RAJAB 1442H, 100 Tahun Tanpa Khilafah

Oleh : Habsah

Rajab merupakan bulan yang banyak menyimpan peristiwa, diantaranya di bulan ini tepatnya pada malam 27 Rajab diidentikan dengan peristia Isra Mi'raj, yang memang salah satu peristiwa penting dalam perjalanan penyebaran agama Islam oleh Rasulullah SAW. 

Peristiwa lain adalah merupakan bulan kemenangan militer Rasulullah dalam pertempuran Tabuk yang terjadi pada 9 H, dan menandai selesainya otoritas Islam atas seluruh Semenanjung Arab.

Kemudian, pembebasan Masjid Al Aqsa oleh Shalahudin al Ayyubi. Pada tanggal 27 Rajab 583 H, Shalahudin al-Ayyubi bersama pasukannya umat Islam bergerak mengepung dan membebaskan tanah Palestina yang setelah sekian abad lamanya dikuasai oleh pasukan salibis.

Berabad-abad kemudian, tepatnya pada 1924 M, masih di bulan rajab kembali menuliskan sejarah bagi umat Islam. Tetapi tidak seperti peristiwa sebelumnya. Sejarah yang terjadi Pada 28 Rajab ini merupakan runtuhnya kekhilafahan ottoman di Turki yang dihapus oleh Mustafa Kemal. Yang mana ia telah mengubah Turki menjadi negara sekuler.

Umat islam mengalami mimpi buruk pasca runtuhnya khilafah dan ini menyebabkan kerugian besar bagi umat. Tidak adanya perisai umat, Tidak ada penjaga kehormatan kaum perempuan bahkan kehilangan nyawa muslim tanpa alasan. 

Disinilah syariat Islam mulai tidak pernah secara sengaja digunakan. Syari’at islam satu persatu mulai dimutilasi dan berontokan sehingga kita mudah menjadi bulan-bulanan kafir barat. Islam hanya ditempatkan dalam urusan individu dengan tuhannya saja, inilah yang disebut dengan sekuler, seolah Tuhan ada namun Tuhan tidak masalah untuk diakui atau tidak diakui. Di sistem sekularistik ini lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai agama, tatanan ekonomi yang kapitalis, perilaku politik yang oportunis, budaya hedonis, kehidupan sosial yang egoist dan individualis, sikap beragama yang sinkretis, serta sistem pendidikan yang materialis.

Umat islam yang dahulu kuat karena bersatu dalam satu kepemimpinan, menjadi lemah karena tercerai berai dan menjadi sasaran empuk bagi kafir barat. Kita bisa lihat bagaimana keadaan umat islam sekarang, satu nyawa umat islam yang dibantai tidak berarti apa-apa. Di sisi Allah, hilangnya nyawa seorang muslim lebih lebih besar perkaranya dari pada hilangnya dunia. Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Ù„َزَÙˆَالُ الدُّÙ†ْÙŠَا Ø£َÙ‡ْÙˆَÙ†ُ عَÙ„َÙ‰ اللَّÙ‡ِ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َتْÙ„ِ Ù…ُؤْÙ…ِÙ†ٍ بِغَÙŠْرِ Ø­َÙ‚ٍّ

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Sangat disayangkan, nyawa seorang muslim harus hilang untuk sesuatu yang sangat tidak jelas. Ini karena ketiadaan perisai umat, bukan hanya nyawa kehormatan para wanitapun terenggut dengan dalih kesetaraan gender. Lihat saja contohnya di dalam negeri ini yang lagi hangat-hangatnya terjadi Surat Keputusan Bersama (SKB) seragam keagamaan, katanya dalih toleransi faktanya ini justru untuk menyudutkan umat islam. 

Bukankah islam adalah agama yang tinggi lagi mulia? Bukankah kita harus menjaga serta memperjuangkan kemuliaannya? Sudah 1 abad kita hidup tanpa khilafah, 1 abad tidak adanya perisai umat, masih maukah kita hidup dalam sistem yang bobrok ini?

Saat ini, yang dibutuhkan umat adalah persatuan umat, ummatan waahidah. Dan perbedaan dalam menyikapi suatu masalah adalah rahmat. tidak perlu menjadikan hubungan kita sesama muslim harus retak, hanya karena perkara yang remeh temeh. Maka dari itu umat harus bangkit, sudah saatnya umat mengakhiri kisah pilu ini dengan menerapkan syariah islam, dan penerapan syariah islam tidak mungkin bisa diterapkan secara kaffah tanpa adanya Khilafah. Wallahu a’lam bishowab

Posting Komentar

0 Komentar