Oleh : Cindy Y.Muthmainnah (Anggota Lingkar Studi Muslimah Bali)
Momen hari raya idul Adha seringkali mengingatkan kita akan pengorbanan keluarga Nabi Ibrahim AS. Sudah masyhur kisahnya diceritakan namun tak jarang kita belum bisa menghayati arti sebuah pengorbanan.
Sebagai hamba Allah, hukum asalnya kita wajib taat kepada seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Taat tentu butuh pengorbanan. Terlebih bila kita seribgkali mengaku mencintai Allah dan RasulNya, wujudnya tidak lain adalah dengan ketaatan dan itu butuh pengorbanan.
Allah ta’ala berfirman: “Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (Qs Ali Imron; 31)
Bukti cinta adalah dengan ketaatan dan ketaatan butuh pengorbanan.
Seseorang yang akan melaksanakan sholat, harus mengorbankan waktu dan tenanganya untuk menunaikan sholat. Kaum muslimin juga diwajibkan berzakat, maka harus rela mengorbankan hartanya. Jadi, ada banyak syariat(aturan) Allah yang tentu tidak bisa kita tunaikan tanpa ada pengorbanan, baik dari sisi pemikiran, tenaga, waktu dan juga harta.
Wujud komitmen kita agar bisa taat tentu harus rela berkorban. Apabila kesadaran tersebut belum muncul pastinya akan merasa berat menunaikan aturan-aturan Allah seperti sholat, puasa,zakat, haji dan lain sebagainya. Layaknya anak kecil yang belum memiliki kesadaran, mereka seringkali abai dan lalai. Oleh karena itu penting membentuk kesadaran melalui menanamkan pemahaman tentang arti penting sebuah pengorbanan dalam setiap amal yang kita lakukan. Ketika sudah terbentuk kesadaran, maka akan mudah untuk berkorban dalam rangka mentaati Allah dan RasulNya.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar