Serangan Kembali Terhadap Al-Aqsha, Daulah Islam Solusinya

Oleh : Muzaidah (Aktivis Muslimah)

Duka teramat dalam bukan hanya menimpa warga Palestina melainkan seluruh kaum muslim yang beriman. Atas perampasan yang masih berlanjut dari tanah wakaf peninggalan Umar bin Khatab bagi kaum muslim. Bahkan tentara zionis bukan hanya merampas saja namun juga merebut nyawa warga Palestina yang tak berdosa. Hal Ini pun tak bisa diselesaikan hanya dengan doa dan harta saja jika nyawa kaum muslimin masih jadi taruhannya. Sementara kemiliteran negeri-negeri kaum muslimin tak kunjung dikerahkan untuk membebaskan tanah yang diberkahi tersebut.

Maka, apakah nyawa warga Palestina harus habis ludes baru para penguasa negeri-negeri kaum muslimin bangkit? Apakah harus Allah menurunkan peringatan keras, barulah kaum muslim bersatu? Di manakah letak keimanan itu wahai kaum muslim? Saudaramu telah memanggil bertahun-tahun lamanya namun kau masih tak juga sadar wahai kaum muslimin. Lantas, di manakah hatimu?

Serangan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina hingga malam Ramadhan ke-27 terus dilakukan. Serangan yang paling jadi perhatian dunia internasional saat penggerudukan aparat Israel terhadap muslim Palestina di Masjid Al-Aqsa. Merujuk laporan dari Bulan Sabit Merah, terdapat 178 warga Palestina menderita luka-luka. Bahkan, 88 di antaranya masuk ke rumah sakit akibat serbuan polisi Israel ke Al-Aqsa, (viva.co.id, 10/05/2021).

Akibat peristiwa ini sejumlah pejabat negara mengecam atas tindakan keji zionis Israel, termasuk pejabat Indonesia. Komisi VIII DPR mengecam tindak kekerasan yang dilakukan polisi Israel terhadap warga Palestina di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem. Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily mengatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mesti turun tangan. "Saya kira PBB dan negara-negara OKI harus turun tangan untuk menyelesaikan kekerasan berdarah ini. Kekerasan ini harus disudahi," ujar Ace dalam keterangannya, (news.detik.com, 10/5/2021).

Serangan Israel terhadap jamaah tarawih masjid Al-Aqsha dan pengusiran terhadap warga Sayikah Jarrah, tidak layak direspon sekedar dengan kecaman oleh OKI dan mustahil diselesaikan dengan resolusi baru oleh PBB. Hal ini membutuhkan kekuatan tentara muslim yang membela kehormatan agamanya dan melindungi saudaranya. Agar zionis Israel bahkan musuh Islam tidak memberanikan diri untuk terus menyerang dan melancarkan aksi kotornya itu.

Sudah kewajiban para penguasa muslim untuk tegas dalam menindak kebusukan dari agresif penjajah Israel ini. Bukan berdiam diri bahkan sibuk mengecam tanpa menyiapkan kemiliteran baik untuk dikerahkan bagi warga Palestina, yang jelas saudara seimannya. Berlanjut pemikiran dari kapitalisme, yang sibuk dengan nasionalismenya (mementingkan negara sendiri) tanpa pusing memikirkan nasib muslim yang lain.

Padahal Rasulullah Saw. menegaskan pada kaum beriman:

Barangsiapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka.” (HR. Al-Hakim dan Baihaqi).

Nasionalisme yang disuburkan di tubuh-tubuh kaum muslim menjadikan individu tidak kokoh. Padahal Rasulullah mengajarkan kepedulian terhadap sesama muslim apalagi hal ini menyangkut tanah suci yang jelas Allah sendiri memerintahkan untuk menjaga bahkan merawat dengan segenap iman maupun nyawa sekalipun.

Dalam sistem Islam yang diterapkan secara keseluruhan, negara akan selalu menjaga negeri kaum muslim, baik dari harta bahkan nyawa sekalipun akan tetap dipertahankan. Hal ini yang pernah dilakukan khalifah sultan Hamid II. Di mana Al-Aqsha dipertahankan dengan segenap keimanan dan tegasnya dalam memimpin negara.

Yaitu ketika salah satu pemuka Yahudi meminta agar menukarkan Al-Aqsha dengan harta, namun sultan Hamid tetap kokoh dengan keimanan dan tak memberikannya kepada pemuka Yahudi tersebut dengan alasan tanah tersebut bukanlah haknya melainkan hak kaum muslim. Beliau bahkan rela menukar nyawanya sendiri jika tanah tersebut harus jatuh kepada kaum Yahudi.

Begitulah Islam bersama dengan pemimpinnya akan senantiasa tegas dalam bertindak bagi pelaku perusak dan pembuat onar. Bahkan Islam akan mengirimkan pasukan militernya untuk menolong negeri-negeri yang terzalimi dan bukan hanya sibuk mengecam sana sini.

Allah Swt. berfirman:

''Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Qs. Muhammad: 7).

Sudah saatnya kaum muslim melek, bukan tertidur atau menutup mata dan telinga atas kezaliman yang sudah terang-terangan ini. Karena menolong sesama muslim adalah salah satu kewajiban kaum muslimin yang harus dituntaskan. Dengan menerapkan syariat Islam secara keseluruhan dalam institusi negara maka akan menjaga negeri kaum muslim, keselamatan, kesenjangan sosial bahkan nyawa sekalipun.

Daulah Islam solusi tuntas dalam kezaliman yang kini dirasakan saudara kita di Palestina. Bukan meminta perlindungan pada negara yang masih menerapkan hukum kufur dan buatan manusia. Sehingga pelaksanaan solusi diserahkan pada badan Internasional yang jelas tak sudi membela Islam melainkan membuat makar untuk menjatuhkan Islam itu sendiri. Ini harus ada kesadaran keimanan dari kaum muslim akan kewajiban yang Allah bebankan sebagai wujud ketakwaan sesungguhnya. Untuk itu, kembali pada sistem Islam bukan merasa nyaman pada sistem kapitalis-demokrasi hari ini.

Wallahualam bissawab.

Posting Komentar

0 Komentar