Demokrasi Gagal Atasi Pencemaran Limbah Bekasi


Oleh : Eka Ummu Kholid

Masih terus kita dengar kegagalannya. Namun masih terus dipertahankan. Bukti kebobrokannyapun semakin terasa. Sistem ini tak mampu ciptakan lingkungan yang sehat. Kebutuhan industri dianggap lebih menguntungkan daripada masyarakat. Terciptanya peraturan yang menguntungkan dunia industri, faktanya banyak merugikan masyarakat. Salah satunya terkait kegagalan menangani limbah industri. Bertahun-tahun kejadian ini dikeluhkan. Namun, pemerintah seolah menutup mata dan telinga. Sekalinya mengambil kebijakanpun hanya sementara. Demi meredam kemarahan masyarakat. Setelahnya izin itu diberikan lagi. 

Ditemui usai melakukan investigasi, Irman anggota FBO Tarumajaya dari jajaran Laskar Merah Putih (LPM) mengatakan, tadi kami mendatangi PT.Andalan Furnindo yang disebut-sebut oleh waraga sebagai penghasil dari bau busuk yang ditimbulkan.

“Bau busuk yang dari PT.Andalan Furnindo bukan pertama terjadi, sebelumnya juga malah lebih parah, jadi karena sudah tidak tertampung, limbah sisa hasil produksi di tamping di kolam besar, sampai menyita perhatian anggota DPRD Kabupaten Bekasi untuk sidak ke perusahaan penghasil gula tersebut, “ ujarnya didampingi ormas BPPKB Banten, Senin (15/2/2021)

Hal serupa juga terjadi sebelumanya, Januari 2019. Pemerintah sempat memberhentikan operasional dari PT tersebut. Namun kemudian dibuka kembali, dan hingga kini menyebabkan kasus yang sama. 

Menurut pengakuan warga sekitar mereka sudah melakukan mediasi beberapa kali, namun perusahaan tak mengindahkan. Penuhnya kolam penampung limbah B3 yang akhirnya meluap. Kemudian menghasilkan bau busuk berkepanjangan. Warga hanya menuntut penanganan limbah yang benar. 

Keluhan masyarakat harusnya menjadi landasan kuat dalam bertindak. Bukannya sistem ini menjanjikan pemerintahan “ dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Faktanya “dari rakyat, oleh rakyat untuk penguasa”. Siapa penguasa dalam sistem ini? Yaitu para pemilk modal. 

Kepentingan masyarakat tak menjadi perhatian utama pemerintah. Bahkan warga mengeluhkan, harus mengadu kemana lagi. Disaat pemerintah menutup mata dan telinga. Negara yang seharusnya menjadi perisai seolah buang muka dengan permasalahan yang ada. 

Masalah serupa sebenarnya pun banyak terjadi di daerah lain. Keadilan memang sulit ditemukan. Apalagi jika yang mengeluhkan masyarakat kecil. Seolah suaranya tak ada harganya. Mungkin karena rakyat kecil ini tak dapat memberi pundi-pundi rupiah seperti yang dapat perusahaan berikan. Akhinya kepentingan perusahaan jadi yang utama. 

Jika kita cermati, sebenarnya ini adalah masalah sistemik. Yang membutuhkan penanganan serius. Karena memang kasus serupa akan terus bermunculan dan tumbuh subur dalam sistem ini.

Hanya dengan pergantian sistem, kita dapat menyelesaikan permasalahan ini secara permanen. Dengan sistem baru, yang mengutamakan kemaslahatan masyarakat di atas kepentingan penguasa. Sistem buatan Allah Subhanahu Wata’ala, yang Maha Mengetahui segala apa yang ada di langit dan di bumi. Ialah sistem islam yang telah terbukti kemaslahatan dari penerapannya. 

Rekaman jejak emas masa peradaban Islam hingga sekarang masih ada dan bahkan bisa ditemukan dalam banyak catatan-catatan sejarah yang ditulis oleh orang non-Muslim. Sebagai contoh Will Durant, seorang sejarahwan Barat. Dalam buku yang dia tulis bersama Istrinya Ariel Durant, Story of Civilization, dinyatakan, “Para khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka.”

Pada masa itu Eropa penuh dengan hutan-hutan belantara dengan sistem pertanian terbelakang. Dari rawa-rawa yang banyak terdapat di pinggiran kota tersebar bau-bau busuk yang mematikan. Rumah-rumah di Paris dan London dibangun dari kayu dan tanah yang dicampur dengan jerami dan bambu serta tidak berventilasi. Mereka tidak mengenal kebersihan. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan rumah sehingga menyebarkan bau-bau busuk yang meresahkan. Kota terbesar di Eropa pada waktu itu berpenghuni tidak lebih dari 25.000 orang.

Kondisi demikian sangat berbeda dengan peradaban Islam, khususnya pada masa tersebut. Bukti sejarah yang sangat nyata adalah ketika melihat kota-kota besar Islam seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Granada dan Sevilla. Dari situ akan diketahui bagaimana keadaan kota-kota ini yang merupakan pusat-pusat peradaban Islam pada masanya masing-masing.

Inilah bukti sistem islam mampu mengatasi permasalahan khususnya pencemaran limbah secara sempurna. Dari mulai pembuangan hingga pengolahan. Wallohu’alam Bisshawab.

Posting Komentar

0 Komentar