai kamp perjuangan serta tempat mencetak generasi cemerlang. Dalam konteks seperti itulah maka Islam memberi aturan-aturan termasuk memberi tupoksi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan (suami - istri). Ayah sebagai nahkoda alias pemegang kendali kepemimpinan sekaligus pencari nafkah atau penjamin aspek finansial bagi keluarga. Sementara ibu sebagai guru atau madrasah ula bagi anak-anaknya sekaligus sebagai manajer rumah tangga suaminya. Karena itu penerapan aturan Islam harus diyakini setiap keluarga muslim sebagai solusi tuntas bagi problem kehidupan dan perjuangan penerapannya harus ditempuh sesuai metode dakwah Rasulullah Saw. yakni melakukan dakwah pemikiran mencerdaskan umat dengan Islam kaffah yang mengarah pada terwujudnya kekuatan politik Islam sebagai institusi penerapannya. 

Dengan tegaknya seluruh aturan Islam dalam kehidupan in syaa Allah individu, keluarga, masyarakat bahkan negara akan kukuh terjaga. Kerahmatan akan melengkapi seluruh alam sebagaiman sejarah telah membuktikan. Keluarga muslim termasuk para ibu, harus kembali berfungsi sebagai benteng umat yang kukuh yang siap melahirkan generasi terbaik dari individu-individu yang bertaqwa dengan visi hidup yang jelas yaitu sebagai hamba Allah yang mengemban misi keKhilafahan di muka bumi. Saatnya keluarga muslim bangkit memimpin peradaban agar kesejahteraan merata di seluruh dunia, bukan hanya muslim tetapi juga non muslim.

Wallahu 'alam bish-shawwab.

Posting Komentar

0 Komentar