Oleh : Muthi Nidaul Fitriyah
Ditengah wabah Covid-19, awal tahun 2021 ini kita dihadapkan dengan berbagai peristiwa duka, jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, kemudian musibah dan bencana alam, longsor di Sumedang, Jawa Barat, banjir di Kalimantan Selatan, gempa di Sulawesi Barat, banjir dan longsor di Manado, Sulawesi Selatan, erupsi Gunung Semeru, selain harus menjadi renungan bersama, peristiwa diatas menyisakan luka dan duka, khususnya bagi para korban yang terdampak langsung.
Peristiwa-perisiwa diatas, menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan tempat tinggal serta harta benda masyarakat. Selain bantuan pangan dan segala kebutuhan jasmani ada bagian yang tak kalah penting untuk diperhatikan dan di dampingi penanganan dan pemulihannya yaitu pemulihan (recovery) mental para korban.
Dari setiap bencana alam yang terjadi, ada beberapa langkah cepat dan penting yang harus dilakukan, yakni penyelamatan nyawa (evakuasi dan pertolongan medis), bantuan material (makanan, pakaian dan sarana penunjang). Langkah-langkah penyelamatan nyawa, evakuasi korban dan penyaluran bantuan medis dan material merupakan tanggungjawab negara yag sudah termaktub dalam konsitusi. Siapapun pemimpinnya yang menduduki jabatan kepemimpinan atas masyarakat harus cepat bertindak sebagai wujud tanggungjawabnya.
Bagi yang bisa bertahan maka saluran makanan dan obat-obatan yang membantu mereka bertahan hidup, jangan sampai mislanya ada individu yang selamat dari bencana yang terluka namun tidak mendapatkan tindakan medis atau kelaparan sebab jauhnya akses sumber makanan. Disini perlunya aksi cepat tanggap dari para pemimpin negara.
Bantuan nonmaterial atau dukungan mental dan spiritual juga tak kalah penting. Tidak sedikit korban yangg terguncang jiwanya, kehilangan semangat hidup apalagi bagi mereka yang kehilangan anggota keluarga atau keluarga yan dicintai. Bisa jadi bagi sebagain korban, kehilangan materi tidak terlalu jadi masalah namun secara mental, mereka lemah dan rapuh, disini pentingnya penyelamatan nyawa yang dibarengi recovery (pemulihan) mental yang berbasis spiritual disisi penyaluran bantuan berupa materi.
Perlunya bekal pemahaman yang benar terutama tentang makna bencana dan bagaimana menjalani hidup pasca bencana.
Pertama, memahami makna bencana bagi seluruh lapisan masyarakat, baik yang kaya maupun yang miskin. Bahwa bencana yang terjadi baik sebab ulah tangan manusia atau bencana alam murni adalah bagian dari ketetapan Allah (qada).
“Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telahditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah ayat 51)
Oleh karenanya sikap bagi seorang muslim adalah ridha, berlapang dada mengembalikan semuanya kepada Allah SWT. bersabar dan bersyukur, masih diberikan keselamatan.
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “innaalillaahi wa innaa ilaihi raajiuun. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al Baqarah ayat 155-157)
Kedua, mengambil hikmah dibalik bencana yang terjadi. Bahwa tertimpanya kita dengan musibah bisa menjadi sarana untuk meraih amal salih dan terhapusnya dosa-dosa. Bersyukur merupakan salah satu cara untuk meraih ketenangan jiwa, dengannya menjadi pintu untuk meraih kebahagiaan.
“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah (bencana) berupa kesulitan, kesulitan, rasa sakit, kesedihan, kegalauan, kesusahan hingga tertusuk duri kecuali Allah pasti menghapus sebagian dosa-dosanya.” (HR. Buhkari dan Muslim)
Ketiga, menjadikan moment perenungan menuju taat kepada Allah SWT. Setiap desah nafas digunakan untuk taat dan berbuat terbaik kepada sesama merupakan kebaikan disisi Allah SWT. Manusia Hebat itu bukan yang sombong dan membanggakan diri, mampu membangun infrastruktur, jalan TOL, jembatan, bandara, dermaga, rumah mewah dll. Semua itu sangat kecil dihadapan Allah, dengan sedikit guncangan saja diatas buminya ini sudah cukup untuk membuatnya hancur, runtuh berantakan.
Maka dari itu para korban juga harus diajak untuk lebih mendekat dan mohon perlindungan kepada Allah SWT. Bencana yang telah ditetapkan-Nya terjadi, maka tidak satupun manusia berdaya mencegahnya. Bahkan Presiden, Menteri, Gubernur, para Jendral bintang empat dan para raja bergabung semua pun, mereka tak mungkin menghentikan Bencana jika Allah SWT sudah berkehendak.
Beragam bencana yang terjadi menunjukkan betapa manusia itu begitu lemah, manusia sangat bergantung pada pertolongan Allah SWT. Betapa tidak layak manusia bersikap membangkang terhadap ketentuan-Nya, bermaksiat serta berani mencampakkan petunjuk dan aturan-Nya. Allah SWT berfirman: “Apakah kalian merasa aman terhadap (hukuman) Allah yang (berkuasa) di langit saat Dia menjungkirbalikkan bumi bersama kalian sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Ataukah kalian merasa aman terhadap (azab) Allah yang (berkuasa) di langit saat Dia mengirimkan angin disertai debu dan kerikil? Kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.” (QS al-Mulk ayat 16-17).
Selain harus sabar dan syukur dalam menghadapi bencana, maka harus bisa mengambil pelajaran dari bencana yang terjadi. Harus ada perubahan sikap dan tindakan yang lebih baik. Harus bisa jadi lebih taat pada Allah ketika pasca bencana. Termasuk menghindari tindakan dan sikap yang bisa memicu terjadinya bencana. Betapa banyak musibah yang terjadi itu disebabkan atau setidaknya melibatkan peran manusia. Allah SWT berfirman: “Musibah apa saja yang menimpa kalian itu adalah akibat perbuatan kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar (dosa-dosa kalian).” (QS Asy Syura ayat 30)
Dengan berbagai program diatas diharapkan para korban bencana tidak sekedar bisa bertahan dan melewati kehidupan ketika terjadi bencana. Lebih dari itu mereka bisa memahami makna bencana dan meraih hikmah dibaliknya. Mereka bisa mempersiapkan Kehidupan pasca bencana yang lebih hebat dengan lebih taat pada aturan dan lebih dekat pada Allah SWT sang Pencipta semesta alam. Wallahu alam bi showwab
0 Komentar