Islam Atasi Pandemi

Oleh : Ayu Susanti, S.Pd

Corona, virus yang masih ada di negeri ini. Tidak hanya negeri zamrud khatulistiwa yang kelimpungan mengurusi satu virus ini. Namun hampir seluruh negara di dunia bingung bagaimana menghentikan laju perkembangan penularan virus tersebut. Sudah hampir kurang lebih satu tahun, virus covid-19 ini menghantui penduduk bumi. Kini kita seakan-akan terbiasa dengan kebiasan baru seperti menggunakan masker, rajin mencuci tangan menggunakan sabun dengan air yang mengalir, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan protokol kesehatan yang lainnya. Bahkan slogan “di rumah aja” menjadi hal yang sudah biasa terdengar di telinga masyarakat. Jika tidak begitu berkepentingan, maka mending lebih baik diam di rumah sebagai salah satu bentuk usaha kita untuk memutus rantai penyebaran virus corona. 

Sudah berbagai cara dilakukan. Para pakar pun telah memberikan berbagai rekomendasi untuk menghentikan laju penyebaran. Bahkan kabar terbaru, sudah ada secercah harapan adanya vaksin untuk mencegah virus ini. Dan sudah beberapa lama ini vaksin disebarluaskan ke pelosok negeri. Termasuk daerah Purwakarta dan Karawang. 

Bupati Anne Ratna Mustika mengungkapkan seribuan sopir angkutan umum di Purwakarta akan disuntik vaksin COVID-19. Pemerintah Kabupaten Purwakarta melalui Dinas Perhubungan saat ini sedang melakukan pendataan dan verifikasi bekerja sama dengan Organda yang mana berdasarkan data dari Organda ada 1200 sopir angkutan umum. Vaksinasi COVID-19 tahap kedua sendiri rencananya akan digelar pada minggu ke-4 bulan Februari tahun 2021 sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (https://purwakartanews.pikiran-rakyat.com/, 11/02/2021). 

Ada beberapa kalangan yang menjadi sasaran suntik vaksin. Hal ini dilakukan dengan harapan mencegah tersebar luasnya virus corona. Di samping sopir angkutan umum, Vaksinasi COVID-19 tahap kedua ini menyasar banyak pihak seperti ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Purwakarta, pegawai BUMN dan BUMD serta jajaran TNI –POLRI, dan padagang pasar. (https://purwakartanews.pikiran-rakyat.com/, 11/02/2021).

Tidak hanya penyebaran vaksin di daerah Purwakarta, daerah Karawang pun demikian. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang, Jawa Barat melakukan vaksinasi Covid-19 tahap kedua yang masih dikhususkan untuk tenaga medis dan forkopimda setempat. "Vaksinasi tahap kedua ini sudah dimulai sejak Jumat 12 Februari 2021 untuk jajaran forkopimda, dilanjutkan untuk tenaga medis," kata Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, di Karawang, Sabtu malam, 13 Februari 2021. (https://metro.tempo.co/, 14/02/2021). 

Hampir semua daerah menjadi sasaran suntikan vaksin ini. Namun rupanya masyarakat masih memiliki rasa kekhawatiran akan keamanan vaksin tersebut. Tentu ada pro-kontra di kalangan masyarakat mengenai vaksin ini. 

Di tengah kelahiran vaksin Covid-19, muncul pro dan kontra di masyarakat. Ada yang mendukung vaksin, dan ada juga yang meragukan keefektifan dan keampuhan vaksin Covid-19. Beberapa di antaranya bahkan menolak vaksin. Menurut Dr. Endang Mariani, M.Psi., pengamat dan praktisi Psikososial dan Budaya, lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, fenomena ini merupakan suatu reaksi yang wajar. Ini mengingat pandemi Covid-19 yang ditimbulkan oleh virus corona SARS-CoV-2 masih baru dan vaksin yang akan diberikan tentunya masih baru. Beberapa vaksin bahkan masih dalam fase penelitian dan uji coba. (https://www.kompas.com/, 23/12/2020). 

Di tengah ramainya respon masyarakat mengenai vaksin, kasus virus corona ini belum kunjung usai. Bahkan semakin bertambah laju penularannya. 

Berdasarkan data pemerintah sejak Jumat (5/2/2021) hingga Sabtu (6/2/2021) pukul 12.00 WIB, terjadi penambahan 12.156 orang yang terjangkit Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, kasus Covid-19 kini berjumlah 1.147.010 orang, terhitung dari Maret 2020 saat diumumkannya pasien pertama. (https://nasional.kompas.com/, 07/02/2021). Langkah-langkah yang dilakukan ternyata masih belum bisa menghentikan laju penularan virus ini. 

Tentu dalam penanganan virus ini diperlukan usaha yang sangat serius dan cepat tanggap. Mengerahkan segala daya upaya dan mencari cara bagaimana bisa menekan laju penyebaran virus ini. Hal ini diperlukan ketegasan dan keseriusan pemerintah dalam mengelolanya. Diperlukan kebijakan yang pas untuk menanganinya.

Sistem sekulerisme, sistem buatan manusia yang berstandar kepada materi dan mengatur hidup manusia dengan aturannya sendiri, melahirkan sebuah sistem hidup yang rusak. Termasuk dalam penyelesaian masalah pandemi ini. Aturan manusia yang berkuasa, sehingga tak heran dalam menangani masalah manusia masih mementingkan kepentingan tertentu. Masih menimbang-nimbang baik buruknya dengan standar materi. Apakah menguntungkan ataukah tidak. Berkenaan vaksin itu sendiri seharusnya adanya edukasi yang lengkap dan benar ke tengah-tengah masyarakat. Sehingga masyarakat tak perlu lagi termakan isu hoax atau khawatir dan ragu tentang vaksin tersebut. Karena sudah jelas informasinya. Namun nyatanya edukasi ini tak bisa dioptimalkan di suatu sistem yang masih menstandarkan pengurusan rakyat kepada azas manfaat belaka, yakni sistem sekulerisme-kapitalisme. 

Berbeda halnya dengan Islam diawal menangani masalah wabah ini. Rasulullah saw. dengan tegas untuk melakukan lockdown kepada wilayah yang terkena wabah. Seperti halnya dalam hadits Rasulullah, 

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari)

Dari hadits diatas sudah sangat jelas usaha awal untuk menghentikan sebuah wabah adalah dengan lockdown total wilayah yang terkena wabah. Dengan harapan agar wabah ini tidak menyebar luas seperti saat ini. Disamping itu, langkah selanjutnya pemerintah melakukan pengurusan kepada warga negara yang terkena wabah dengan memberikan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma. Untuk masyarakat yang belum terkena wabah maka bisa dengan bebas melakukan aktivitas seperti biasa tapi dengan protokol kesehatan yang cukup ketat. Langkah lain, tentu pemerintah pun akan menggandeng para ahli untuk meneliti lebih lanjut obat ataupun sejenis vaksin untuk menghentikan laju penyebaran. Pemerintah pun akan senantiasa melakukan edukasi yang benar kepada masyarakat mengenai virus ini dan bagaimana pencegahannya. Sehingga tidak akan ada lagi berita hoax yang membingungkan masyarakat. Kalaupun adanya vaksin untuk pencegahan, maka tentu pemerintah akan meneliti lebih lanjut perkembangan vaksin dan serius serta melakukan edukasi ke tengah-tengah masyarakat mengenai pengobatan virus tersebut. Selain itu memfasilitasi distribusi vaksin ke tengah masyarakat.

Vaksinasi merupakan salah satu jenis pengobatan untuk mencegah penyakit. Hal ini dilakukan berdasarkan hukum Islam yang sama sebagaimana pengobatan lainnya. Pada level individu, mencari pengobatan adalah suatu tindakan yang bermanfaat (disunnahkan), tetapi bukan wajib.

Rasulullah (ﷺ) ketika ditanya tentang mendapatkan pengobatan, beliau mendorong hal itu:

 يَا عِبَادَ اللَّهِ تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ شِفَاءً أَوْ قَالَ دَوَاءً إِلَّا دَاءً وَاحِدًا… الْهَرَمُ

“Wahai para hamba Allah, berobatlah. Sesungguhnya Allah SWT tidak meletakkan suatu penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (Sunan al-Tirmidzi 2038).

Juga, tidak wajib bagi seseorang untuk mencari pengobatan. Seseorang dapat menolak suatu pengobatan dan menanggung penyakit itu dengan sabar, untuk mencari pahala dari Allah.

Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”Aku menjawab, “Ya.” Ia berkata, “Ada wanita berkulit hitam yang datang kepada Nabi (ﷺ) lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah menyembuhkannya.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ

‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah menyembuhkanmu.’ Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’ Maka Nabi pun mendoakannya.” (Sahih al-Bukhari 5328, Sahih Muslim 2576). (https://mediaumat.news/, 06/01/2021). 

Islam adalah aturan sempurna dan menyeluruh yang Allah turunkan untuk umat manusia agar selamat dunia dan akhirat. Sehingga untuk penanganan wabah pun sebetulnya sudah diatur lengkap dalam Islam. 

Oleh karena itu, agar bisa selesai dari semua permasalahan yang ada maka kita harus kembali kepada penerapan Islam secara menyeluruh dalam kehidupan. 

Wallahu’alam bi-showab.

Posting Komentar

0 Komentar