Oleh: Ayu Susanti, S.Pd
Landainya kasus covid-19 sepertinya belum menemukan titik terang. Semakin hari semakin bertambah. Hampir seluruh masyarakat dikhawatirkan dengan semakin naiknya kasus covid-19 ini. Tentu pandemi ini berdampak pada semua bidang kehidupan manusia, tanpa terkecuali dalam hal pendidikan.
Pendidikan dalam masa pandemi tentu menyisakan berbagai persoalan. Dimana wabah ini mengharuskan kita untuk selalu menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas sehingga pendidikan pun mau tidak mau harus dilakukan secara daring dan meminimalisasi tatap muka secara langsung untuk menjaga kesehatan semua pihak.
Pembelajaran yang dilakukan daring tentu bukanlah hal yang mudah. Berbagai masalah muncul dirasakan oleh semua pihak, termasuk guru, siswa dan orang tua. Masalah-masalah yang ada hingga saat ini sepertinya belum menemukan penyelesaian yang berarti. Pembelajaran daring yang menguras waktu dan tenaga, membuat para siswa dan orangtua jenuh. Materi pelajaran pun tak menjamin bisa diserap semua oleh siswa. Apakah tujuan pendidikan akan terealisasi dengan berbagai kendala yang ada? Apakah bisa mencetak generasi penerus bangsa dengan kondisi yang seperti ini?
Di saat beberapa waktu lalu ada sedikit angin segar untuk melakukan pembelajaran tatap muka, namun sepertinya hal itu harus ditunda terlebih dahulu. Karena lonjakan kasus covid-19 yang cukup mengkhawatirkan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Purwanto menuturkan pada pertengahan Juli nanti pihaknya telah menyiapkan rencana pemberlakuan PTM secata bertahap di sejumlah sekolah. Namun, melihat gelagat penyebaran Covid-19 yang masih tinggi, pihaknya tak ingin mengambil risiko. "Dengan kasus Covid-19 seperti saat ini, kemungkinan besar PTM tidak jadi diterapkan," ujar Purwanto, Senin (21/6/2021). Meski begitu, lanjut Purwanto, pihaknya telah menyiapkan solusi lain yakni dengan meningkatkan model pembelajaran daring maupun blended learning. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di rumah ini semua kepala sekolah akan diberi jalan atau tata kelola dalam hal pembelajaran daring yang baik. (https://m.bisnis.com/, 21/06/2021).
Tidak hanya di Purwakarta pembelajaran tatap muka tidak jadi diterapkan, namun di daerah lain pun demikian. Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Karawang, Nandang Mulyana berharap, kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka yang rencananya bakal digelar kembali awal Juli mendatang, ditunda lagi. Alasannya, saat ini kasus Covid-19 di Karawang, Jawa Barat, meningkat lagi, bahkan lebih meluas dari sebelumnya. Menurut Nandang, keselamatan siswa dan tenaga pendidik harus menjadi prioritas utama. Atas dasar itu, KBM tatap muka di Karawang belum bisa dilaksanakan saat pandemi Covid-19 semakin meningkat. (https://www.pikiran-rakyat.com, 20/06/2021).
Melihat hal ini, guru, siswa dan orangtua akan kembali merasakan pembelajaran daring dan dengan berbagai persoalannya.
Kebijakan pembelajaran daring ini menyisakan banyak persoalan. Seperti kemampuan penyediaan alat bantu daring yang masih terbatas, banyak yang tidak sanggup membeli kuota atau memiliki gadget yang bisa digunakan untuk belajar daring, kompetensi pelajaran yang tidak bisa dicapai, pembentukan mindset dan perilaku yang tidak bisa dilakukan melalui daring, serta kemampuan akses teknologi yang belum merata.
Persoalan tersebut hanyalah sebagian kecil persoalan yang dirasakan dalam hal pendidikan di saat pandemi. Hal ini semakin parah karena sejak awal pun sistem pendidikan yang diberlakukan berdiri atas sistem hidup sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) sehingga output pendidikan semakin kabur.
Sistem hidup sekulerisme yang menjadikan manusia membuat aturannya sendiri sudah menggeserkan posisi Sang Pencipta, Allah untuk membuat hukum. Sehingga dalam pengaturan pendidikan pun manusia yang membuatnya. Padahal jika dikembalikan kepada Sang Khalik, di dalam Islam sudah sangat jelas pengaturan dan mekanisme pendidikan untuk semua warga.
Persoalan wabah ini sudah semakin mencekam. Seharusnya semua fokus untuk menyelesaikan wabah dengan penuh serius dan tanggung jawab. Karena jika hal ini dibiarkan maka lambat laun pandemi ini akan menggerogoti kehidupan manusia termasuk berdampak negatif pada pendidikan. Seharusnya pemerintah mengambil kebijakan untuk menangani wabah dengan solusi yang tepat, penuh dengan tanggung jawab, keseriusan, ketegasan dan konsisten. Termasuk untuk memikirkan kualitas pendidikan di masa pandemi ini. Jangan sampai pandemi menjadi hambatan untuk melahirkan generasi yang berkualitas. Karena yang menggantikan estafet kepemimpinan di masa depan adalah generasi penerus saat ini.
Tak hanya itu, pemerintah pun haruslah memikirkan kebijakan kurikulum yang bisa mencetak generasi cerdas, tanguh dan berkualitas. Dan hal ini tentu tidak bisa terjadi jika kurikulum yang dipakai adalah kurikulum yang berlandaskan pada sistem hidup buatan manusia. Saat manusia melahirkan sistem hidup untuk mengatur hidupnya maka yang terjadi hanyalah kerusakan belaka. Karena sifat manusia serba lemah dan terbatas sehingga saat dia melahirkan sebuah aturan maka aturannya pun tidak jauh berbeda dengan sifat manusia yakni memiliki kelemahan dan keterbatasan. Dan hal ini tentu tidak bisa menyelesaikan masalah pendidikan dengan tuntas seperti masalah anggaran pendidikan, sarana dan prasarana, kurikulum serta kualitas guru.
Berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah aturan yang Allah turunkan untuk manusia agar bisa menyelesaikan semua persoalan hidup manusia dengan baik. Islam menuntun manusia ke jalan yang benar dan lurus sehingga manusia bisa selamat dunia dan akhirat. Islam adalah aturan yang sempurna sehingga masalah apapun ada penyelesaiannya termasuk dalam hal pendidikan.
Pendidikan dalam Islam adalah kebutuhan semua warga. Maka pemerintah akan memikirkan dan megusahakan pendidikan yang berkualitas untuk semua warga agar bisa melahirkan generasi penerus yang tidak hanya cerdas dan berkualitas namun bertakwa kepada Allah. Dengan landasan akidah Islam, sistem pendidikan berdiri dengan kurikulum dan strategi pendidikan yang baik. Sehingga output yang dilahirkan adalah sosok yang berkepribadian islam, menguasai ilmu sains dan teknologi serta tsaqofah islam.
Pemerintah akan terus memperhatikan pendidikan dalam kondisi normal atau pandemi sekalipun. Karena pemerintah bertanggung jawab atas pengurusan semua urusan rakyatnya termasuk wajib memenuhi kebutuhan dasar warganya yakni pendidikan. Karena hal ini akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah.
Dalam masa pandemi pun akan senantiasa dipikirkan bagaimana metode pembelajaran yang tepat agar tujuan pendidikan bisa tercapai yakni bisa membentuk generasi penerus yang berkepribadian islam serta menguasai tsaqofah islam dan ilmu sains teknologi. Fasilitas dalam pendidikan pun akan diperhatikan agar proses pembelajaran bisa tertunaikan dengan baik. Kualitas guru pun akan senantiasa diperhatikan terutama di masa wabah. Semua hal yang berkaitan dengan teknis akan serta merta dipikirkan dengan matang agar proses pendidikan ini terus berjalan dengan baik tanpa harus ada masalah yang berarti.
Oleh karena itu jika kita mau terlepas dari masalah yang ada terutama masalah pendidikan, maka kembalilah kepada aturan Islam yang sempurna dan menyeluruh. Karena hanya Islamlah satu-satunya sistem hidup yang bisa melahirkan kemaslahatan bagi manusia. Jadi, kita tak akan lagi bingung mau dibawa kemanakah arah pendidikan di masa pandemi, jika aturan yang dipakai adalah aturan Islam.
Wallahu’alam bi-showab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar