Oleh : Azizah Ratna (Mahasiswi STEI Hamfara Yogyakarta)
Virus corona varian baru asal India, di Indonesia kini semakin bertambah. Kasus terbaru, sebanyak 13 anak buah kapal (ABK) berkewargaan Filipina melakukan bongkar muatan di Cilacap, Jawa Tengah, dinyatakan terpapar virus asal India tersebut. Belasan ABK tersebut kini sedang menjalani isolasi dan perawatan di RSUD Cilacap.
Pemerintah Kabupaten Cilacap lantas menindaklanjuti temuan itu dengan melakukan penelusuran kontak erat terhadap tenaga kesehatan dan pegawai RSUD Cilacap yang menangani para ABK. "Berdasarkan hasil pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) yang dilakukan oleh Balitbangkes Kemenkes terhadap 13 anak buah kapal berkewarganegaraan Filipina yang terkonfirmasi positif Covid-19 adalah varian India B.1617.2," kata Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji, Sabtu (22/5).
Terpisah, Sekda Kabupaten Cilacap, Farid Ma'ruf mengatakan, 2 dari 13 ABK yang positif terinfeksi varian baru corona asal India sudah sembuh. Sementara 11 lainnya masih dirawat di RSUD Cilacap. "Kelihatannya yang sembuh sudah dipulangkan ke negaranya. Kalau kapalnya sudah dibawa ke Singapura," kata Farid.
Sementara itu, baru-baru ini Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga menemukan dua kasus penularan SARS-CoV-2 varian B.1617.2. Kasus itu ditemukan secara berkala melalui pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti mengatakan, pihaknya mengirim 352 spesimen terduga mutasi Covid-19. Namun, baru 17 spesimen yang sudah selesai diteliti. "Hasil yang sudah keluar dari Litbangkes ditemukan dua kasus dengan variant of concern (VoC) B.1617.2 India. Sementara 15 spesimen tidak ditemukan mutasi virus, dan yang lainnya masih menunggu hasil," kata Widyastuti, dalam keterangan tertulis.
Widyastuti menyampaikan salah satu spesimen di antaranya adalah milik seorang tenaga kesehatan, sementara spesimen kedua milik warga negara India yang baru tiba di Indonesia. WN India itu dinyatakan tertular corona varian India pada 30 April. Ia dirawat di rumah sakit usai hasil tes PCR menunjukkan positif Covid-19.
Namun demikian, Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa dua temuan kasus B1617 di ibu kota itu bukan merupakan temuan baru. Data Kemenkes masih mencatat terdapat 10 kasus B1617 India. Rinciannya, seorang pekerja migran Indonesia (PMI) asal Kota Medan, Sumatera Utara, dua orang WNI asal kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), dan seorang WNI asal kota Prabumulih, Sumsel. Kemudian, seorang WNI asal kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Sumsel, seorang WNI yang bekerja di kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah (Kalteng), dua orang WNI asal kota Palangkaraya, Kalteng.
Selanjutnya, dua kasus varian B1617 lainnya datang dari WNI Jakarta yang merupakan tenaga kesehatan dan seorang WN India yang masuk via Jakarta untuk mengunjungi keluarga domisili di Batam. "Iya, [dua varian yang diumumkan DKI] kasus lama," kata Juru Bicara Vaksinasi dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi melalui pesan singkat.
Ia belum memberikan respons atas temuan varian B1617 terhadap 13 ABK Filipina yang singgah di Cilacap itu. Bila temuan itu terkonfirmasi, maka sejauh ini sudah ada 23 kasus varian B1617 yang ditemukan di Indonesia. Kemudian 14 kasus varian B117 asal Inggris, dan 2 kasus varian B1351 asal Afrika Selatan.
Salah satu virus asal Inggris ini terdeteksi pertama kali pada bulan september 2020 lalu dan telah ditemukan di 100 Negara dan salah satunya adalah Indonesia. Sebuah penelitian menyatakan bahwa virus ini sangat mematikan dibanding virus corona biasa, dan harus di tanggapi dengan serius.
Tetapi Pakar Biologi Molekuler Ahmad Rusdan Utomo mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu takut, tetap waspada dan memiliki wawasan terhadap virus varian baru ini. Menurutnya, ibarat manusia, ada yang memiliki rambut warna hitam atau kuning, tetapi keduanya tetap dikatakan manusia. Begitu pun virus Covid-19 dan B117, keduanya sama-sama virus Corona, sehingga gejala, penularan, dan penanganannya relatif sama.
Sebenarnya, yang lebih berbahaya itu adalah perilaku masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan (prokes) dan penanganan pemerintah yang dinilai kurang ketat. Padahal, kunci utama penanganan virus Corona, baik covid-19 ataupun varian lainnya seperti B117 atau N439K adalah 5M oleh masyarakat dan 3T oleh pemerintah. 5M yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Karena hingga kini, masyarakat masih banyak yang abai terhadap prokes tersebut.
Ahmad Utomo menambahkan, testing dan tracing di Indonesia masih lemah. Padahal, menurut WHO kedua hal tersebut merupakan tulang punggung respons penanganan pandemi. Program vaksinasi masal jika tidak disertai dengan penelusuran kontak erat dan tes massal, akan membiarkan virus ini leluasa menyebar dan menginfeksi manusia.
Rasa ketidakpercayaan Masyarakat terhadap sistem Islam tidak akan pernah ada, karena Islam menanggulangi wabah dengan cepat. Dan akan terjalin hubungan yang baik antara rakyat dengan penguasa. Penguasa dengan segenap hati mencari solusi terbaik agar segera terselesaikannya sebuah masalah, dan tidak akan menumpuk-numpuk hingga akhirnya terabaikan.
Tidak akan ada pula bantahan dari umat, karena mereka semua sudah faham bahwasannya sistem Islam ini tidak akan mengecewakan sama sekali. Sistem politik Islam akan menghimpun para penguasa yang amanah dan kapabel, pengurus umat yang paham agama dan berkarakter pemimpin bervisi.
Selanjutnya, selain adanya kepercayaan penuh umat kepada penguasa, penguasa akan menggandeng para pakar dalam menyelesaikan problematik yang ada. Sebab, segala sesuatu jika tidak diserahkan kepada ahlinya, akan binasa. Begitu pun sistem kesehatan, akan mandiri diurusi pemerintah, tidak menyerahkannya pada swasta.
Penelitian untuk bisa mendapatkan vaksin akan didukung bukan malah dipangkas karena bermental impor. Kondisi perekonomian akibat pandemi yang berimbas atas sebagian masyarakat, akan dengan cepat mendapat penanganan. Selain birokrasi yang mudah, penguasanya juga tak berprofesi sebagai koruptor. Semua ini berepangkal dari sehatnya kas negara yaitu Baitulmal.
Keuangan negara di bawah Baitulmal akan kuat dan stabil. Sehingga, negara tidak perlu berutang hanya untuk membeli vaksin, misalnya. Yang terpenting, sinergisitas penguasa dan masyarakat untuk saling bahu-membahu menyelesaikan pandemi, akan mempercepat umur wabah. Masyarakat akan terus menjaga prokes dengan 5M-nya dan penguasa akan masif menjalankan 3T-nya.
Aparat juga sigap menghukum siapa saja yang melanggar, seperti menciptakan kerumunan, tak peduli apakah dia rakyat atau pejabat, semua diperlakukkan sama. Semakin mengancamnya varian virus Corona terhadap keselamatan masyarakat adalah sesuatu yang niscaya jika pengurusan penanggulangan wabah masih di tangan penguasa dalam sistem kapitalisme demokrasi. Maka dari itu, mari kita terapkan sistem yang melahirkan penguasa amanah dan kapabel agar dunia segera terbebas dari Corona dan wabah penyakit lainnya. Semua itu hanya mungkin terwujud dalam sistem Islam secarah Kaffah (Menyeluruh).
Wallahu 'alam bishshawab
0 Komentar