Kebijakan Setengah Hati Atasi Corona, KBM Tatap Muka Ditunda

Oleh : Siti Masliha, S.Pd (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

Satu tahun lamanya corona beraksi di negeri ini. Hari persebarannya masih tinggi. Hampir seluruh kota di Indonesia merasakan keganasan virus ini. 

Salah satu sektor yang terimbas corona adalah pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarin sempat mengeluarkan wacana akan membuka kembali sekolah tatap muka di awal tahun 2021. Namun hal ini dibatalkan kembali kerena pandemi persebarannya masih cukup tinggi.

Hal ini juga terjadi di Bekasi. Pemerintah Kota Bekasi kembali mengevaluasi rencana kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka tahun 2021. Evaluasi ini dilakukan lantaran situasi pandemi Covid-19 yang dianggap belum stabil di Kota Bekasi.

Kasus terkonfirmasi Covid-19 yang semakin tinggi membuat Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi (Pepen) mempertimbangkan keselamatan murid dalam KBM tatap muka. "Pemerintah Kota saat ini memang dalam evaluasi kebijakan sekolah tatap muka, sedang kami kaji kembali," kata Pepen saat ditemui, Senin (4/1/2021).

Menurut Pepen, meski keputusan menggelar KBM tatap muka ada di tangan pemerintah daerah, kesiapan fasilitas tetap ada di tangan masing-masing sekolah. Beberapa syarat seperti kelengkapan fasilitas kesehatan dan izin dari orangtua murid harus dikantongi setiap sekolah sebelum KBM tatap muka digelar. (Kompas.com senin 04/01/2021).

Selain di Bekasi Jawa Barat, KBM tatap muka kembali di tutup di Kalimantan. Sebagaimana di lansir dalam Nusadaily.Com Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat Gustian Andiwinata menyatakan pemerintah daerah telah memutuskan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka kembali ditunda.

“Sebelumnya telah direncanakan KBM tatap muka Senin (15/2) hari ini. Namun karena Bengkayang masih zona oren dan sebagaimana disampaikan Gubernur. Bahwa zona oranye COVID-19 masih belum dapat melaksanakan KBM,” katanya saat dihubungi di Bengkayang, Senin. (Nusadaily.com selasa, 16/02/2021) 

Penyebab tingginya corona dikarenakan kebijakan setengah hati dari penguasa dalam mengatasi corona. Hal ini bisa dilihat dari kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa saat itu. 

Akhir tahun 2019 wabah corona telah menyerang negeri tirai bambu. Wabah ini belum masuk ke negara kita. Namun penguasa saat itu menaggapinya dengan tidak serius. Seharusnya ada tindakan preventif dari penguasa agar virus ini tidak benar-benar masuk ke negara kita. Tindakan penguasa saat ini justru ditanggapi dengan bercandaan atau guyunan. 

Salah satu guyonan yang keluar dari penguasa kita adalah, pada masa awal penyebaran virus Corona yang berasal dari Wuhan China. Pemerintah seharusnya mengantisipasi agar virus ini tidak masuk ke negara kita. Namun hal ini tidak ditangkapi serius oleh pemerintah. Beberapa “guyonan” yang keluar dari para tokoh negeri ini membuat rakyat semakin geli. Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan: “Corona [Masuk Batam]? Corona kan sudah pergi. Corona mobil?” ujarnya sambil tersenyum, saat ditanya wartawan soal info ada pasien positif Corona di Batam, pada 10 Februari 2020.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi: “[Ini] guyonan sama Pak Presiden ya. Insya Allah [virus] Covid-19 tidak masuk ke Indonesia karena setiap hari kita makan nasi kucing, jadi kebal,” ujarnya saat menghadiri peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik ke-74 di Graha Sabha Pramana, UGM, Yogyakarta, pada 17 Februari 2020.

Sikap seperti ini tidak layak keluar dari penguasa sebagai pengayom rakyat. Goyunan ini menunjukkan pengusaha tidak serius dalam mengurus rakyatnya. Mereka menganggap enteng virus corona, padahal faktanya corona adalah virus berbahaya yang dapat menghilangkan jutaan nyawa manusia. 

Bulan maret 2020 corona benar-benar masuk ke negara kita. Tindakan tegas dari penguasa saat itu belum dirasakan oleh rakyat. Rakyat menggantungkan hidupnya pada penguasa. Desakan melakukan lockdown dari pemerintah daerah dianulir oleh penguasa. Orang nomor satu di negeri ini tidak mengambil kebijakan lock down dengan alasan kestabilan ekonomi dan kebudayaan setiap negara berbeda-beda.

Akibatnya corona semakin meluas di seluruh Indonesia. Susul menyusul daerah berzona merah, bahkan berzona hitam. Ini tandanya Indonesia darurat corona. 

Dari bulan ke bulan korban keganasan corona semakin meningkat. PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pun diambil sebagai langkah untuk menyelamatkan nasib bangsa. Perjalanan PSBB di Jakarta dimulai pada 4 April 2020. Saat itu, Anies mengirimkan usulan kepada Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, agar wilayah Jakarta dan sekitarnya diberlakukan PSBB.

Ketika itu, surat usulan tidak langsung mendapat respons, hingga Anies kembali mengirimkan surat kepada Menkes karena merasa perlu memberlakukan pembatasan tersebut. Pada 7 April 2020, izin dari Menkes itu pun keluar. Pemprov DKI Jakarta selanjutnya mempersiapkan segala aturan terkait PSBB.

Selanjutnya pemerintah mengeluarkan kebijakan New Normal untuk menyelamatkan ekonomi bangsa. Namun langkah ini sangatlah beresiko tinggi. Pasalnya pada saat itu corona di negeri ini masih sangat tinggi.  Pandemi corona virus disease 2019 atau Covid-19 yang memaksa orang-orang berdiam diri di rumah membuat ekonomi melambat. Bahkan beberapa pelaku usaha, menghentikan total operasional mereka. Angka pemutusan hubungan kerja (PHK) juga meningkat. 

Di sisi lain, pemerintah di berbagai daerah masih memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penularan virus Corona. Layanan transportasi publik juga belum beroperasi normal seperti sebelumnya. Namun dengan kondisi pandemi corona virus yang masih tinggi pemerintah memaksakan untuk menerapkan kebijakan New Normal. New Normal di tandai dengan di bukanya fasilitas umum seperti maal, badara, stasuin. Meski protokol kesehatan diterapkan namun hal ini tidak menjamin penyebaran corona berhenti. Kebijakan ini sangat menyusahkan rakyat. 

Langkah berikutnya yang dilakukan oleh penguasa untuk membantu rakyat yang terdampak corona adalah bantuan sosial. Namun langkah ini tak semulus yang direncanakan oleh penguasa. Alih-alih bansos sampai ke tangan rakyat, dana bansos justru di korupsi tikus-tikus berdasi. Dimanakah hati nurani penguasa negeri ini?  Rakyat kelaparan di tengah wabah corona, masih tega menelap dana bansos. 

Itulah kebijakan setengah hati yang dikeluarkan oleh penguasa negeri ini dalam mengatasi pandemi. Akibat kebijakan ini lonjakan korban corona semakin tinggi, ekonomi semakin ambruk, rakyat semakin terdzolimi. Tak terkecuali pendidikan terkena imbas yang cukup berarti. 

Akibat kebijakan setengah hati ini corona tidak tersolusi dengan tuntas. Bahkan memakan korban cukup tinggi. Tak terkecuali pahlawan tanpa tanda jasa. Dengan kebijakan setengah hati ini membuat sekolah KBM (kegiatan Belajar Mengajar) secara tatap muka di tunda. Hal ini berakibat tidak efektif nya pembelajan. Selain itu memberikan kendala fasilitas yang terbatas karena tidak semua keluarga dapat amenyediakannnya. Selain itu berakibat stres nya orang tua, kisah anak yang melayang nyawanya di tangan orang tuanya salah satu penyebabnya adalah PJJ. 

inilah sistem kapitalisme yang tak mampu mengatasinya masalah corona. Ekonomi menjadi landasan bukan keselamatan nyawa manusia. Kapitalisme telah terbukti gagal menyelesaikan corona. Saat nya kita beralih kepada sistem yang mampu menjaga dan menyelamatkan nyawa manusia. Sistem tersebut mustahil dari manusia, sistem ini harus bersumber dari sang pencipta manusia. 

Dalam pandangan Islam, hilangnya nyawa seorang muslim lebih lebih besar perkaranya dari pada hilangnya dunia. Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Sangat disayangkan, nyawa seorang muslim harus hilang untuk sesuatu yang sangat tidak jelas.

Nabi Muhammad SAW juga juga pernah memperingatkan umatnya untuk tidak dekat dengan wilayah yang sedang terkena wabah. Dan sebaliknya jika berada di dalam tempat yang terkena wabah dilarang untuk keluar.

Seperti diriwayatkan dalam hadits berikut ini:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari)

Dikutip dalam buku berjudul 'Rahasia Sehat Ala Rasulullah SAW: Belajar Hidup Melalui Hadith-hadith Nabi' oleh Nabil Thawil, di zaman Rasulullah SAW jikalau ada sebuah daerah atau komunitas terjangkit penyakit Tha'un, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam memerintahkan untuk mengisolasi atau mengkarantina para penderitanya di tempat isolasi khusus, jauh dari pemukiman penduduk.

Tha'un sebagaimana disabdakan Rasulullah saw adalah wabah penyakit menular yang mematikan, penyebabnya berasal dari bakteri Pasterella Pestis yang menyerang tubuh manusia.

Demikianlah penanganan wabah penyakit dalam pandangan Islam. Dengan kebijakan yang tegas maka penyakit tidak semakin tertular dan nyawa manusia minim melayang. Selain itu dengan kebijakan yang tegas ini tidak berimbas ke bidang-bidang yang lain.

Posting Komentar

0 Komentar