Oleh : Siti Kuraesin (Aktivis Remaja Muslimah Karawang)
Meilhat moral generasi yang semakin hari semakin bobrok, rasanya ingin menyadarkan bahwa kondisi ini sudah saatnya untuk kita evaluasi. Bagaimana tidak? Sebagai anak seharusnya kita menghormati orangtua, membantu meringankan pekerjaan mereka, bukan malah membentak, membantah, apalagi sampai tega menghabisi nyawanya.
Seperti kasus terbaru seorang pemuda asal Cianjur rela menghabisi nyawa ayahnya hanya karena marah di bangunkan dari tidur siang, (kompas.com, 01/04/2021) Astaghfirullah, bagaimana bisa dengan mudahnya berbuat hal sekeji itu pada orangtuanya sendiri? Benar-benar meresahkan ya teman-teman.
Kalau kita mau menilik, kasus serupa seperti ini bukan hanya kali ini saja, dari sini harusnya kita sudah bisa menyimpulkan bahwa ada yang tidak beres dengan generasi kita saat ini, Bagaimana bisa mereka melakukan hal seperti itu? Apakah mereka tidak takut dosa? Atau bahkan sengaja melupakan dosa dan meremehkan hukum Allah?
Sistem liberal (faham kebebasan) telah berhasil menjadikan generasi saat ini tak ingin di atur, serba ingin bebas, sehingga tidak memiliki jati dii, liberalisme memandang manusia bebas melakukan apapun yang mereka inginkan tanpa melihat halal atau haram, benar atau salah, mereka hanya fokus pada pemenuhan nafsu mereka. Kok bisa sampai segininya?
Karena generasi kita sengaja di pisahkan dari agama (sekularisme), hingga mereka tidak faham bagaimana harusnya mereka bersikap dan menghormati orangtua sesuai dengan tuntunan agama. Jadi, tidak heran jika setiap hari kita menyaksikan kedurhakaan seorang anak pada orangtuanya.
Individualis juga menjadi salah satu faktor terjadinya kondisi ini, karena tugas kita untuk beramar ma'ruf nahi munkar tidak terwujud dalam masyarakat. Belum lagi dengan sistem pendidikan yang konsepnya semakin jauh dari Islam.
Benar-benar berbanding terbalik dengan Islam. Islam memandang bahwa tujuan hidup ini adalah untuk beribadah secara total kepada Allah. Dengan begitu setiap apa yang akan kita lakukan kita bisa mempertimbangkan baik dan buruknya. Karena kita sadar, sekecil apapun perbuatan akan di mintai pertanggungjawaban.
Islam telah mengatur bagaimana cara kita memuliakan dan mentaati orangtua, selama mereka memerintahkan kita pada kebenaran, Allah SWT berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۗ وَاِنْ جَاهَدٰكَ لِتُشْرِكَ بِيْ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۗ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
"Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 8)
Islam juga memerintahkan negara untuk memberikan pelayanan gratis dan merata bagi setiap rakyatnya dan tentunya pendidikan dalam Islam bukan hanya fokus membentuk generasi cerdas dalam bidang akademik, tapi juga berkepribadian Islam. Dan semua ini hanya akan terwujud dalam negara yang menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan.
Islam terbukti mampu mencetak generasi cemerlang hingga 1400 tahun lamanya. Yuk segara ambil pilihan terbaik untuk memperbaiki generasi masa depan, dengan cara belajar dan mendakwahkan Islam kaffah bersama kelompok dakwah Islam ideologis.
Wallahu'alam
0 Komentar