Nasionalisme Menjadi Sekat Ukhuwah Islamiyyah

Oleh : Leni Setiani (Aktivis Muslimah Karawang)

Jum'at, 7 Mei 2021 masjid Al-aqso kembali diserang secara brutal. Polisi Israel menyerang menggunakan granat kejut dan peluru karet pada para jemaah. Sedikitnya 205 warga Palestina terluka dalam bentrokan tersebut. 

Menurut Nida Ibrahim dari Al Jazeera, beberapa hari kedepan situasi masih akan memanas. Karena pada hari Senin Israel menyebutnya sebagai hari Yerusalem. Bertepatan dengan malam ganjil yang kemungkinan Lailatul Qodar yaitu malam paling suci di bulan Ramadhan.

Hal ini menuai kecaman dari berbagai komunitas internasional, tak terkecuali Majelis Ulama Indonesia (MUI). (suara.com, 09/05/21).

Dari awal abad 20 sampai dengan hari ini, konflik antara Israel dengan Palestina tak kunjung mereda. Israel terus menunjukkan perlawanannya atas Palestina. Sudah terlalu banyak syuhada yang gugur di Palestina, akibat biadab nya israel.

Disisi lain saat Palestina diserang oleh Israel, negeri-negeri kaum muslimin yang lainnya hanya mampu mengecam tak mampu berbuat apa-apa. Karena mereka tersekat garis imaginary yang lahir dari demokrasi.

Ini semua berawal dari mayoritas negeri negeri kaum muslimin tak lagi menjadikan Islam sebagai peraturan, dan lebih memilih menggunakan sistem kapitalis buatan manusia yang tak mengimani Allah. Sistem yang sejatinya menjadi sumber problem hari ini. Dari sistem inilah, lahir sekat-sekat yang memisahkan antar muslim. Mereka tak mampu menolong saudara seaqidahnya ketika dalam keadaan terjajah. Atas nama berbeda negara mereka tak mempedulikan nasib sesama saudara seimannya itu. Mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri.


 Islam punya solusi

Allah telah menurunkan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup manusia. Didalamnya terdapat tuntunan bagaimana menjalankan kehidupan dengan benar agar manusia tetap dalam fitrahnya. 

Setiap dari masalah yang dihadapi individu, kelompok, masyarakat bahkan negara, Islam punya solusi tuntas. Dari solusi itu tidak akan melahirkan problem baru.

Dalam Islam, kaum muslimin ibarat satu tubuh. Ketika ada bagian yang terluka, maka bagian tubuh lain merasakan sakitnya. Sebagaimana suatu hadis Nabi Muhammad SAW, 

"Perumpamaan kaum Muslimin dalam urusan kasih sayang dan tolong-menolong bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka menjalarlah penderitaan itu ke seluruh badan hingga tidak dapat tidur dan (merasa) panas."  diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

Maka kemanakah bagian tubuh itu yang seharusnya ikut merasakan sakit ketika darah terkucur dari bagian tubuh lain? Ternyata sekat nasionalisme telah membius dengan embel-embel kemerdekaan ilusinya.

Kaum muslimin seharusnya sadar, bahwa segala macam permasalahan yang saat ini terjadi karena mengabaikan Al-Qur'an. Al-Qur'an hanya di jadikan pajangan di lemari lemari, dan ajang perlombaan untuk mendapatkan kemenangan yang semu.

Yang seharusnya Al Qur'an untuk diterapkan. Satu-satunya cara agar kaum muslimin terbebas dari penjajahan adalah dengan menerapkan Al-Qur'an. Yaitu dengan menegakkan kembali hukum hukum Islam sebagi junnah atau perisai.

Dengan diterapkannya sistem Islam, maka kaum muslimin akan kembali seperti mulanya ketika Islam dimenangkan oleh Allah SWT. Semua umat  hidup sejah tera dibawah naungan sistem Islam. Seperti zaman keemasan kekhilafahan utsmani saat kholifah Harun Ar-Rasyid memimpin, tak ada mustahiq zakat. Maa syaa Allah

WaLlahu'alam

Posting Komentar

0 Komentar