Ketika Islam Hanya Di Hormati Dibulan Ramadhan

Oleh : Leni Setiani (Aktivis Muslimah Karawang)

Ramadhan tinggal menghitung hari, semua muslim di berbagai belahan dunia bergembira menyambutnya. Bulan yang penuh barokah dan agung.

Bulan dimana Al-Qur'an diturunkan ini adalah bulan kaum muslimin berlomba-lomba dalam kebaikan. Karena pahala yang dilipat gandakan oleh Allah serta ampunan dosa bagi mereka yang sungguh-sungguh bershiyam karena Allah.

Tentunya saat Ramadhan menjadi bulan yang khas dengan aneka kuliner dan tontonan Islami yang ditayangkan. Maka Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menegaskan bahwa siaran televisi diperketat. Selama Ramadhan tidak memperbolehkan muatan yang menampilkan adegan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), hedonistik, mistik/horor/supranatural, praktik hipnotis atau sejenisnya. Tujuannya sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai agama berkaitan dengan pelaksanaan ibadah dibulan Ramadhan, kata ketua KPI Pusat, Agung Suprio. (deskjabar.pikiran-rakyat.com)

Adegan-adegan yang tidak sesuai dengan syariat Islam dihindari seperti berpelukan dan LGBT. Namun setelah Ramadhan berlalu, aturan ini tidak lagi berlaku.  Apakah menghormati ajaran agama Islam hanya diwaktu ramadhan saja...?

Sadar atau pun tidak, mayoritas dunia mengadopsi sistem kapitalisme. Dimana asas manfaat adalah tujuannya. Tak kenal halal haram, selama itu menguntungkan  dan menghasilkan pundi-pundi uang akan dilakukan.

Sistem politik yang diterapkan bukanlah sistem Islam. Aqidah yang dianut adalah sekularisme yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Maka menjadi sesuatu hal yang wajar terjadi di negara yang mengusung kapitalisme.

Karena siaran televisi adalah salah satu media strategis bagi sebuah negara untuk menyebarkan opini. Salah satu contoh ketika rating salah satu aktor naik, banyak masyarakat yang pada akhirnya mengikuti gaya gaya hidup aktor tersebut. Padahal itu sangat bertentangan dengan syariat Islam.

Saat suasananya bernuansa Islami para kapitalis mengambil kesempatan untuk meraup keuntungan. Dengan menyediakan konten-konten berbau Islami dan sejenisnya. Saat Ramadhan lewat semua kembali pada kondisi semula. Konten tak lagi disaring, iklan yang memamerkan aurat dibiarkan berseliweran. Seperti Ramadhan tak berbekas apa-apa.

Tujuan dari siyam itu sendiri adalah takwa. Menjauhi segala larangan-Nya dan menjalankan segala yang diperintah-Nya. Banyak aturan Allah yang tidak bisa dijalankan di sistem sekarang seperti qishosh, rajam, potong tangan bagi pencuri dan lainnya. 

Bukannya makin bertakwa, individu seakan dipaksa untuk bermaksiat. Karena bertolak belakang dengan aturan Allah. Muslim dipaksa membangkang pada Allah yang menciptakan aturan untuk manusia. Islam tak memiliki ruang untuk mengatur kehidupan dalam dalam bernegara, karena hukum dibuat sendiri oleh manusia.

Jika kita mau melihat dari sejarah peradaban Islam, bagaimana negara Islam menjaga individu masyarakat agar selalu dalam ketaatan. Dalam negara Islam siaran televisi akan diperketat setiap waktu. Karena televisi ini akan digunakan oleh negara sebagai media dakwah. Menyebar luaskan agama Islam dan memotivasi agar terus meningkatkan ketaqwaan. 

Negara Islam akan menyaring konten-konten yang akan merusak aqidah rakyat. Menayangkan yang bermuatan positif dan sejalan dengan Islam. Karena penjagaan negara terhadap rakyatnya adalah suatu kewajiban.

Disinilah kita butuh sebuah aturan yang mengatur segala urusan manusia agar terciptanya kekondusifan dalam menjalankan suatu ketaatan. Dan Islam adalah agama yang sempurna. Mengatur segala tindak tanduk manusia. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Maka kita butuh penerapan sistem Islam diatas muka bumi ini, yaitu negara Khilafah Islamiyyah. 

Wallahu'alam

Posting Komentar

0 Komentar