Oleh : Masrina Sitanggang
Penyidik Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) masih melakukan pengembangan penyelidikan untuk mendeteksi kemungkinan adanya tersangka baru, kasus penggunaan alat uji cepat antigen bekas di Bandara Internasional Kualanamu di Deli Serdang. Lima karyawan Kimia Farma, termasuk manajer perusahaan Medan, ditangkap. Para tersangka dituduh melanggar hukum kesehatan dan konsumen dengan mencuci alat usap hidung dan mengemasnya kembali untuk dijual.
Media lokal mengatakan pihak berwenang telah mengumpulkan laporan dari 23 saksi dan sedang menyelidiki apakah keuntungan dari penipuan--diperkirakan sekitar Rp 1,8 miliar rupiah-- digunakan untuk mendanai pembangunan rumah mewah salah satu tersangka.
Sangat miris fakta yang sebenarnya tidak perlu terjadi di saat kondisi negeri benar-benar sedang genting. Kehidupan kapitalisme-liberal melahirkan sifat tamak dan rakus demi uang sambil menggadaikan nyawa ribuan manusia. Negara harus bertindak preventif dengan memperketat pengawasan serta memberlakukan intervensi harga agar tidak menjadi peluang bisnis para penipu.
Dunia memang sedang tidak baik-baik saja. Ditengah pandemi yang melanda, ada saja pihak yang mencari kesempatan dalam kesempitan dengan mempergunakan segala peluang untuk meraup keuntungan. Wajar hal ini terjadi dalam sistem kapitalis yang berlaku saat ini. Dengan berpegang pada prinsip ekonomi "dengan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya" kesehatan masyarakat yang harusnya adalah kebutuhan dasar masing-masing individu kini bergeser menjadi ladang bisnis bagi para penganut sistem kapitalis.
Diperkirakan bahwa kejadian ini sudah dimulai sejak Desember 2020. Dengan jumlah pengguna mencapai 9000 an orang. Ini adalah sebuah kelalaian fatal oleh pihak pemerintah dalam mengawasi kesehatan rakyatnya. Perusahaan yang merasa leluasa untuk mendaur ulang alat rapid dan menggunakannya kembali dikarenakan longgarnya penyelidikan dan pengawasan dari pihak pemerintah. Karena seharusnya pemerintahlah yang bertanggung jawab penuh atas segala hal yang terjadi dibawah kepemimpinannya.
Pihak perusahaan bagai memancing diair keruh, menggunakan situasi dan kondisi untuk memenuhi kantong tanpa peduli akan akibat dari tindakan yang dilakukannya yang bahkan bisa berakibat fatal hingga menghilangkan nyawa.
Berbeda dengan sistem Islam yang meletakkan kesehatan sebagai kebutuhan dasar setiap individu. Dan pemimpin negara Islam bertanggung jawab penuh atas setiap hal yang terjadi dalam negara. Setiap bidang diawasi ketat oleh Khalifah. Termasuk dalam hal kesehatan. Dalam bidang kesehatan pemerintah Islam jelas tidak akan berlepas tangan, apalagi bermain-main karena itu menyangkut nyawa manusia. Disamping itu, dengan kesejahteraan para tenaga kesehatan disertai keimanan yang kokoh maka tidak akan ada lagi manusia yang kehausan harta. Karena paham bahwa semakin banyak harta yang ia miliki maka akan semakin lama hisabnya diakhirat nanti, terlebih jika harta tersebut berasal dari sesuatu yang diharamkan Allah seperti penipuan. Naudzubillah
Namun terlaksananya sistem kesehatan terbaik hanya bisa di terapkan ketika Islam dijadikan sebagai aturan hidup secara menyeluruh, tidak lain negara inilah yang disebut sebagai negara Islam yang biasa disebut khilafah. Dalam negara Islam aturan yang diterapkan adalah yang bersumber dari Allah sang pencipta alam. Sehingga setiap makhluk yang hidup didalamnya akan merasa tentram karena tidak ada kezaliman atas diri mereka. Dan setiap individu terpenuhi setiap kebutuhannya termasuk dalam hal kehidupannya termasuk dalam hal kesehatan.
Di dalam sistem kehidupan Islam, aspek akhlak, sosial, maupun riayah negara saling berkaitan membentuk idealitas kehidupan.Menutup celah kejahatan dengan pemberlakuan syari’ah yang mensejahterakan umat. Dengan aturan yang sesuai fitrah, kebutuhan yang tercukupi, serta keimanan dan amar ma'ruf yang dijalankan maka etiap anggota negara akan merasa tercukupi dengan harta halal sehingga tidak lagi melirik harta yang haram. Dan setiap aktifitas yang dilakukan semata-mata hanya untuk meraih tujuan mulia yaitu ridho Allah.
0 Komentar