Maksiat Menutup Jalan Sholat


Oleh : Lisa Izzate (Lingkar Studi Muslimah Bali)

اتْلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al Ankabut:45)

Dari ayat ini sesungguhnya kita tahu bahwa shalat itu akan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Jika seseorang itu mendirikan sholat, maka orang tersebut akan selalu sadar bahwa dirinya diawasi Allah melalui malaikat-malaikatnya.

Tak cukup sampai disitu, orang-orang ini juga harus sadar bahwa apa yang dilakukannya akan dicatat untuk dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak. Kesadaran itulah yang menjadikan orang-orang yang mendirikan sholat terhindar dari perbuatan keji dan mungkar (tidak melakukan perbuatan keji dan mungkar).

Namun fakta yang terjadi saat ini sangatlah berkebalikan dengan salah satu perintah dalam ayat tersebut. Bukan berarti ayat tersebut salah, akan tetapi si pelaksananyalah yang membuat hal demikian terjadi.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa di masyarakat saat ini, masalah sholat menjadi sebuah kebebasan berperilaku yang bisa dipilih untuk dikerjakan ataukah tidak, sesuai kehendak hatinya. Inilah akibat dari menjunjung tinggi asas kebebasan dalam demokrasi.

Pemikiran demikian bisa saja terjadi, karena kesadaran masyarakat akan kewajiban sholat 5 waktu yang sangat minim. Bahkan mereka bisa menawar perintah sholat, mau ambil yang Maghrib saja dan meninggalkan yang Subuh, atau bisa dengan tawaran yang lain. Nauzubillah min dzalik.

Sholat merupakan tiang agama yang membedakan antara keimanan dan kekafiran, Maka meninggalkan sholat adalah sebuah kemaksiatan. 

Ibn al-Jauzi  Mengatakan :
“Kemaksiatan itu diganjar dengan kemaksiatan.” maksudnya, ketika orang melakukan satu maksiat, lalu diikuti maksiat berikutnya, maka kemaksiatan berikutnya itu sesungguhnya adalah siksa Allah. Akan tetapi dia tidak merasa, bahwa dia sedang disiksa oleh Allah.

Sebaliknya, “Kebaikan setelah kebaikan adalah pahala bagi kebaikan itu.” Maka kebaikan ini adalah balasan yang diberikan oleh Allah juga. Sebab kebaikan pasti datangnya dari Allah.

Orang yang melakukan maksiat, terkadang tidak merasa dirinya melakukan maksiat. Padahal, dampak maksiatnya itu membuat hatinya tidak lagi merasakan nikmatnya ketaatan.

Saat salat dan berdoa pun tidak bisa khusyu’ sebagaimana yang diinginkannya.
Hal ini karena shalat dan doa yang dilakukannya telah kehilangan ruh (penjiwaannya). 

Akibatnya shalat dan doanya tak lagi ada pengaruh bagi dirinya, bahkan seolah-olah itu adalah aktivitas yang melelahkan dan sia-sia.

Bagi orang seperti ini, kelezatan bermunajat kepada Allah telah hilang. Kelezatan shalatnyapun hilang, begitu juga dengan kelezatan mengerjakan ibadah-ibadah yang lain.

Dia pun lama kelamaan akan malas munajat, karena tidak merasakan lagi nikmatnya munajat kepada Allah. Hingga akhirnya secara perlahan mulai meninggalkan shalat, karena dirasa shalatnya hampa.

Demikianlah kemaksiatan yang menutup jalan sholat. Bukan hanya sholat saja yang akan ditinggalkan, perlahan ia pun mulai meninggalkan al-Qur’an, karena baginya al-Qur’an tidak lagi menarik hatinya. Lanjut dengan kemalasan untuk datang kajian, karena nikmat ketaatannya sirna. 

Pada akhirnya, dia pun semakin jauh dari ketaatan. Maka dari itu agar jauh dari maksiat maka setiap muslim harus memperbaiki amalnya. Tingkatkan ihsanul amal atau perbuatan yang baik yaitu niat ikhlas karena Allah dan benar caranya sesuai syariat. 

Maksiat akan mengantarkan manusia ke neraka. Sedangkan amal yang baik akan mengantarkan ke surga. 

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

"Dia yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian -wahai manusia- siapa di antara kalian yang paling baik amalnya. Dia Maha Perkasa, tidak ada sesuatu pun yang bisa mengalahkan-Nya, Maha Pengampun atas dosa-dosa hamba-Nya yang bertobat kepada-Nya." (Al Mulk:2)

Wallahu a'lam bish showab.

Posting Komentar

0 Komentar