Harapan Semu Dibalik Cita-Cita Hari Perempuan Internasional

Oleh: Astriani Lydia, SS (Tim Manajemen KPIT Bekasi)

Ada yang spesial di bulan Maret, yaitu adanya Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap tanggal 8 Maret. Tema yang diusung pada Hari Perempuan Internasional tahun ini adalah Wanita dalam kepemimpinan: Mencapai masa depan yang setara di dunia Covid-19. Direktur Eksekutif UN Women, mengatakan bahwa peringatan Hari Perempuan Internasional tahun 2021 berfokus pada kepemimpinan wanita dan meningkatkan representasi di semua bidang. Masalah-masalah yang mempengaruhi kehidupan perempuan saat ini masih diputuskan oleh pria. Maka keterwakilan perempuan dianggap sebagai cara untuk menghasilkan perubahan sosial.

Mengapa kepemimpinan perempuan yang diangkat menjadi tema tahun ini? para pegiat gender berpendapat bahwa kepemimpinan perempuan akan menjadi solusi berbagai persoalan perempuan yang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk dalam situasi pandemi Covid-19. Mereka juga berpendapat, dengan adanya perempuan yang berperan dalam pembuatan dan pengambilan keputusan maka masa depan akan menjadi lebih baik. Akan tetapi, benarkah kepemimpinan perempuan akan memperbaiki nasib perempuan?


Perayaan Hari Perempuan di Bekasi

PC FSP SPSI Kabupaten-Kota Bekasi menyampaikan selamat merayakan hari Perempuan Internasional serta secara khusus menyampaikan tentang Penguatan posisi Pekerja Perempuan dalam Gerakan Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Momen perayaan ini juga kesempatan bagi perempuan untuk merayakan pencapaian dalam segala aspek, sosial, ekonomi, sampai politik dan menyuarakan hak asasi sebagai seorang perempuan. Hal lain yang disampaikan oleh Aktivis perempuan yang dikomandoi Tri Widayati dan Sri Retno Purwaningsih, hari perempuan internasional juga mengusung tema peningkatan perlindungan terhadap pekerja perempuan di Indonesia dalam semua sektor pekerjaan. Mengingat hal ini masih menjadi permasalahan, masih terjadi perlakuan diskriminasi, pelecehan seksual, tindak kekerasan dalam bekerja di tempat kerja, di tempat umum, dan lain-lain. (spsibekasi.org, 8/3/2021)

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada 2019, menunjukkan bahwa jumlah pekerja perempuan mencapai 46.578.850 orang (37,1%). Berbagai persoalan perlindungan dan pemenuhan hak-hak pekerja perempuan masih saja terjadi sampai dengan saat ini, data hasil survey Never Okay Project pada tahun 2018 misalnya menerangkan bahwa sebanyak 80% pekerja/buruh dan pegawai mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, dan hanya 1% yang berani melaporkannya. Peran perempuan tidak hanya bergeser melainkan bertambah sebagai ibu dan pekerja. Sebagai pekerja, mereka harus menghabiskan lebih dari sepertiga waktu mereka untuk bekerja di tempat kerja. Namun demikian, ternyata peran domestik perempuan masih tidak tergantikan. Di rumah, perempuan masih harus menghabiskan setengah dari waktu mereka untuk mengurus segala keperluan rumah tangga, serta memastikan anak dan suami mereka hidup dengan baik. Para pekerja perempuan hanya memiliki jam tidur dan istirahat yang sangat terbatas. Fakta lainnya, konstruksi gender yang juga masih kuat di lingkungan masyarakat dan lingkungan kerja membuat posisi pekerja perempuan rentan mengalami tindakan diskriminasi, pelanggaran norma kerja, dan kekerasan, baik secara fisik, psikis, maupun seksual. (spsibekasi.org, 8/3/2021)


Pemimpin Perempuan Bukan Solusi

Berbagai macam kampanye yang dilakukan sesungguhnya hanyalah harapan semu yang tidak mungkin terwujud. Karena akar persoalan yang menimpa perempuan dan berbagai persoalan yang terjadi adalah diterapkannya sekularisme kapitalisme. Selama sekulerisme kapitalisme masih menjadi aturan yang diemban, maka kesejahteraan hanya akan dikuasai segelintir orang atau kelompok. Oleh karenanya muslimah harus berhati-hati dan jangan terperdaya dengan slogan-slogan yang memberikan harapan palsu. 

Jika dilihat, berdasarkan data Global gender gap Report 2015, Islandia, Finlandia dan Denmark adalah negara yang dikenal sebagai negara dengan index kesetaraan gender yang tinggi, dan tetap bertahan pada tahun 2020.(http://www3.weforum.org/docs/WEF_GGGR_2020.pdf). 

Namun Amnesty International pada tahun 2019 melaporkan bahwa Finlandia dan Denmark memiliki tingkat pemerkosaan yang sangat tinggi dan penyintas kekerasan seksual digagalkan oleh sistem peradilan negaranya. Kebanyakan dari mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan ini tidak pernah diadili. (https://www.amnesty.org/en/latest/new/2019/04/rape-and-sexual-violence-in-nordic-countries-consent-laws/

Secuil fakta tersebut menggambarkan bahwa kepemimpinan perempuan bukan jaminan para perempuan dapat hidup sejahtera dan aman. Sesungguhnya hanya Islam saja yang memposisikan perempuan sesuai fitrahnya dan menyejahterakan. Perempuan dalam Islam adalah seorang istri, ibu dan pendidik generasi.  Ia tidak akan dipusingkan dengan bagaimana mencari nafkah memenuhi kebutuhan diri dan bahkan keluarganya. Islam akan mengatur mekanisme penafkahan sesuai syariat Islam. 

Walaupun Islam mengharamkan perempuan untuk menjadi seorang pemimpin, namun sejatinya hal tersebut bermaksud memuliakan bukan merendahkan. Islam membolehkan perempuan aktif di bergai bidang bahkan dalam bidang perpolitikan. Sebagai contoh Asma’ binti Yazid al-Anshariyyah ra, sosok muslimah cerdas dan tangguh yang dipercaya menjadi wakil kaum perempuan dalam menyampaikan permasalahan yang berhubungan dengan perempuan pada Rasulullah SAW dalam majelis syuro, Ummu Umarah yang mengibarkan panji-panji Islam, Ummu Haram binti Milhan al-Anshariyyah mujahidah pertama yang melintasi Mediterania, Ummu Athiyah, dan masih banyak lagi muslimah tangguh yang tetap berperan menegakkan Islam.

Untuk itulah hendaknya kaum perempuan memikirkan solusi yang berkepanjangan, membawa kemaslahatan, kesejahteraan dan ridho Allah SWT. Dialah Syariat Islam, yang akan menerapkan aturan yang berasal dari Allah yang Maha adil dan mengatur mekanisme tertentu sehingga tidak ada hal-hal buruk yang dialami kaum perempuan seperti yang dilakukan sistem Kapitalis Sekuler. Dan pada akhirnya perempuan mampu optimal dalam menjalani perannya sehingga semua mampu berjalan pada porsi dan fitrohnya.

Wallahua’lam bishshawab

Posting Komentar

0 Komentar