Oleh: Astriani Lidya, S.S
Krisis air bersih sedang melanda beberapa wilayah di Indonesia. Alih fungsi hutan yang begitu pesat, tekanan politik globalisasi dengan sejumlah agenda neoliberal berupa pembangunan kawasan ekonomi merupakan beberapa penyebab menurunnya debit air. Belum lagi eksploitasi mata air oleh pebisnis air minum kemasan, pencemaran sungai dan liberalisasi air bersih perpipaan. Dalam sistem ekonomi kapitalis seperti saat ini, hal yang tadi disebutkan memiliki ruang yang subur dan luas. Sementara itu, penanggulangan dan pencegahan dalam bingkai neoliberal terbukti gagal. Puluhan juta jiwa masyarakat tetap sulit mendapatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik.
Salah satunya di Taruma Jaya, Kabupaten Bekasi. Nenek Emah (70 tahun) terpaksa harus membeli setiap harinya minimal lima air gallon/jerigen yang dijual eceran dengan menggunakan gerobak dorong guna kebutuhan sehari-hari. Dikatakan olehnya dirinya dan suami sudah tiga tahun tinggal di sebuah gubuk empang. Ia harus membeli air karena pentingnya air bersih bahkan jika sedang tak punya uang ia terpaksa harus menggunakan air empang/tambak walaupun airnya asin. Nenek Emah sangat berharap jika adanya pendistribusian air bersih ataupun dibuatkan kran air umum karena hampir semua warga khususnya di Tanah Merah Taruma Jaya Bekasi banyak berdiri rumah warga yang berdekatan dengan empang miliknya dan mereka membeli air jerigen untuk keperluan sehari-hari. (SingkapNews.com, 25/01/2021)
Di awal tahun 2021 ini PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi cabang Taruma Jaya berharap usulan penambahan instalasi guna menambah debit air bisa di realisasikan demi memaksimalkan pendistribusian air bersih. Dikatakan Mohamad Modrik, selaku kepala Instalasi Pengolahan Air (IPA) cabang Taruma Jaya Bekasi bahwa penambahan debit sangatlah penting karena saat ini debit air masih berada diangka 40 liter per detik. Selain itu dikatakan Modrik wilayah Taruma Jaya Bekasi terutama yang berada di ujung atau dekat dengan laut memang masih belum kesemuanya terpasang jaringan dan bahkan warga masih adapula yang membeli air bersih dengan jerigen walaupun air yang digunakan terasa asin disana. (SingkapNews.com, 18/01/2021)
Cara Khilafah Mengelola Air Bersih
Sejarah merekam dan menunjukkan kota-kota Islam abad pertengahan sudah memiliki sistem manajemen dan pasokan air yang sangat maju untuk mengalirkan air ke semua tujuan. Seluruh dunia Muslim, ditandai dengan air yang mengalir di sungai, kanal, atau qanat (saluran bawah tanah) ke kota. Saat itu air disimpan dalam tangki, untuk disalurkan melalui pipa-pipa di bawah tanah ke berbagai tempat. Seperti, tempat tinggal, bangunan umum dan kebun. Air yang berlebih mengalir keluar dari kota ke sistem irigasi.
Lalu di Spanyol, pemandian umum dapat ditemukan bahkan di desa terkecil. Kaum Muslim memiliki kebiasaan mandi setiap hari, dan karenanya, pemandian umumnya disediakan untuk pria di pagi hari dan wanita di sore hari. Tidak hanya perkotaan, pemukiman penduduk dan pedesaan, lahan-lahan pertanian pun terairi dengan memadai. Hal ini mengindikasikan bahwa dibawah naungan Islam, daur air dan segala aspek yang menjaga keberlangsungannya terjaga dengan baik.
Khilafah juga mendirikan industri air bersih perpipaan sedemikian rupa sehingga terpenuhi kebutuhan air bersih setiap individu masyarakat kapanpun dan dimanapun berada. Dan status kepemilikannya adalah harta milik umum dan atau milik negara. Dikelola pemerintah untuk kemaslahatan Islam dan kaum muslimin. Hal ini kembali pada kaedah bahwa status hukum industri dikembalikan pada apa yang dihasilkannya. Untuk semua itu, negara harus memanfaatkan berbagai kemajuan sains dan tekhnologi, memberdayakan para pakar yang terkait berbagai upaya tersebut. Sehingga terjamin akses setiap orang terhadap air bersih gratis atau murah.
Sungguh Allah Swt menciptakan kadar pada setiap makhluk ciptaan-Nya, sebagaimana ditegaskan dalam QS Al A’la ayat 3, yang artinya “Dan yang menentukan kadar (masing-masing ciptaan-Nya) dan memberi petunjuk”. Pada semua ciptaan-Nya Allah Swt ciptakan pula keseimbangan, “Dia ciptakan keseimbangan”. (TQS. Al A’la:7). Sungguh Allah telah mengingatkan agar keseimbangan itu jangan dirusak, “Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu.” (TQS. Al A’la:8). Artinya, kesejahteraan di seluruh penjuru alam hanya akan terwujud, termasuk bebas dari darurat kekeringan dan krisis air bersih manakala syariat Allah Swt sajalah yang diterapkan. Karena Allah Swt sendiri telah menegaskan, yang artinya, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”. (TQS. Al Anbiyaa:107)
Begitulah Khilafah mengelola air bersih yang merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup seluruh makhluk. Maka sudah seharusnya dunia saat ini menerapkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan agar Allah mudahkan segala sesuatunya, kehidupan menjadi berkah dan senantiasa mendapat ridho Allah Swt. “Jikalau sekiranya penduduk neger-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (TQS. Al A’raf: 96).
Wallahu a’lam bishshawab
0 Komentar