Menengok Cara Khalifah Mengatasi Kelaparan

Oleh: Choirin Fitri 

Kelaparan menjadi momok yang menakutkan di berbagai belahan negeri muslim. Banyak penyebab yang melatarbelakanginya. Salah satunya adalah konflik berkepanjangan yang tak kunjung usai. 

Dilansir oleh Republika.co.id tertanggal 1 Juni 2021. Berdasarkan studi yang diterbitkan Universitas Humboldt pada 2020, disebabkan konflik berkepanjangan, Suriah kehilangan 943 ribu hektar lahan pertanian antara tahun 2010 dan 2018. Depresiasi mata uang Suriah yang parah, juga memengaruhi daya beli warga di seluruh negeri. Hal ini membuat warga yang beralih menjadikan roti sebagai makanan utamanya pun bertambah.

Hingga Februari 2021, Program Pangan Dunia, setidaknya 12,4 juta warga dari 16 juta warga Suriah mengalami kerawanan pangan. Jumlah ini bertambah 3,1 juta dari tahun lalu. World Food Programme (WFP) juga memperkirakan 46 persen keluarga di Suriah telah mengurangi jatah makanan harian mereka, dan 38 persen orang dewasa telah mengurangi konsumsi pangan mereka, agar anak-anak mereka memiliki cukup makanan.

Berita ini sungguh menyesakkan dada. Ketika kita bisa menikmati roti sepuasnya sampai kenyang. Bahkan, sering pula terbuang karena tidak termakan. Salah satu bagian dunia muslim malah kekurangan makanan. 

Apa ini karena Allah tidak menyediakan makanan yang cukup bagi penduduk bumi? Tentu tidak. Allah telah menjamin bahwa ketika Allah menciptakan manusia, Dia pun telah menjamin terpenuhinya kebutuhan pokoknya. 

Allah berfirman,

هُوَ الَّذِىۡ خَلَقَ لَـكُمۡ مَّا فِى الۡاَرۡضِ جَمِيۡعًا ثُمَّ اسۡتَوٰۤى اِلَى السَّمَآءِ فَسَوّٰٮهُنَّ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ‌ؕ وَهُوَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمٌ

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” (Al-Barqarah:29)

Ayai ini adalah bukti bahwa Allah telah menciptakan bumi beserta isinya untuk segenap manusia. Lalu, dimana letak kesalahannya? Keserakahan  sistem kapitalislah biang keroknya. Pangan yang harusnya cukup jadi tidak terdistribusi dengan sempurna. Ada negara yang pangannya meluber hingga terbuang. Ada pula negara yang rakyatnya tak bisa kenyang. 

Ditambah lagi dengan konflik dan perang berkepanjangan yang dibuat untuk menghimpit kaum muslimin hingga mereka tidak mampu menikmati kehidupan selayaknya manusia. Mereka kekurangan pangan, keamanan sulit didapat, minus kesejahteraan, bahkan untuk ber-Islam bukan perkara mudah. 

Padahal, sejatinya tugas adanya negara adalah sebagai raa'in. Pengurus umat. Ia akan bertanggung jawab terhadap seluruh urusan rakyatnya. Baik dalam perkara pangan, keamanan, pendidikan, kesehatan, maupun berbagai perkara lainnya. 

Sayang seribu sayang negara dalam kungkungan sistem kapitalis saat ini telah gagal dalam pengurusan rakyat. Derita rakyat yang berkepanjangan adalah bukti kegagalan sistem ini. Bahkan, untuk memenuhi pangan rakyatnya, negara tidak mampu. Sungguh ironis. 

Dalam Islam, Khalifah sebagai pemimpin tunggal kaum Muslim di seluruh dunia memiliki tanggung jawab yang begitu besar dalam mengurusi urusan umat. Rasulullah Saw. bersabda:

الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Makna raa’in ini telah digambarkan dengan jelas oleh Umar bin Khaththab, ketika beliau memanggul sendiri sekarung gandum untuk diberikan kepada seorang ibu dan dua anaknya yang kelaparan, sampai-sampai Si Ibu memasak batu.  Atau ketika beliau di tengah malam membangunkan istrinya untuk menolong seorang perempuan yang hendak melahirkan .

Begitu juga yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang berusaha keras memakmurkan rakyat dalam 2,5 tahun pemerintahannya sampai-sampai tidak didapati seorangpun yang berhak menerima zakat. Maasya Allah.

Khalifah inilah yang akan mampu memberikan jaminan pangan terbaik bagi rakyatnya dengan sistem distribusi terbaik. Mekanisme ekonomi yang diterapkan oleh negara berdasarkan syariat Islam juga akan menghasilkan kesejahteraan. Tentu, hal ini tidak akan bisa didapatkan jika sistem kapitalis masih bercokol dalam kehidupan. 

Sehingga, satu-satunya cara untuk mengembalikan kesejahteraan rakyat adalah mencampakkan sistem kapitalis. Lalu, mengembalikan Khilafah pada garis edarnya. Artinya, hanya Khilafah yang layak diperjuangkan. Tanpa nanti, tanpa tapi.

Posting Komentar

0 Komentar