Oleh : Putri Irfani (Aktivis Muslimah Medan)
Sejumlah daerah di Indonesia menggelar secara serentak program vaksinasi Covid-19. Pelaksanaan vaksinasi di daerah akan diutamakan kepada sejumlah warga prioritas terutama tenaga kesehatan.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin meminta agar pemda menyiapkan orang-orang prioritas mereka yang akan divaksin. Program prioritas vaksinasi rencananya akan digelar selama dua hari hingga 15 Januari.
"Bapak/Ibu Gubernur, kepala daerah, tolong persiapan, pilih orangnya, karena tanggal 14-15 (Januari) kita akan mulai lakukan vaksinasi di daerah, terutama provinsi," kata Budi Gunadi di kantor Kemendagri, Selasa (5/01) lalu.
Proses vaksinasi terhitung telah dimulai pada Rabu (13/1), dimulai dari Bapak Presiden RI dan sejumlah menteri kabinet Indonesia Maju Jilid II di Istana Merdeka. Program vaksinasi rencananya akan dilakukan selama 15 bulan hingga Maret 2022 mendatang.
Beragam cara upaya Pemerintah Indonesia dalam mengatasi penyebaran Covid-19 telah dilakukan mulai dari karantina/lockdown, Test-Trace-Treatment (3T), sampai instruksi Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak (3M) dan sekarang melompat ke solusi vaksin. Namun, apakah vaksin akan menjadi solusi terakhir dalam meredam penyebaran virus covid-19?
Ternyata, vaksin belum tentu menjadi solusi utama menyelesaikan pandemi Covid-19. Vaksin yang sampai saat ini masih dalam penelitian dibeberapa negara termasuk Indonesia masih berproses dan belum ada yang terbukti bisa menghentikan pandemi secara total untuk bisa kembali ke kehidupan normal.
Maka, Alih-alih ingin menyelesaikan permasalahan yang tak kunjung usai, Vaksin sebagai solusi yang diharapkan saat ini masih menjadi pro-kontra ditengah masyarakat. Bisa jadi, vaksin akan memberikan dampak yang tak sesuai dengan harapan rakyat dan bahkan menimbulkan permasalahan baru, baik dunia kesehatan maupun ekonomi Negara.
Sudah saatnya kita kembali melisik bagaimana islam memberikan solusi terhadap dunia kesehatan dalam menangani wabah secara menyeluruh. Yang Pertama, sejak awal pemimpin didalam Islam akan melakukan Test-Trace-Treatment (3T) di mana Khalifah akan memisahkan orang sehat dari orang sakit. Kemudian akan memberlakukan tes massal, baik rapid test maupun swab test secara gratis bagi warganya. Bagi mereka yang terinfeksi, negara mengurus pengobatannya hingga sembuh.
Kedua, Khalifah berupaya maksimal menutup wilayah sumber penyakit, sehingga penyakit tidak meluas dan daerah yang tidak terinfeksi dapat menjalankan aktivitas sosial ekonomi mereka secara normal tanpa takut tertular. Selain itu, upaya ini membuat penguasa fokus menyelesaikan kasus di daerah terdampak wabah.
Ketiga, bagi masyarakat di daerah wabah yang tidak terinfeksi penyakit, Khalifah akan menjamin seluruh kebutuhan pokok mereka. Khalifah menjamin protokol kesehatan dapat dilakukan semua rakyatnya. Upaya ini memutus rantai penularan virus penyakit.
Keempat, Khalifah menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan yang cukup dan memadai bagi rakyat, tanpa menzalimi tenaga medis/instansi kesehatan.
Kelima, Khalifah mendukung penuh dengan menyediakan dana yang cukup untuk melakukan riset terhadap vaksin agar segera dapat ditemukan.
Semua mekanisme ini ditopang oleh sistem keuangan yang berbasis baitul mal, sehingga menjadikannya Negara yang mandiri bukan berbasis ribawi, Negara tidak akan bergantung terus-menerus kepada negara kapitalis (asing). Problem kehidupan pun akan cepat terselesaikan, termasuk dalam dunia kesehatan.
0 Komentar