Oleh: Dede Nurmala
Setiap orang terlahir dan terdidik untuk pertama kalinya dalam lingkungan keluarga. Sebelum akhirnya masuk kepada lingkungan luar. Dan keluarga menjadi hubungan terdekat setiap orang. Seringnya berinteraksi menjadikan kedekatan semakin erat. Keluarga juga menjadi tempat bercerita disaat lingkungan luar tak mendukung dan tak menghargainya.
Namun, betapa prihatin saat ternyata keharmonisan keluarga terganggu dan justru terjadi konflik yang membesar. Lebih mirisnya adalah konflik yang terjadi hanya karena masalah tak relevan antara anak dan ayah. Masalah yang terjadi sepantasnya bukan untuk konsumsi publik bahkan aparat penegak hukum. Kasus ini terjadi di daerah Bandung, Jawa barat. Seorang anak dengan tega melaporkan ayah kandungnya dan menuntut Rp. 3 milyar ke pengadilan Negeri. (PikiranRakyat.com)
Saat ditelusuri, ternyata permasalahannya hanya karena warung kelontong, gugatan seorang anak kepada ayah kandungnya bermula. Deden sang penggugat adalah pemilik warung kelontong yang menyewa tanah milik almarhum kakeknya sejak 2012 lalu.
Saat ini salah satu ahli waris tanah itu adalah ayah Deden, yakni R E Koswara. Koswara dan saudaranya ingin menjual tanah itu, sehingga meminta Deden untuk menutup warungnya. Singkat cerita, Deden tidak terima. Akhirnya menuntut sang ayah ke pengadilan. (Kompastv.com, 23/01/2021)
Lagi dan lagi, masalah antara keluarga terkhusus ayah dan anak dilandasi karena materi. Padahal hubungan antara orangtua dan anak itu diprioritaskan karena hubungan darah dan kasih sayang.
Anak dan orangtua harus saling menjaga. Anak menjaga harga diri orangtua begitupula orangtua menjaga Haq dan perasaan sang anak sehingga akan tercapai harmonisasi keluarga. Anak mengetahui kewajiban dan perannya sebagai anak. Seharusnya sebagai anak mampu memahami bagaimana memperlakukan orangtua. Dan harus seperti apa menyikapi permasalahan yang terjadi jika ada kesalahpahaman antara anak dan orangtua.
Islam jelas mengajarkan seperti apa seharusnya hubungan orangtua dan anak. Anak memandang berharganya orangtua. Maka, ia akan menjaga adab dan akhlaknya dengan baik. Begitupula orangtua akan mendidik anak-anaknya dengan menanamkan keimanan yang baik untuk anaknya. Apalagi seorang ayah yang mengetahui tanggungjawab besar dipundaknya.
Allah menyampaikan pesan melalui firmanNya.
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَ هْلِيْكُمْ نَا رًا وَّقُوْدُهَا النَّا سُ وَا لْحِجَا رَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَا ظٌ شِدَا دٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)
Maka, point penting dalam bentuk masalah dalam keluarga adalah ketika keluarga tidak terpelihara dengan baik dan keluarga harus terjaga dari api neraka. Bukan malah perselisihan terjadi hanya masalah harta yang jelas itu perkara dunia yang tidak ada keuntungan sedikitpun dalam perkara akhirat.
Jadi, orientasi utama sebuah keluarga itu bagaimana penjagaan aqidah masing-masing anggota keluarga. Bukan yang lainnya. Tak heran memang sistem kapitalis mampu mencetak anak bermental sekedar duniawi. Pikirannya hanya dibuat untung rugi materi semata.
Indahnya peraturan Islam saat diterapkan dalam kehidupan. Islam akan mencetak generasi taat yang arah tujuan dalam segala aktivitasnya adalah untuk akhirat. Kokohnya keimanan dalam dirinya akan menjadi benteng untuk melakukan perbuatan sesuai tuntunan Islam dan berharap hanya meraih Ridho Allah. Terhindar dari hal yang dibenciNya dan membuat ketenangan dalam keluarga. Sehingga tercipta keluarga ideal yang penuh dengan keharmonisan.
WaAllahu 'alam biishowab.
0 Komentar