Oleh : Ismawati
Percaya atau tidak, segala sesuatu yang dilakukan secara berlebihan akan memberikan dampak yang buruk. Seperti halnya bermain gadget. Gadget adalah salah satu perangkat pintar hasil dari kecanggihan teknologi hari ini. Dengan gadget seseorang dapat menemukan hal baru bahkan sebagai sarana hiburan yang cukup efektif. Namun, gadget akan memberikan dampak negatif kepada penggunanya apabila dimainkan secara berlebihan.
Seperti yang baru-baru ini terjadi, akibat terlalu lama bermain gadget banyak anak-anak usia 11-15 tahun terpaksa menjadi pasien di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua. Dilansir dari detiknews.com (16/3/2021), berdasarkan catatan RSJ Cisarua pada bulan Januari hingga Februari 2021 ada 14 anak alami kecanduan gadget dan menjalani rawat jalan. Sementara pada tahun 2020 di rentang Januari hingga Desember total ada 98 anak yang menjalani rawat jalan akibat kecanduan ponsel pintar ini.
Direktur Utama RSJ Cisarua Elly Marliyani mengatakan bahwa anak-anak yang tengah menjalani rawat jalan saat ini merupakan pasien murni mengalami adiksi gawai. Sub Spesialis Psikiater Anak dan Remaja RSJ Cisarua Lina Budiyanti menambahkan mayoritas orang tua membawa anak-anaknya untuk diberikan perawatan lantaran mudah tersulut emosi apabila dilarang menggunakan ponsel. Bisa melempar barang, bahkan bisa mengancam dengan senjata tajam kalau tidak dituruti permintaannya, seperti ponsel dan kuota.
Melihat fenomena kecanduan gadget ini, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum merasa prihatin atas dampak yang ditimbulkan gawai terhadap anak-anak. Uu menyebut, beberapa hal yang menjadi penyebab adiksi gawai pada anak-anak yakni banyak mengurung diri dan tidak berinteraksi dengan teman-temannya, (iNews.Jabar.id 16/3/2021).
Bukan tidak mungkin, pandemi covid-19 yang melanda Indonesia lebih dari setahun ini menjadi salah satu faktor anak kecanduan gadget. Dimana saat ini sekolah mereka dialihkan di rumah. Pola pendidikan saat ini pun hanya sekadar transfer ilmu saja. Anak-anak hanya dibebani dengan tugas sekolah yang menumpuk dan berakhir dengan mendapatkan nilai. Sehingga anak-anak merasa penat dan menghilangkan stress dengan bermain game. Awalnya hanya sesekali, hingga berujung pada kebiasaan sampai kecanduan.
Sangat menyedihkan lagi efek dari kecanduan gawai ini dapat mengganggu kesehatan mental anak. Tak ayal, apapun bisa dilakukan demi tercapainya keinginan untuk bermain gadget. Oleh karenanya, banyak orang tua yang merasa tak sanggup menghentikan efek kecanduan gadget ini dari sang anak.
Kurangnya pengawasan dari orang tua juga menjadi salah satu penyebab anak menjadi kecanduan gadget. Anak-anak dibiarkan menatap layar handphone selama berjam-jam. Menonton video atau bahkan bermain game online. Bermain game memang dapat menimbulkan candu. Hasrat ingin memenangkan pertandingan seringkali muncul, sehingga mengakibatkan ketagihan. Walhasil, jika tidak diizinkan bermain gadget, tindakan marah sampai mengancam adalah jurus satu-satunya yang dilakukan agar keinginannya terpenuhi.
Selain itu, sekularisme telah menjadikan anak-anak jauh dari nilai agama. Kehidupan hanya dilihat dari sudut pandang materi. Sehingga standar kebahagiaan semakin jauh dari meraih ridha Allah Swt. Menyedihkan lagi, potret anak-anak hari ini telah terdikte oleh ponsel pintarnya. Generasi hari ini adalah generasi yang semakin rusak oleh sistem kufur. Sistem yang menjanjikan kebahagian realistis namun sesaat.
Generasi muda yang seharusnya menjadi estafet perjuangan menjadi generasi terbaik dambaan umat, kini sedikit demi sedikit hilang fungsinya karena menjadi budak duniawi. Lihat saja bagaimana fitur-fitur yang ada dalam gadget dapat melenakan manusia dan lalai akan ibadahnya. Sering kali menunda kewajiban ibadah hanya karena belum selesai bermain game.
Maka, sudah saatnya menyembuhkan generasi dari ketergantungan gadget. Tanamkan akidah Islam pada anak-anak kita sejak dini. Sehingga, setiap perbuatannya kelak akan disandarkan pada halal dan haram menurut Allah Swt. Maka, orientasi kebahagiaan di dalam Islam adalah meraih ridha Allah Swt. bukan mencari materi atau kesenangan duniawi yang justru melenakan.
Dengan demikian, jika melihat dari sistem pendidikan Islam, akan mampu menghasilkan generasi yang cerdas, beriman dan bertakwa. Karena sistem pendidikan Islam tidak diukur dari nilai akademik semata namun pembentukan karakter siswa yang berkepribadian Islam. Sementara kehadiran gadget dan bermacam-macam teknologi canggih di dalam Islam akan senantiasa menghadirka fitur-fitur yang bermanfaat. Negara juga wajib memblokir situs-situs yang dapat menghantarkan generasi pada kemaksiatan.
Selain itu, pengawasan orang tua juga sangat penting dilakukan. Misalnya, setelah mengerjakan tugas sekolahnya ia tidak dibiarkan berlama-lama memegang handphone sekadar bermain game online. Maka, sinergi yang tepat antara individu, orang tua dan Negara akan mampu menyelamatkan generasi dari kerusakan.
Wallahu a’lam bishowab.
0 Komentar