Oleh : Layyina Mujahida Fillah ( Aktivis Dakwah Millenial)
Generasi millenial, apa kabarnya di tengah-tengah pandemi ini? Tak terasa pandemi Covid-19 ini telah berlangsung lama, hingga kita telah meninggalkan tahun 2020 dan berada di tahun 2021. Sudah hampir setahun lamanya kita berusaha menghindari keramaian, selalu keluar dengan memakai masker, dan juga tak lupa stay at home.
Pandemi ini juga membentuk new normal, baik di dalam individu, masyarakat, negara, bahkan juga dunia. Karena ia termasuk salah satu hal atau keadaan yang dapat merubah dunia, selain resesi dan perang. Artinya, pandemi ini mengharuskan dunia untuk memulai ulang, segera menyesuaikan dan membentuk new normal. Tak terkecuali di negara kita yang tercinta, Indonesia.
Sejak terjadi pandemi di negeri ini, banyak peraturan yang disesuaikan dan baru ditetapkan. Termasuk dalam hal pendidikan. Dikarenakan pandemi Covid-19 semakin menyebar dan bahkan sampai ke sekolah-sekolah yang menyebabkan KBM tak lagi aman. Sehingga akhirnya sekolah tatap muka diliburkan dan digantikan dengan sekolah online. Guru mengajar dan memberikan materi dari dalam rumah, dan para murid juga belajar di dalam rumah.
Namun, ternyata PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) ini meski bisa dikatakan telah menyelesaikan satu masalah pandemi, tetapi juga menambah masalah lain. Karena sejak dahulu, kurikulum pembelajaran generasi saat ini sudah gonta-ganti. Mereka ibarat kelinci percobaan menteri pendidikan yang sedang menjabat saat ini.
Adanya pandemi ini semakin memperburuk kondisi. Pembelajaran atau pelatihan generasi didik mengalami disrupsi. PJJ hanya membuat siswa untuk sibuk menyelesaikan tugas-tugas yang sangat banyak, sehingga banyak di antara mereka yang stres. Bahkan akibat PJJ ini sejumlah siswa kehilangan nyawa. Ditamba lagi adanya fenomena anak-anak yang kecanduan gawai sudah dalam tingkat yang mengkhawatirkan.
Banyaknya masalah pada generasi z atau generasi millenial saat ini karena sejak awal pembinaan mereka telah salah asuh. Saat ini mereka dididik dengan asas sekuler yang melahirkan pembagian dan pemisahan antara ilmu dunia dan ilmu agama. Metode pembelajarannya juga didominasi hanya dengan transfer ilmu, bukan pembentukan pemahaman.
Pendidikan pun hanya dipandang sebagai kekayaan intelektual bukan alat pembentuk perilaku. Akhirnya, generasi yang dihasilkan minim dari berkepribadian yang bertaqwa dan berperilaku mulia. Mereka hanya mengejar nilai-nilai akademis dan akhirnya juga hanya akan memiliki cita-cita pragmatis yang sebatas mendapatkan pekerjaan atau profesi tertentu.
Maka solusinya bukanlah hanya sekadar menyelesaikan problem teknis pembelajaran, apakah tatap muka ataukah PJJ saat pandemi. Namun juga harus menghilangkan sumber masalah yang menyebabkan kegagalan pendidikan generasi. Sistem pendidikan Islam lah sistem pendidikan yang mampu menghadapi krisis dan solusi bagi seluruh masalah fundamental pendidikan.
Karena sistem Islam bersumber dari Sang Pencipta, Allah SWT maka landasan nya adalah akidah Islam. Sehingga ketika terjadi pandemi pun belajar tetap akan dipastikan berjalan meski dengan teknis yang menyesuaikan. Pendidikan Islam juga bertujuan untuk membentuk kepribadian yang Islami, bukan sekedar mengajarkan teori atau mengejar nilai-nilai akademis.
Dalam sistem pendidikan Islam, negara berperan sebagai pengelola langsung dan penyedia layanan, bukan hanya sebagai regulator seperti dalam sistem pendidikan kapitalis saat ini. Maka negara Islam pasti akan bertanggung jawab penuh atas berbagai hal dalam pendidikan.
Dan hanya dalam sistem Islam yang mampu melahirkan generasi penakluk, generasi yang jiwanya dipenuhi cita-cita besar, tidak hanya mengejar nilai-nilai akademis, juga generasi yang tidak tunduk terhadap silaunya dunia, sebaliknya mampu menaklukkannya untuk kemenangan dunia dan akhirat.
Maka sudah saatnya kita kembali kepada sistem Islam, termasuk sistem pendidikannya, sudah seharusnya generasi z, generasi millenial sekarang memandang jauh ke depan, menembus dinding 'zhahir kehidupan dunia' menuju hanya keridhaan Allah semata.
Maka sudah bukan saatnya lagi untuk memikirkan hal-hal sepele bahkan yang tidak ada manfaatnya, apalagi menjadi jenuh dan putus asa, karena generasi Islam harus memiliki cita-cita yang besar untuk dunia dan akhirat, yaitu memperbaiki keadaan yang rusak sekarang dengan mengembalikan tegaknya Khilafah ala min hajin nubuwwah, menjadikan Islam sepenuhnya rahmatan lil alamin.
Wallahu a'lam bishowab.
0 Komentar