Lonjakan Kasus Covid-19 Bukti Kegagalan Penanganan Wabah dalam Sistem Kapitalisme

Oleh : Iis Kurniawati, S. Pd

Dari hari ke hari penyebaran virus corona mengalami peningkatan hampir di seluruh daerah, begitu pula di Kabupaten Sumedang. Dengan melonjaknya kasus penyebaran virus corona  sejumlah aktivitas warga dan tempat-tempat umum kini dibatasi dan dilarang oleh pemerintah dan harus dipatuhi oleh masyarakat. Informasi dihimpun dari data COVID-19 yang ditayangkan Instagram humas Kabupaten Sumedang, Tercatat jumlah kasus COVID-19 Sebanyak 4. 827, 156 orang dirawat dan diisolasi, 4. 546 orang sembuh dan 125 orang meninggal. Sebelumnya level penyebaran COVID-19 di Kabupaten Sumedang masuk Zona kuning dan kini naik ke Zona orange. Selain itu, sumedang masuk bagian Bandung Raya yang berstatus siaga 1 Corona. 

“Semua tempat wisata dan tempat hiburan ditutup sementara. Resto, kafe, dan rumah makan hanya melayani takeaway,” kata Kapolres Summedang AKBP Eko Prasetyo Rpbbyanto. Detikcom, (18/6/2021).

Kegiatan seperti meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) di hotel tidak diperbolehkan. Operasional mall, resto, kafe, rumah makan, toko modern, PKL kuliner atau pakaian dibatasi hingga pukul 19.00 WIB. Sementara pasar tradisional jam operasional dibatasi hingga pukul 10.00 WIB. 

Semakin melonjaknya kasus positif Covid-19 membuat ruang isolasi Covid di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sumedang Penuh. Bahkan melebihi kapasitas bed. Akibatnya, IGD rumah sakit untuk sementara hanya menerima pasien Covid rujukan dari fasilitas kesehatan pertama (FKTP), dan pasien Covid yang sudah membawa hasil rapid antigen. Direktur RSUD Sumedang, Aceng Solehudin menuturkan, RSUD Sumedang saat ini dipenuhi oleh pasien suspek Covid-19 yang hasil tes antigennya reaktif, dan ada gejala baik ringan maupun berat. Atas kondisi ini pihaknya tidak bisa menolak pasien-pasien tersebut. 

“Harusnya pasien-pasien ini dijemput oleh layanan 119, tapi ini banyak yang datang pakai kendaraan umum, ini tentunya sangat berbahaya karena berpotensi penularan, “kata Aceng, kamis(17/6). https://sumedang.radarbandung.id

Akar masalah dari lonjakan kasus covid saat ini bersala dari kurang seriusnya penanganan covid dan kebijakan yang diterapkan selama wabah covid – 19 terjadi. Buka tutup tempat wisata yang terkesan plin-plan, pembatasan tempat hiburan yang banyak dilanggar, serta kesadaran dari masyarakat yang masih rendah. Sungguh ironi ketika sekolah-sekolah diliburkan, namun tempat wisata dan tempat hiburan tetap beroperasi.

Hal ini akan terus terjadi selama sistem yang diadopsi masih menggunakan sistem yang batil. Dimana sistem sekuler senantiasa menjadikan materi sebagai prioritas. Untuk menyelesaikan masalah ini dibutuhkan sistem kepemimpinan yang sohih yakni kepemimpinan dalam naungan islam. Sistem pemerintahan dalam islam mewujudkan hifdzu an nafs (menjaga jiwa) dalam kondisi apapun terlebih lagi dalam masa pandemi. Dalam sistem islam sedari awal untuk menekan kasus positif karena wabah akan diberlakukan lockdown local disumber daerah penyakit akan diterapkan. Kemudian negara akan melakukan tracing kepada masyarakat. Tracing ini bisa dilakukan dengan tes SWAB ataupun dengan rapid test secara masal dan tentunya gratis. Tracing ini berfungsi untuk memisahkan antara yang sakit dengan orang yang sehat. Untuk yang terinfeksi maka negara akan memberikan layanan medis yang memadai dan berkualitas hingga pasien mencapai kesembuhan. Sedangkan bagi yang sehat, mereka dapat beraktivitas normal tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Kebijakan ini dinilai dapat meminimalisir kasus penyebaran dan infeksi covid-19. Negara juga akan menjamin ketersediaan APD yang cukup, rumah sakit dengan tingkat isolasi yang berkualitas. Asupan vitamin yang dibutuhkan serta makanan yang sehat yang dibutuhkan. Dengan penanganan sebagaimana yang dilakukan dalam sistem islam tentunya lonajakan pasien yang  terjadi seperti saat ini tidak akan pernah terjadi. 

Wallahu A`lam Bisha-Whab

Posting Komentar

0 Komentar