Narasi Lawan Radikalisme, Program Penguatan Moderasi Beragama

Oleh: Astriani Lidya, S.S

Pelantikan 31 dai kamtibmas digelar di Polres Bekasi, Jalan Pramuka, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Selasa (5/1/2021). Selain Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran dan Kapolres Bekasi Kombes Widjanarko, acara tersebut juga dihadiri Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) Said Aqil Siroj. Kapolda Metro Jaya meminta dai kamtibmas menjalin sinergi dengan aparat penegak hukum dalam memerangi sejumlah masalah, salah satunya radikalisme. Beliau pun berharap, mudah-mudahan dengan sinergitas bersama dai kamtibmas fenomena-fenomena seperti hoax, hate speech, intoleransi, radikalisme, bisa diselesaikan. Para tokoh agama itu nantinya akan memberikan ceramah memerangi radikalisme di masjid-masjid dan diharapkan dai kamtibmas yang berbasis pada nasionalisme yang religius mendapat tempat dan peran yang maksimal. (detikNews, 5/1/2021)

Sementara itu Kapolres Bekasi Kombes Hendra Gunawan juga melakukan kunjungan langsung ke ketua PC NU Komarudin, Rais Syuriah PC NU KH. Syam’un, serta beberapa pengurus lainnya. Dalam pertemuan itu, ia menyebut peran ulama sangat besar dalam ikut berperan menjaga kamtibmas. Hendra juga mengatkan kunjungannya tersebut sebagai tindak lanjut dari arahan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk meningkatkan sinergi dengan para tokoh agama. (detikNews, 17/2/2021)

Ditengah situasi pandemi dengan angka positif yang masih tinggi dan bencana yang silih berganti menimpa negeri ini, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah justru tidak nyambung dengan masalah sesungguhnya yang dihadapi masyarakat. Masalah radikalisme, terorisme, seolah dipaksa hadir di tengah umat bersama kebijakan-kebijakan baru karena dirasa proyek penanggulangannya belum optimal. Alih-alih menyelesaikan persoalan, justru kebijakan ini menimbulkan permasalahan di tengah umat. Yaitu bisa membuat umat takut untuk berdakwah dan terpecah dalam memahami Islam.


Moderasi Agama Dibalik Narasi Lawan Radikalisme

Nampaknya isu moderasi agama dalam rangka melawan radikalisme akan terus dihembuskan. Agar umat menganggap moderasi ini sesuai dengan Islam, maka dicarikan dalil untuk mendukung pemahaman tersebut. Padahal makna yang terkandung dalam Qur’an Surat Al Baqarah ayat 143, tidak mengandung unsur moderat versi Barat yang berarti Islam yang kompromis dan lebih mengedepankan jalan tengah. Akan tetapi bermakna sikap adil dalam menempatkan segala sesuatu sesuai posisi dan ketentuannya menurut syariat.

Maka untuk itu dibutuhkan dakwah untuk mengarahkan umat kepada pemikiran Islam yang sesuai dengan ketentuan syara. Dakwah setidaknya mengandung tujuan untuk menegakkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.  Sayangnya, hari ini dakwah yang seperti itu seringkali dianggap sesuatu yang bertentangan dengan kepentingan penguasa. Maka bukan sesuatu hal yang aneh apabila ada penceramah atau ulama yang melakukan kritik terhadap penguasa dituduh provokatif atau radikal. Padahal sesungguhnya para dai atau ulama itu sedang melaksanakan hadits Rasulullah Saw yang berbunyi, “Siapa yang melihat kemungkaran di antara kalian, hendaklah ia mengubah dengan tangannya (kekuasannya). Apabila tidak mampu, maka hendaklah ia mengubah dengan lisannya. Jika tidak mampu, hendaklah mengubah dengan hatinya. Itu adalah selemah-lemah iman.” (HR.Muslim)

Dalam situasi seperti ini negara harusnya melakukan pendekatan dan membuka ruang diskusi dengan masyarakat. Karena merupakan tugas negara sebagai pengayom dan pelindung umat. Jangan sampai justru umat merasa tidak ada pelindung akibat intimidasi yang dilakukan oleh penguasa negara sendiri. Ketika terjadi kelalaian yang seperti ini maka musuh negara yang sebenarnya justru luput dari sasaran dan akan bebas mencengkram negeri ini. jika kondisi ini dibiarkan terus, maka kehancuran sebuah bangsa tinggal menunggu waktu.

Untuk itulah negara seharusnya hadir sebagai pengayom, pengurus dan pelaksana kemaslahatan rakyat. Negara bukanlah pihak yang memusuhi rakyatnya dan tidak pula menjadi pihak yang menyebarkan ketakutan di tengah-tengah mereka. Sesame muslim seharusnya memiliki sikap saling percaya dan menjauhi berbagai prasangka buruk dan saling curiga. 

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Jauhilah persangkaan, karena sesungguhnya persangkaan itu berita yang paling dusta. Dan janganlah kamu melakukan tahassus, tajassus, saling hasad, saling membelakangi, dan saling benci. Jadilah kalian bersaudara, wahai para hamba Allah!” (HR. Bukhari)

Wallahu'alam bishshawab

Posting Komentar

0 Komentar