Mendidik Generasi Muda dengan Islam

Oleh: Yuni Indawati (Ibu Rumah Tangga)

Generasi muda adalah agen perubahan. Munculnya peran mereka dalam masyarakat sangatlah dirindukan. Namun sepertinya harapan itu akan sirna karena generasi yang diharapkan sudahlah terpengaruh oleh kehidupan yang serba hedonis ala kapitalisme-liberalisme.

Gelombang sistem kapitalisme-liberalisme yang diterapkan di negeri ini, rupanya telah menggerus idealisme pemuda-pemudi hari ini. Seakan-akan generasi muda tengah dilupakan dengan jati dirinya sebagai agen perubahan bangsa.

Dengan lupanya jati diri generasi bangsa sebagai agen perubahan, maka secara otomatis mereka tidak sadar bahwa dirinya tengah menjadi benih-benih perusak bangsa. Rusaknya pemuda di sistem kapitalisme ini dikarenakan pemuda - pemudi ini memisahkan agama dalam kehidupan.

Sering kita saksikan berita tentang kerusakan moral mereka, salah satunya seperti yang telah ramai dibicarakan saat ini, yakni tentang sugar daddy, sugar baby, dan sugar dating. Sugar daddy adalah sebutan bagi laki-laki berumur yang menjalin hubungan di luar pernikahan bersama gadis yang masih belia. Gadis belia inilah yang disebut sugar baby. Adapun hubungan yang mereka jalani disebut sugar dating.

Hubungan mereka bukanlah seperti pacaran biasa, akan tetapi seperti seorang ayah dan anak gadisnya. Si sugar daddy akan memenuhi seluruh kebutuhan si “sugar baby”nya. Maka timbal baliknya adalah si sugar baby harus memenuhi seluruh permintaan si “sugar daddy”nya, termasuk memenuhi kebutuhan seksualnya.

Jelas hubungan seperti ini haram hukumnya di dalam Islam, karena tidak adanya hubungan halal sebuah pernikahan. Perilaku inipun termasuk zina, tentu hukumannya adalah rajam sampai mati bagi yang sudah menikah, dan cambuk serta diasingkan bagi yang belum menikah.

Meskipun modus yang digunakan ada banyak, entah hanya sebagai hiburan, mencari nafkah, atau apapun itu, namun tetap saja perilaku ini tidak dibenarkan dalam Islam. Karena di dalam Islam tidak ada perkara yang haq dan batil boleh dicampur adukkan. 

Ada beberapa alasan mengapa generasi muda bisa memiliki sifat dan mental bobrok, diantaranya adalah karena aqidah mereka yang rusak, mereka jauh dari ilmu agama, mereka tidak takut kepada Allah swt, dan mereka tidak tahu akan perkara halal ataukah haram, sehingga mereka bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan. Dengan begitu, mereka merasa bahwa hidup di dunia ini tidak akan di pertanggungjawabkan di akhirat. 

Semua ini terjadi dikarenakan kurangnya pendidikan agama terhadap generasi muda saat ini. Ada beberapa faktor yang membuat keadaan seperti ini, yaitu abainya orang tua dalam memberikan contoh yang baik terhadap anak, di samping itu juga pengaruh lingkungan dengan pergaulan bebasnya, serta tidak adanya sistem pendidikan dari pemerintah yang menanamkan aqidah Islam.

Pendidikan adalah salah satu pintu dalam mencerdaskan generasi. Pendidikan harus direncanakan sebaik-baiknya dan dilaksanakan dengan kurikulum terbaik. Pemerintah merupakan penanggungjawab tertinggi atas hal ini. Justru yang terjadi saat ini penguasa terkesan lalai dan tidak mengurusi umat, inilah fakta buah penerapan sistem sekulerisme dimana agama dipisahkan dari kehidupan. 

Berbeda dengan Islam dalam mendidik dan mencetak generasi muda. Ada pendidikan yang disebut masa mumayyis pada anak, pendidikan ini tidak dikenal dalam sistem pendidikan manapun. Dalam pendidikan sekuler misalnya hanya dikenal masa anak-anak lalu remaja dan dewasa, sedangkan dalam Islam ada satu keadaan dimana anak itu belum mencapai usia baligh tetapi ia telah memiliki kecerdasan sehingga ia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, inilah yang dinamakan mumayyis.

Dimasa mumayyis inilah saatnya orang tua mengembangkan lagi potensi anak sebagaimana tuntutan syariat, karena di masa ini anak-anak sudah memiliki sel-sel otak yang sudah siap untuk belajar lebih tinggi lagi dengan cara pembelajaran agama lebih intens.

Pembelajaran agama yang intens ini akan memberikan pemahaman awal terhadap anak, juga sebagai pondasi aqidah sehingga di masa yang akan datang, anak-anak akan mampu menghadapi berbagai problematika kehidupan dan mereka juga akan mampu menyelesaikannya dengan pandangan Islam.

Jadi solusi untuk mendidik generasi bangsa sejak dini hanyalah dengan cara kembali pada Islam. Yakni dengan menerapkan al quran dan as sunah sebagai pedoman dalam kehidupan pribadi, sosial, ataupun bernegara. 

Aturan-aturan Islam hanya mampu terlaksana dengan syariah dan di bawah naungan Khilafah ‘ala min hajjin nubuwwah. Di bawah naungan Khilafahlah akan lahir generasi-generasi muda rabbani yang unggul dan siap menjadi generasi muda yang akan membawa perubahan.

Wallahu a’lam bish showab.

Posting Komentar

0 Komentar