Krisis Palestina Butuh Junnah

Oleh : Puji Ariyanti (Pengamat Generasi)

Serangan udara Israel di jalur Gaza menghancurkan beberapa rumah dan menewaskan puluhan warga Palestina di Jalur Gaza. Ada 42 orang tewas, termasuk 10 anak-anak (Detiknews, 17/3/21).

Menurut Rauters, serangan udara  yang dilakukan Israel di jalur Gaza pada Minggu (16/5/2021) tercatat sebanyak 42 orang tewas, termasuk 10 anak. Sementara pihak Militer Israel mengklaim bahwa korban sipil yang berjatuhan itu tidak disengaja. Tindakan biadab ini pun mendapat dukungan penuh dari Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu. 

Bertahun-tahun negeri ini mengalami kedzaliman luar biasa. Di mana status politiknya masih dalam perdebatan. Tanpa ada kejelasan masa depan. Tanpa ada seorangpun penguasa yang mampu melindungi mereka barang sekedipan mata.

Mereka hanya beretorika untuk mengambil simpati internasional dalam kepentingan politik. Mereka bungkam, bahkan penguasa negeri muslim tidak mampu berbuat apa-apa.

Serangan brutal Israel terhadap Palestina telah memancing perhatian seluruh dunia, namun kekuatan Israel yang didukung Amerika Serikat hanya dihadapi dengan kecaman dan beragam resolusi. 

Negeri-negeri muslim yang mengelilingi Palestina, diam membisu. Bahkan Mesir yang berbatasan langsung dengan Gaza, menutup perbatasan dengan alasan nasional state. Termasuk apa yang dilakukan negara Arab dan dunia Islam lewat OKI hanya menunjukkan pembelaan setengah hati.

Peran Organisasi Kerjasama Islam (OKI), pada pertemuan virtual yang diketuai oleh Arab Saudi, telah menghimpun negara-negara Islam guna mencari solusi atas Palestina. Namun kenyataannya solusi yang ditawarkan berupa 18 kesepakatan perdamaian tersebut akhirnya hanya bermuara pada kecaman tanpa adanya upaya yang nyata (Republika.co.id, 16/05/21).

Hal senada pun disampaikan oleh Menlu RI, Retno LP Marsudi. Dalam penyampaiannya beliau menghimbau kepada OKI agar lebih memaksimalkan lagi perannya sehingga gencatan senjata dapat segera dilakukan. Dengan demikian segala bentuk kekerasan yang terjadi di Palestina dapat dihentikan, seraya menyampaikan pula bahwa Indonesia ikut mengecam tindakan yang dilakukan Israel terhadap Palestina. (Detiknews, 16/05/21)

Maka bisa diprediksi, AS akan membawa Palestina dan Israel ke meja perundingan, menekankan gencatan senjata, atau bahkan memulai pembicaraan kuat solusi dua negara. Namun, gencatan senjata maupun solusi dua negara sebenarnya tidak benar-benar menyelesaikan konflik. AS maupun Israel akan tarik ulur agar tujuan politik masing-masing tetap terjaga.

Maka tidak kepada siapapun  kita berharap dapat menghentikan semua tindakan brutal Israel kepada Palestina, tidak pada Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), ataupun Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Karena sejatinya PBB ataupun OKI mereka sama-sama besutan AS justru bermain dalam kisruhnya Palestina. Sudah barang tentu upaya yang dilakukan pun terkesan tidak serius.

Problem krisis Palestina bukan hanya bisa diselesaikan dengan menghapus eksistensi entitas Israel zionis dari tanah kharajiyah Palestina. Dalam hal ini butuh satu komando guna menghimpun tentara dari negara-negara muslim untuk kemudian dikerahkan menuju medan jihad.

Pembebasan tanah Palestina jelas tak mungkin bergantung pada Barat, yang sudah pasti berpihak pada Israel. Juga tidak mungkin berharap pada negeri Islam yang tunduk pada kepentingan Barat.

Permasalahan yang kini dihadapi oleh negeri kaum muslim di seluruh dunia hanya diselesaikan dengan cara diplomasi dan negosiasi. Ketiadaan kepemimpinan Islam (Imamah) melemahkan kehidupan umat Islam yang khas. Sehingga berpotensi melahirkan celah  perpecahan di dunia Islam,  termasuk sulitnya mencapai perdamaian dan persatuan. 

"Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim]

Selama ini bantuan yang diberikan kepada mereka hanya terfokus pada materi, seperti: makanan, pakaian, dan obat-obatan.  Sungguh ironi  karena kita hanya membantu korban, sedangkan musuh tidak dihadapi. Lalu sampai kapan korban terus berjatuhan?  Nah, untuk itulah begitu pentingnya junnah atau perisai bagi kaum muslimin yang akan menjamin darah kaum muslimin  tidak tertumpah. 

Andai setiap negeri muslim mengirimkan tentaranya, umat islam akan memiliki kekuatan  yang akan memerangi penjajah di negeri kaum muslim. Palestina salah satu negeri kaum muslim yang terbinasakan dan selama ini hanya perundingan-perundingan saja tanpa solusi.

Maka jangan ragu lagi satu-satunya solusi adalah Islam yang dapat memanusiakan manusia. Yang telah dicontohkan baginda Rasullah hingga kepemimpinan Khilafah setelahnya.[]

Wallahu'alam Bissawab.

Posting Komentar

0 Komentar