Oleh : Yanyan Supiyanti, A.Md (Pegiat Literasi dan Member AMK)
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, mengatakan investasi di bidang pertahanan memang sangat mahal. Tak jarang pimpinan negara selalu dihadapkan dengan dilematis antara mengutamakan pembangunan kesejahteraan, dengan tetap menjaga kemampuan pertahanan supaya kedaulatan tidak diganggu.
Dikabarkan KRI Nanggala hilang kontak pada Rabu, 21 April 2021 dini hari di utara Bali. TNI AL sudah menyatakan kapal selam tersebut tenggelam. Dari hasil pencarian, tim menemukan beberapa benda yang mengindikasikan kapal tersebut tenggelam seperti pelumas periskop dan alas salat.
Co-founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, melihat tragedi tenggelamnya KRI Nanggala bisa menjadi momen peremajaan alutsista nasional.
Khairul mengatakan secara kekuatan dibandingkan dengan negara-negara tetangga, Indonesia sebenarnya terhitung masih cukup tangguh. Namun, dari segi kemampuan menangkal ancaman, penegakkan keamanan dan kedaulatan, ia menilai Indonesia masih belum mencapai kekuatan minimum yang dibutuhkan.
Setali tiga uang dengan Prabowo, Khairul mengatakan persoalan anggaran jadi hambatan utama. Hal ini yang membuat semua alutsista yang ada kemudian harus dioptimalisasi. Tak peduli tua atau muda, semua harus bekerja keras.
Ini pula yang terjadi pada KRI Nanggala-402. Kapal selam pabrikan Jerman pada 1977 ini terus digunakan pemerintah.
Khairul tetap memberi catatan perihal pentingnya logistik, pemeliharaan alatnya, juga perawatan dan pengembangan kecakapan personilnya. Dengan keterbatasan anggaran seperti saat ini, Khairul mengatakan pemerintah harus bisa mengoptimalkan seluruh alutsista yang ada. Dengan memperhatikan faktor usia, beban kerja, dan pemeliharaan kelaikannya, sehingga dapat terhindar dari risiko terjadinya kefatalan. (Fokus.tempo.co, 25/4/2021)
Tenggelamnya KRI Nanggala mengingatkan publik bahwa negeri maritim ini tidak serius memprioritaskan alutsista dengan alasan anggaran terbatas. Kesalahan prioritas berdampak korban jiwa pada prajurit terlatih, diremehkan musuh dan menjadikan negeri ini ajang rebutan kepentingan negara besar.
Dikutip dari Warta Ekonomi.co.id, 25/4/2021, Pengamat Militer, Susaningtyas Kertopati, menyatakan bahwa tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala 402 merupakan kecelakaan kapal selam pertama di Indonesia. TNI resmi menyatakan KRI Nanggala 402 tenggelam (subsunk) setelah sebelumnya dinyatakan hilang kontak (Sunmiss). Kapal selam TNI AL itu tenggelam di kedalaman 850 meter di perairan Bali Utara.
Susaningtyas menilai kejadian tenggelamnya KRI Nanggala ini harus menjadi peluit peringatan agar pemerintah mengevaluasi alutsista yang dimiliki, termasuk sistem perawatan (MRO)-nya, berikut kebijakan anggaran pertahanan serta penerapannya. Juga evaluasi lembaga pendidikan TNI harus dilakukan agar para perwira mendapat kesempatan memperoleh terkait teknologi alutsista yang mumpuni. Dan persiapan latihan perang mencakup alutsista, kesiapan pengawak alutsista dan lain-lain.
Indonesia dikenal sebagai negeri bahari, namun era kejayaan itu runtuh seirama dengan lemahnya penjagaan negara pada wilayah-wilayah yang menjadi batas kedaulatan negara. Padahal, untuk menjadi bangsa yang tangguh diperlukan pemahaman tentang geopolitik dimana lautan adalah kunci penaklukan dunia. Sir Walter Raleigh (1551-1618) mengatakan, "Mereka yang menguasai lautan akan menguasai jalur perdagangan, lalu akan menguasai kekayaan dunia dan akhirnya menguasai dunia itu sendiri."
Jauh sebelum doktrin tersebut diadaptasi Inggris dalam membangun armada lautnya, Kekhilafahan Islam pernah membuktikannya. Muawiyah tercatat sebagai pendiri armada angkatan laut Islam. Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Syria, ketika Kekhilafahan Islam dipimpin oleh Khalifah Utsman bin Affan. Selama itu pula Muawiyah telah memiliki lima puluh armada laut yang tangguh. Pasukan laut ini akhirnya berhasil menaklukkan Cyprus (649 M), Rhodes (672 M), dan kepulauan lainnya di sekitar Asia Kecil. Armada angkatan laut Islam mampu menjadi tak terkalahkan berabad-abad lamanya.
Di dalam sistem Islam, ada departemen peperangan yang menangani semua urusan yang berhubungan dengan angkatan bersenjata seperti pasukan, logistik, persenjataan, peralatan, amunisi, dan sebagainya, menangani akademi-akademi militer, misi-misi militer, serta pemikiran Islam dan pengetahuan umum apa saja yang menjadi keharusan bagi tentara, serta menangani segala hal yang berhubungan dengan peperangan dan persiapannya. Seperti pembentukan pasukan yang memerlukan penyiapan dan pelatihan, baik fisik maupun teknik yang mencakup teknik-teknik perang menggunakan berbagai macam persenjataan. Pelatihan ini akan terus berkembang seiring dengan perkembangan persenjataan. Karena itu, kajian-kajian enginering dan kemiliteran adalah suatu keharusan. Latihan dengan berbagai teknik perang dan berbagai persenjataan termasuk hal yang sangat penting, sebagai upaya menyiapkan kekuatan untuk menundukkan musuh dan membebaskan berbagai negeri.
Wallahu a'lam bishahawab.
0 Komentar