Gaji Ngenes Guru Honorer

 


Oleh: Eka Budi Utari (Aktivis Mahasiswa UINSU)

Guru pahlawan tanpa tanda jasa, pendidik generasi bangsa yang melahirkan orang-orang  cerdas dan berpengaruh, seharusnya mendapat tempat dan penghargaan layak, karena guru memliki peran yang sangat penting dalam kemajuan bangsa dan negara. Para guru harusnya mendapat fasilitas dan dijamin dari segi finansial tak peduli  apakah guru itu sudah PNS atau masih honorer karena tetap mereka adalah pendidik yang memiliki dan tugas yang sama yaitu mendidik para generasi penerus bangsa.

Gaji guru honerer saat ini sangat rendah dan terbilang jauh dari nilai upah minimum kota (UMK), sangat tidak pantas jika dibandingkan dengan perjuangan guru honorer ketika mengajar, hal ini disampaikan oleh ketua FHI kota Medan, Fahrul Lubis. Ia  mengatakan gaji guru honorer hanya Rp300 per bulan, paling tinggi sekitar Rp600-Rp700 per bulan, umumnya hanya Rp400 ribuan per bulan. (SumutPos.co 24/2/2021)

Dengan gaji guru honorer yang begitu ngenes Forum Honorer Indonesia (FHI ) Kota Medan, memeinta agar Pemko Medan, yaitu Dinas pendidikan bisa memperjuangkan nasip para guru honorer yang ada di Kota Medan, dengan gaji yang diberikan saat ini sangat tidak layak dan tidk cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jika guru saja tidak disejahrterahkan apalagi para peserta didik pasti itu akan berpengar terhadap kondisi para pana-anak didiknya.

Miris melihat para guru honorer saat ini yang sangat disepelekan dengan gaji ratusan ribu perbulannya belum lagi dihitung dari kerja keras selama mengajar dan sejumlah administrasi yang memberatkan para guru honorer di era serba digital saat ini. Anehnya negara tidak dapat mengambil alih kendali dalam pengkajian para guru honorer karena negara fungsinya hanya sebagai regulator.

Sungguh sistem yang dibangga-bangkan oleh para pemerintah dan para pendukung demokrasi hari ini sangat tidak mampu mensejahterahkan para guru dan masyarakat  disetiap lini kehidupan. Hidup sejahtera dibawah naungan demokrasi  hanya khayalan semata, semua janji-janji dan harapan manis yang keluar darinya omong kosong belaka. Orang-orang yang berjasa bahkan mendapat gelar pahlawan ialah guru termasuk didalamnya para guru honorer saja tidak mampu di sejahterahkan oleh negara yang katanya kaya, dari sini kita bisa menilai bahwa pemerintah tidak punya niat yang tulus untuk memajukan dunia pendidikan hari ini. sudah jelas gaji ngenes para guru honorer menjadu bukti atas ketidakpedulian penguasa .

Berbeda halnya dengan  sistem Islam yang menggaji  para guru dengan sangat pantas tanpa menimbulkan kekhawatiran, karena negara sangat loyal dalam hal pendidikan dan tidak perlu diraguakn bagaimana tanggung jawab negara, sejarah mencatat gaji guru dalam naungan khilafah sangat tinggi bahkan melampaui kebutuhannya.  Diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah, dari Sadaqah ad-Dimasqi, dar al-Wadl-iah bin Atha, bahwasannya ada tiga orang guru di Madinah yang mengajar anak-anak dan Khalifah Umar bin Khattab memberi gaji lima belas dinar ( 1 dinaar=4,25 gram emas; 15 dinar = 63,75 gram emas) jika di kalikan dengan harga emas saat ini yang sangat mahal sungguh nominalnya sangat fantastis. 

Hanya dalam sistem Islam kesejahteraan guru dapat terjamin, martabat seorang pendidik yang mulia dihargai dengan gaji yang begitu besar, sehingga seorang guru tidak lagi perlu memusingkan untuk membagi waktunya untuk mencari tambahan diluar profesinya sebagai guru, dengan gaji yang fantastis seorang guru bisa fokus mengajar dan memikirkan bagaimana agar bisa melahirkan generasi yang luar biasa yang memiliki pengaruh besar terhadap kebangkitan umat.  Penerapan Islam kaffahlah satu-satunya solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan guru yang  menerima gaji ngenes.

Posting Komentar

0 Komentar