Mewaspadai Moderasi Pengajaran Sejarah Islam

Oleh: Amallia Fitriani 

Workshop Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Islam MA/MAK yang dilakukan Kementrian Agama (Kemenag) secara daring pada Kamis, 25 Februari 2021 di Tangerang bersama beberapa guru Madrasah Aliyah/Madrasah Keagamaan dari berbagai wilayah di Indonesia, Kemenag melalui Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Muhammad Zain, mengatakan dan meminta guru madrasah yang mengampu mata pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) untuk menyampaikan materi sejarah kepada peserta didik secara komprehensif. (sindonews.com/29/2/2021). 

Lebih lanjut Zain menuturkan, penyampaian sejarah Islam secara komprehensif memiliki andil untuk membentuk generasi muda yang moderat. Zain mencontohkan, materi tentang kejayaan Islam di Spanyol yang melahirkan para filsuf hebat  Ibnu Rusyd dan tokoh mufassir Abi Abdullah al-Qurthuby, maka tak cukup hanya menjelaskan perkembangan ilmu pengetahuan yang berkembang saat itu. 

Tapi, seorang Guru Mapel SKI perlu juga mengelaborasi bagaimana sikap dan perilaku umat Islam pada saat itu. “Kebesaran Islam di Spanyol dan berjaya selama 750 tahun karena para ulama dan muslim Spanyol kala itu mempraktekan Islam yang inklusif, terbuka dan toleran,” kata Zain. (kemenag.go.id. 26/2/2021)

Jika kita cermati, Apa yang disampaikan pemerintah melalui Kemenag dalam workshop tersebut merupakan salah satu upaya untuk mengkampanyekan moderasi Islam di dunia pendidikan. Salah satu mata pelajaran yang disasar adalah Sejarah Kebudayaan Islam. 

Moderasi adalah mengikuti segala ide dan pemikiran sesuai arahan Barat agar menciptakan orang-orang moderat. Ide moderasi yang saat ini ditanamkan di tengah-tengah generasi Islam dalam pembelajaran sejarah Islam di madrasah merupakan ide yang sangat berbahaya bagi generasi karena akan menjauhkannya dari ajaran Islam yang sesungguhnya.

Sejarah kejayaan Islam dianggap hadir karena peradaban yang inklusif dan toleran sesuai perspektif liberal. Padahal nilai-nilai inklusif dan toleran ala liberal inilah sejatinya yang menjadikan umat Islam jauh dan asing dari ajaran agama nya sendiri sehingga dengan mudah musuh Islam yakni penjajah kafir barat masuk ke tubuh institusi Islam dan melemahkannya hingga berhasil menguasai peradaban Islam dan meruntuhkannya.

Dalam sistem kehidupan kapitalisme,  seperti saat ini, segala cara akan dilakukan agar ummat Islam jauh dari ajarannya. Cara kasar dengan serangan fisik banyak terjadi di negeri-negeri muslim. Cara halus pun dilakukan melalui kebijakan di segala sektor, seperti moderasi agama yang ada di negeri ini.

Bila memang benar ingin mengajarkan sejarah secara komprehensif semestinya mengajarkan sejarah secara utuh, tidak mendistorsi materi sejarah kekuasan Islam dan khilafah. Apalagi ada banyak sekali keteladanan yang bisa kita ambil dan berikan kepada peserta didik sebagai penguat pendidikan karakter yang unggul sebagaimana keunggulan umat islam di masa peradaban Islam memimpin dunia selama hampir 13 abad lamanya. 

Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam. Mayoritas para ulama mewajibkannya. Misalnya, Al-‘Allamah Abu Zakaria an-Nawawi, dari kalangan ulama mazhab Syafi’i, mengatakan, “para imam mazhab telah bersepakat, bahwa kaum Muslim wajib mengangkat seorang khalifah. Ulama lain dari mazhab Syafi’i, Imam Al Mawardi, juga menyatakan, ” Menegakkan Imamah (Khilafah) di tengah-tengah umat merupakan kewajiban didasarkan pada Ijmak Sahabat.

Upaya mendistorsi Khilafah yang merupakan bagian dari ajaran sekaligus sejarah kejayaan Islam merupakan upaya yang sejalan dengan kehendak musuh-musuh Islam yang tidak menghendaki Islam bangkit. Moderasi ajaran Islam agar ajaran Islam ditampilkan dalam perspektif liberal senantiasa disuarakan. Tujuannya agar umat Islam menjadi umat yang pemikirannya sekuler dan liberal. Mereka menyadari bahwa ketika umat Islam kembali berpegang teguh pada Islam kaffah, maka saat itulah akhir dari imperialisme mereka.

Semestinya penguasa semakin berupaya keras mengembalikan keunggulan generasi terdahulu  yang hari ini semakin terkikis dari generasi umat ini. Namun apalah daya, pemegang kekuasaan di negeri ini hari ini masih tunduk pada pemikiran, arahan dan cengkraman penjajah kafir Barat akibat penerapan sistem buatan mereka yakni sistem sekuler kapitalisme yang diadopsi di negeri ini dan seluruh negeri di dunia saat ini.

Maka umat harus mewaspadai rancangan sistematis ini yang tidak lain adalah untuk menjauhkan umat dari kebangkitan dan kembali tegaknya daulah khilafah di muka bumi. 

Wallahu a’lam bishshawab.[]

Posting Komentar

0 Komentar