Oleh: Ayu Susanti, S.Pd
Keluarga adalah harta berharga yang tak bisa ditukar oleh apapun. Orangtua adalah sosok yang sangat berjasa dalam mendidik dan membersamai tumbuh kembang anak-anaknya. Tak sedikit orang sangat mengharapkan memiliki keluarga yang harmonis. Ibu dan ayah serta anak-anak yang saling mencintai dan menghargai. Bahkan lebih dari itu saling berpegangan tangan untuk selalu meraih kebaikan setiap hari.
Namun apa daya, di zaman serba canggih saat ini, tak sedikit kasus yang berlatar belakang konflik orangtua dan anak. Publik cukup dikejutkan dengan pemberitaan ada anak yang menggugat ayah kandungnya sendiri dengan sejumlah uang yang tidak sedikit. Seperti diberitakan, seorang kakek bernama Koswara (85) digugat anaknya, Deden (40) Rp 3 miliar. (https://www.tribunnews.com/, 21/01/2021). Konflik yang terjadi adalah permasalahan lahan.
Kasus-kasus yang lain pun cukup sering terjadi di negeri ini. Konflik antara anak dan orangtua berujung pada pengadilan. Miris memang. Entah apa dan siapa yang harus disalahkan?
Konflik-konflik yang terjadi di tengah keluarga muslim saat ini tentu dilandasi dengan sistem hidup yang bukan menggunakan Islam. Sekulerisme, paham pemisahan antara agama dan kehidupan menjadi akar masalah dari setiap masalah yang ada. Keluarga muslim yang bermasalah justru adalah korban dari kapitalisme-sekulerisme yang kini menjadi aturan kehidupan. Bagaimana tidak? Saat kita tidak menggunakan aturan Islam, maka yang terjadi hanyalah kehancuran belaka dan kehidupan sempit yang kita rasakan.
Sekulerisme hanya bisa melahirkan keluarga muslim yang orientasi hidupnya adalah materi, mendapatkan kebahagiaan semu yang berlandaskan materi belaka. Harta, kekayaan, jabatan, kedudukan dan materi lainnya dijadikan tujuan utama walaupun moralitas berkurang dan bahkan hilang.
Sekulerisme telah mengubah keluarga muslim yang paham syariat Islam, menjadi keluarga asing yang tak tahu menahu tentang syariat Islam. Buta akan aturan Allah. Dan tak tahu lagi bagaimana seharusnya bersikap menjadi hamba Allah yang taat.
Sebagian keluarga muslim tak paham kedudukan dan perannya dalam keluarga. Tak paham juga hak dan kewajiban orangtua dan anak sesuai syariat Islam. Bahkan sebagian anggota keluarga tak paham bagaimana seharusnya adab harus senantiasa ada di tengah-tengah keluarga. Masalah keluarga ini sudah menjadi masalah “biasa” terjadi. Dan merupakan masalah kompleks. Tidak hanya sekedar masalah individu belaka.
Pemahaman yang ada di benak kaum muslim saat ini adalah pemahaman yang bukan berasal dari Islam. Serba bebas, serba seenaknya sendiri dan tujuan hidup hanya berlandaskan materi belaka menjadi landasan dalam menapaki kehidupan ini. Maka tak heran, masalah terjadi dimana-mana termasuk di keluarga muslim.
Berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah aturan sempurna yang Allah turunkan untuk ummat manusia. Agar manusia bisa teratur hidupnya dan selamat dunia akhirat. Dalam Islam, keluarga adalah institusi penting yang harus sangat diseriusi untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkepribadian islam serta memiliki akhlakul karimah. Orangtua dan anak akan berperan sinergis, bekerja sama dan menciptakan hubungan yang harmonis karena paham akan ilmu Islam dalam mengatur masalah dalam keluarga. Paham betul bagaimana hak dan kewajiban masing-masing anggota keluarga sesuai dengan Islam. Sehingga akan lahir sebuah keluarga yang islami dan berorientasi untuk mendapatkan keridhoan Allah saja. Keluarga yang terbentuk adalah keluarga yang saling amar ma’ruf nahyi mungkar saat ada anggota keluarga lalai dalam melaksanakan syariat. Karena masing-masing anggota keluarga paham betul kalau dirinya adalah hamba Allah, yang seharusnya taat dan patuh kepada Allah. Orangtua pun akan serta merta terus belajar dalam mendidik putra-putrinya berlandaskan Islam. Dan anak-anak pun akan berusaha menjadi anak yang berbakti pada orangtua karena Allah ta’ala.
Begitulah Islam. Islam adalah aturan yang Allah turunkan untuk mengatur kehidupan manusia. Untuk melahirkan generasi cemerlang dan keluarga yang harmonis maka sangat diperlukan sistem hidup yang kondusif sehingga lingkungan pun akan sangat mendukung dalam pembentukan generasi cemerlang dan berakhlakul karimah.
Oleh karenanya, jika kita menginginkan kehidupan yang serba aman, damai dan selamat, maka kembalilah kepada sistem Islam. Sebuah sistem kehidupan yang berasal dari Allah langsung sang Pencipta manusia yang paham seluk beluk manusia.
Wallahu’alam bi-showwab.
0 Komentar