Krisis Adab, Lupa Balas Budi Orang Tua

(sumber gambar : kompasiana.com)


Oleh: Mbak Tutik (Ibu Rumah Tangga dan Pemerhati Sosial di Karawang)

Setiap anak terlahir dari rahim ibunya, yang dirawat dengan penuh kasih sayang serta diajarkan ilmu juga adab dalam kehidupan. Sudah sepantasnya ketika dewasa sang anak berbakti dan hormat pada orang tua , memperlakukannya dengan penuh cinta kasih sebagaimana ketika ia dirawat pada saat kecil.

Namun sayang di era  milenial ini dimana anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan kesibukannya sendiri sehingga lupa dengan tugas dan kewajiban sebagai anak. Ditambah banyak tontonan yang kurang mendukung untuk pola berpikir generasi muda. Membuat sikap dan pola pikir generasi muda bergeser. Tempo dulu generasi muda cenderung mempunyai sikap takut, tunduk, hormat dan patuh pada orang tua. Berbeda dengan saat ini, sikap itu sudah memudar dan bahkan mungkin sudah ditinggalkan oleh sebagian besar generasi muda.

Sikap kurang ajar pada orang tua mereka tunjukkan dengan terang terangan dan tak malu - malu mereka mengunggahnya di media sosial. Sungguh miris dan memprihatinkan, sebagai contoh kasus di Negri ini.

Kasus ibu yang dipolisikan anak di Demak (detik.com). Kemudian, ada pula anak di Nusa Tenggara Barat ingin penjarakan ibu hanya karena sepeda motor (Tribunnews.com), namun laporan ini ditolak oleh Kasatreskrim polres Lombok. Ini hanya sebagian contoh kasus dari sekian banyak kasus yang luput dari media.

Anak yang seharusnya membalas kebaikan Orangtua dengan kasih sayang justru membalasnya dengan keburukan, orang tua mendapatkan pesakitan.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Banyak faktor yang mempengaruhi pola sikap anak serta generasi muda saat ini.

Yang pertama diantaranya adalah anak berada pada lingkungan keluarga yang kurang harmonis serta tak menanamkan adab dan sopan santun.

Kurangnya penanaman Aqidah Islam dalam kehidupannya, yang bisa membentuk jiwa Islami serta mempunyai sikap dan sopan santun kepada orang tua, keluarga dan lingkungan. Membuat Orang tuanya bangga.

Yang kedua adalah faktor lingkungan dan pergaulan. Ini tak kalah penting untuk membentuk jiwa dan pola sikap sang anak, jika lingkungan negatif maka sang anak akan mudah terkontaminasi hal-hal negatif juga, berprilaku yang tak baik dan melanggar aturan Agama.

Namun sebaliknya jika lingkungan positif, maka sang anak pun akan menjadi pribadi yang membanggakan, mempunyai adab dan sopan santun, perbuatannya pun kecil kemungkinan akan melanggar ajaran agama.

Faktor ketiga adalah peran penting Negara sebagai institusi penerap sistem yang benar, pengontrol dan pengingat bagi warganya. Faktor inilah yang sangat mendukung perkembangan generasi muda bagaimana ia berkembang n mempunyai sikap yang berakhlak mulia.

Negara berperan untuk mendidik dan membina generasi muda agar menjadi generasi unggul, bertakwa dan bersikap baik pada orang tua. Negara seyogyanya tidak membuka kran tontonan-tontonan yang tidak bermutu dan melanggar norma-norma agama dan kehidupan.

Negara berkewajiban menyaring siaran yang mendidik dan tidak mendidik. Negara memberlakukan sistem sensor yang benar terhadap siaran di semua media. Negara wajib mengarahkan dan membimbing Generasi muda untuk cinta agamanya dan mendorong untuk menjalankan ajaran agamanya dengan sungguh-sungguh.

Jika ketiga faktor tadi bisa terwujud dalam kehidupan, tentulah akan lahir generasi - generasi yang membanggakan serta mempunyai akal yang terjaga, akhlak yang mulia, menjunjung tinggi adab dan sopan santun.

Orang tua akan bahagia karrna mempunyai anak-anak yang membanggakan, berakhlak terpuji serta mempunyai ketakwaan. Semoga kita para orang tua bisa mendidik dan mengarahkan anak-anak kita menjadi generasi yang mempunyai jiwa mulia serta sikap yang terpuji.

Serta mampu menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa pada Sang Kholik, Allah Swt, serta menyayangi keluarga dan sesama. Dan yang paling penting adalah mampu menjaga adab dan sopan santun.

Wallahu a'lam

Posting Komentar

0 Komentar