Radikalisme Kembali Digoreng, Hutang Negara Bisa Lunas?

Oleh : Masrina Sitanggang (Mahasiswa dan Aktivis dakwah UINSU)

Terkait USU yang menggaungkan Pencegahan paham radikalisme dan terorisme di Indonesia yang  perlu untuk terus ditingkatkan dan dilakukan secara masif di berbagai institusi, termasuk perguruan tinggi. Atas dasar hal tersebut, Universitas Sumatera Utara (USU) melalui Rektor Dr Muryanto Amin SSos MSi, melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan PT Perkebunan Nusantara Holding, bertempat di Ballroom JW Marriot, Jalan Lingkar Mega Kuningan Jakarta, Selasa (15/6). Seminar tersebut menghadirkan Rektor USU Dr Muryanto Amin, sebagai salah satu pembicara, di samping Kepala BNPT Periode 2026-2020 Komjen Pol Drs Suhardi Allius MH dan Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayjend TNI Hendri Paruhuman Lubis.

Negara harus melihat secara jujur dan adil tentang prioritas kasus yang butuh penanganan serius, dan yang sangat merugikan negara untuk diselesaikan terlebih dahulu. Tidak melulu mengangkat isu yang tidak berkaitan dengan masalah negara yang sebenarnya. Kampus harus dikembalikan kepada fungsi awalnya tanpa harus terwarnai dengan intervensi tidak produktif dari negara. Yang harusnya pendidikan itu ditujukan untuk meningkatkan taraf kehidupan dimasa mendatang, malah sibuk memnggaung-gaungkan isu radikalisme didalamnya. Sistem kapitalis memaksa dunia kampus bergerak jauh dari tujuan yang ingin dicapainya.

Apabila kita lihat dengan seksama, bahwa yang merugikan negara ternyata bukanlah terorisme melainkan banyaknya tikus-tikus berdasi yang serakah menghianati rakyat serta menggerogoti keuangan negera. Sehingga negara harus melakukan utang keluar negeri untuk menutupi kekurangan. sebenarnya negara ini merupakan wilayah yang kaya akan hasil alam, namun utang semakin menumpuk. Lucunya, yang digemborkan adalah masalah radikalisme. Seakan orang-orang radikal yang menjadikan negara dalam masa kritis dengan jumlah utang yang fantastis jumlahnya.

Rakyat tidak berpendidikan sekalipun bisa menilai secara jelas yangdd mana masalah sebenarnya dan mana masalah yang tidak perlu digubris apalagi digemborkan. Hingga saat ini, isu terorisme masih sangat diragukan masyarakat karena sering terjadi ketika negara dalam masalah. Sehingga masyarakat mulai curiga apakah berita terkait terorisme tersebut hanya sebagai pengalihan isu? 

Mengingat ciri-ciri yang telah dilabeli seperti menurut  Rubaidi (2007), ciri-ciri gerakan radikalisme dalam agama ditandai dengan salah satunya adalah Menjadikan Islam sebagai ideologi final dalam mengatur kehidupan individual dan juga politik ketatanegaraan. Jika ini adalah tolak ukur untuk disebut radikalis, maka jelas tidak bertentangan dengan hati nurani masyarakat. Siapapun orangnya pasti ingin melaksanakan perintah Tuhannya, untuk menjadikan Islam sebagai peraturan hidup. sebagaimana dalam surah Al-Baqarah :208  Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِى السِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ  ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah : 208)

Melihat dari ayat ini, Allah menyeru kepada orang yang beriman, agar masuk kedalam Islam secara keseluruhan. Bukan hanya soal ibadah solat, puasa semata tapi keseluruhan. Allah memerintahkan ini jelas bukan tanpa alasan dibaliknya. Melainkan karena Islam memiliki aturan yang lengkap untuk seluruh sistem kehidupan manusia. 

Islam adalah agama yang memiliki aturan lengkap dan merupakan Rahmat bagi seluruh alam, termasuk non muslim dan setiap makhluk yang ada di dalamnya. Tidak ada orang yang dirugikan ketika Islam diterapkan, kecuali segelintir orang yang memiliki kepentingan untuk diri dan golongannya, maka  hal ini akan menjadi ancaman baginya. 

Di dalam sistem kekhilafahan Islam, antara pemerintah pusat dengan kebijakan-kebijakan di dalam sektor pendidikan, ekonomi, keamanan, dan kesehatan selalu berintegrasi dan berbanding lurus sehingga melahirkan kehidupan yang ideal. Namun semuanya tidak terlepas dari ketakwaan individu, kontrol dari masyarakat, serta tanggung jawab dari negara.  Inilah rahasia kesejahteraan ummat yang sesungguhnya.

Posting Komentar

0 Komentar