Ada Apa dengan Negeriku?

Oleh: Jessy Tiara Putri (Aktivis Remaja Muslimah Karawang)

Rasanya mulai bermunculan para netizen yang mengungkapkan kekecewaannya diberbagai video atau foto, tentang ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi segala problematika yang terjadi dengan seruan "Ada Apa dengan Negeriku?"

Padahal bukan hanya netizen, ibu-ibu yang kesehariannya berkutat dengan tungku dan kualipun sudah sedari dulu lebih peka akan kondisi negara yang sudah tidak sehat dari sisi ekonomi

Tak main-main, dalam situasi tertimpa bencana virus Covid ini para pemegang jabatan masih sempat-sempatnya untuk mengambil uang haram bertriliun-triliun. Hak rakyat direnggut paksa dibalik kursi jabatan, jutaan perut kelaparan padahal hidup di atas bumi agraris.

Menanam batu dan kayu jadi tanaman, itulah konotasi yang sangat "di elu-elukan" negeri ini. Namun yang menjadi lelucon adalah mengimpor barang yang bisa dibuat sendiri, hingga akhirnya merusak harga didalam negeri yang membuat para petani merugi dan berakhir banting stir menjadi pekerja serabutan.

Negeri ini banyak sekali aturannya, tapi tidak satupun darinya yang solutif. Karena dasar dari terbentuknya aturan tersebut adalah asas manfaat bukan benar atau salah menurut Allah SWT. Jelaslah akan menimbulkan masalah baru lagi dan lagi.

Salah satu contohnya adalah pelarangan mudik dimasa pandemi. Itu tidaklah salah, karena didalam Islam ketika terjadi wabah maka diharuskan untuk me-lockdown daerah terjangkit. Namun yang keliru ialah, warga dilarang keras untuk tidak mudik tetapi, pariwisata dibuka lebar, dan para WNA melenggang dengan santai tanpa adanya sanksi atau larangan.

Jika alasannya untuk mempertahankan ekonomi negara, adalah omong kosong. Karena faktanya, wabah tak kunjung usai. Dan persebaran ekonomi pun belum pernah merata sampai saat ini lebih dari 76 tahun setelah merdeka.

Selama ini, sudah 7 kali berganti pemimpin namun nasib rakyat masih belum juga terjamin. Ini bisa ditarik kesimpulan, bahwasanya dalam pencapaian kesejahteraan bukan berganti kepemimpinan tapi sistem yang mengaturnya.

Jika kita terus berkutat dengan sistem kuno buatan manusia, sampai kapanpun hanya akan terjadi kesengsaraan dan kesenjangan didepan mata. Namun, jika kita mau berbesar hati untuk membuka mata dan pikiran agar kembali kepada aturan yang Haq dari Allah yang Maha Benar yaitu Al-Qur'an, sudah pastilah kedamaian yang akan tercipta.

Oleh karena itu, yuk ngaji Islam kaffah supaya menjadi generasi milenial yang taat syari'ah dan menjadi penerus bangsa dengan berlandaskan iman dan takwa kepada Allah Ta'ala.

Posting Komentar

0 Komentar