Corona Menggila, Apotek di Serbu Warga



Oleh : Siti Masliha, S.Pd (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

Hari ini pegerakan laju virus corona masih tinggi. Hampir seluruh daerah di Indonesia terpapar virus yang mematikan ini. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa-Bali untuk menekan laju penularan virus corona.

Dengan kondisi negeri yang masih tinggi angka persebaran virus corona, masyarakat memburu obat-obatan agar daya tubuh kuat dan tidak terjangkiti virus. Selain obat-obatan barang-barang kesehatan yang di buru masyarakat adalah hand saitezer dan masker. Kedua barang ini menjadi kebutuhan yang mendesak yang diperlukan masyarakat saat ini.

Namun ditengah kondisi saat ini ada sejumlah pihak yang berbuat curang memanfaatkan keadaan.  Menurut ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengingatkan apotek mengenai bahaya menjual obat keras tanpa resep dokter. Belakangan ini, apotek banyak diserbu warga untuk mencari obat untuk pasien Covid-19 yang terpaksa isolasi mandiri tanpa pemantauan tenaga kesehatan karena fasilitas kesehatan kolaps.

Tak jarang, obat-obatan yang dicari oleh warga berbekal pengetahuannya dari internet atau testimoni kerabat mereka, dan ternyata tergolong dalam kategori obat keras. "Diatur Undang-Undang lho, bahwa apotek tidak boleh menjual antibiotik daftar G (obat keras), apalagi antivirus kepada masyarakat langsung, harus dengan resep dokter," jelas Zubairi kepada Kompas.com, Sabtu (3/7/2021). (KOMPAS.com, Sabtu, 3 Juli 2021)

Selain obat-obatan, harga hand sainitezer dan masker juga melambung tunggi. Sebagaimana dilansir dalam kompas.com, selain masker jenis N95, masker bedah juga sudah mulai langka. Hal itu karena pembeli yang kehabisan masker jenis N95 beralih membeli masker bedah tersebut.

"Masker biasa juga sudah stok terakhir, kemarin orang karena masker N95 habis, jadinya beli masker biasa. Kemarin orang beli kartonan, sekarang mah paling per boks saja sisaan," ujar Aya saat itu. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menduga ada penimbunan masker sehingga harga meroket.

"Penimbunan tersebut akan mengacaukan distribusi masker di pasaran dan dampaknya harga masker jadi melambung tinggi," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi dalam keterangannya, 14 Februari 2020. 

Selain masker, harga hand sanitizer di online shop atau toko online juga tak wajar. Dipantau Kompas pada 4 Maret 2020, harga sejumlah merek hand sanitizer melambung tinggi di beberapa platform e-commerce. Hand sanitizer yang biasanya dijual belasan ribu rupiah, naik menjadi Rp 49.000 sampai Rp 70.000. (Kompas.com selasa, 02/03/20221)

Dari dua fakta di atas sangatlah miris kondisi negeri ini. Rakyat menginginkan sehat namun ada sebagian pihak memanfaatkan kondisi ini untuk meraup keuntungan yang berlebih. Rakyat menjerit mencari obat-obatan dan alat kesehatan namun harganya ditinggikan. Tidak ada aturan yang pasti dari pemerintah membuat semakin leluasanya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan aksinya. Mereka tega memeras rakyat demi keuntungan pribadi. Mereka juga tega mempermainkan rakyat ditengah kondisi yang terjepit saat ini. Selain itu tidak ada sanksi yang tegas dari pemerintah membuat pihak-pihak ini tidak jera dan melakukan aksi kembali. Sanksi yang ringan membuat mereka semakin brutal. 

Terkait kondisi ini, tampak jelas bahwa negara dengan sumber daya kesehatan yang lemah menerima pukulan lebih dasyat dibanding dengan negara yang sumber daya kesehatanya kuat. Indonesia adalah salah satu negara dengan sumber daya kesehatan yang lemah yang babak belur dihajar pandemi. Faktor utamanya adalah lambannya respon pemerintah dan tidak efektifnya ditribusi sumber kesehatan.

Berkenaan dengan hal diatas , selain karena masalah political will pemerintah, juga terkendala oleh keterbatasan stok obat. Masih hangat dalam ingatan kita di awal pandemi terjadi kelangkaan vitamin C, multivitamin, dan berbagai jenis obat lainnya. Selain itu juga terjadi kelangkaan handsaitezer dan masker. Kelangkaan ini terjadi karena kita terbiasa mengandalkan obat import dalam pengadaan obat. Ketika negara supplier terkena pandemi yang sama, tentu mereka memprioritaskan alokasi produknya untuk masyarakat di negerinya dibandingkan untuk mengekspor kepada kita. 

Inilah tabiat negara dengan mengemban ideologi kapitalisme. Negara berlepas tangan atas urusan rakyat. Rakyat dibiarkan berjuang sendiri untuk melawan pandemi. Rakyat juga dibiarkan mencari obat-obatan dan alat-alat kesehatan untuk menyambung hidupnya. Penguasa tidak mempedulikan hidup rakyat. Solusi tambal sulam yang diberikan oleh pemerintah tidak memberikan solusi yang berarti. Akibatnya pandemi semakin menjadi jadi. 

Hari ini rakyat butuh tangan penguasa untuk mengurusnya. Tak ada penguasa, rakyat bak anak ayam kehilangan induknya. Mereka berjuang sendiri untuk memenuhi segala kebutuhan bahkan berjuang mempertaruhakan nyawanya di tengah pandemi. Hal ini mustahil didapatkan di sistem kapitalisme saat ini.  Hari ini rakyat butuh sistem yang benar-benar mengurusnya dengan baik. 

Dalam sistem Islam negara hadir untuk mengurus rakyat dalam masalah kesehatan. Selain itu negara hadir memberikan fasilitas dan obat-obatan secara gratis. Negara dengan visi yang besar mengurus rakyat dengan persfektif Islam. Kesehatan adalah kebutuhan asasi yang harus dikecap oleh manusia dalam hidupnya. Kesehatan termasuk pelayanan umum dan kemaslahatan hidup terpenting. Negara merupakan pihak yang berkewajiban mewujudkan pemenuhan kesehatan untuk seluruh rakyatnya. Islam telah menetapkan bahwa akan menjamin kebutuhan akan kesehatan adalah negara. Pengadaan dan jaminan terhadap kesehatan ditanggung sepenuhnya oleh negara, baik untuk orang miskin maupun kaya, muslim maupun non muslim. Baitul Maal akan menanggung pembiayannya. Negara juga akan menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana kesehatan serta obat-obatan secara gratis untuk rakyat. 

Pada masa lalu Daulah islamiyah telah menjalankan fungsi ini dengan sangat baik. Di masa itu banyak rumah-rumah pengobatan didirikan. Bahkan negara mendorong sepenuhnya riset terhadap obat-obatan serta teknik-teknik pengobatan baru. Rasullah pernah membangun tempat pengobatan untuk orang-orang sakit dan membiayainya dengan harta dari Baitul Maal.

Dalam buku Tarikhul Islamiyah Al Siyasi menceritakan bahwa Umar telah sesuatu dari Baitul Maal untuk membantu kaum yang terserang penyakit lepra di jalan menuju Syams, ketika Beliau melewati daerah tersebut. Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh para Khalifah dan wali-wali. Bahkan Khalifah Walid Bin Abdul Malik secara khusus memberikan bantuan kepada orang terkena penyakit lepra.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar