Oleh: Sri Handayani
Rasanya sudah tidak tahu dengan bahasa dan sikap bagaimana menggambarkan kesusahan rakyat saat ini. Pandemi yang belum usai ditambah carut marutnya ekonomi, harga kebutuhan hidup meroket tidak pernah turun semakin hari semakin menjadi, dan bencana yang tiba-tiba datang silih berganti membuat kesedihan dan ketakutan. Bantuan jauh dalam jangkauan. Penguasa hanya sibuk dengan sensasi yang tidak bisa meredakan goncangan hidup dalam hati rakyatnya justru membuat bingung.
Pajakpun semakin beragam banyaknya dan naik biayanya, hukum semakin dipersulit, biaya kesehatan semakin mencekik, sistem pendidikan yang mulai membingungkan, dan kriminalitas semakin mbludak tidak terkontrol. Inilah kegawatan yang tengah terjadi disekitar kita.
Alih-alih bantuan, negeri ini semakin menambah hutang lagi yang begitu banyaknya tapi yang ujung-ujungnya dikorupsi dan dinikmati segelintir pejabat. Nasib rakyat ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Semakin melemah tidak berdaya di situasi yang tidak menentu saat ini, tidak ada yang bisa dipercaya lagi lalu berharap kepada siapa? Untuk bisa mensejahterahkan dan menolongnya.
Rakyat pernah sejahtera dan terjamin kehidupannya baik kesehatan, pendidikan, dan seluruhnya dalam masa kekholifahan Umar bin abdul Azis. Hampir seluruh rakyatnya tidak menerima zakat karena sudah mampu. Dan contoh kegemilangan keberhasilan kilafah menghasilkan generasi Islam yang tangguh dan disegani yaitu sultan muhammad al fatih yang berhasil menaklukkan konstantine. Perlindungan begitu diperhatikan untuk rakyatnya karena sejatinya ketundukkan dan ketakutannya hanya kepada Allah jika melalaikan kewajiban dan amanah yang di embannya.
Maka, kapan kesejahteraan itu akan teraih? Yaitu ketika hukum Allah diterapkan secara kaffah sempurna dalam kehidupan.
0 Komentar