PPKM Darurat, Penyebab Rusaknya Mentalitas Rakyat


Oleh: Annisa (Lingkar Studi Muslimah Bali)

Hingga saat ini kasus virus Covid-19 di Indonesia semakin meningkat, korban jiwa berjatuhan, rumah sakit di daerah Jawa dan Bali dipenuhi oleh pasien yang telah terpapar Covid-19. Dikutip dari data statistik per 20/07/2021. Kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 2,9 Juta kasus dan 74.920 kasus meninggal dunia.

Fakta lain dikutip dari health.detik.com (19/7/2021), mencatat penambahan 34.257 kasus baru Covid-19. Total pasien sebanyak 542.938. Provinsi Jawa Barat mencatat penambahan kasus terbanyak dengan jumlah 7.282 kasus. Di bawahnya terdapat DKI Jakarta dengan 5000 kasus dan Jawa Timur dengan 4.423 kasus.

Untuk menekan laju penyebaran virus Covid-19, pemerintah telah membuat kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang telah dilaksanakan pada tanggal 3-20 Juli 2021. Namun hingga hari ini semenjak diberlakukan PPKM Darurat , kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia bertambah di angka yang cukup tinggi justru di hari terakhir penerapan PPKM Darurat. Selasa, 20/07/2021 sebanyak 1.280 kasus kematian dalam sahari. Dengan total kematian 76.200 orang (cnbcindonesia.com).

Sebagai evalusai dari implementasi PPKM Darurat tersebut, PPKM Darurat resmi diperpanjang berdasarkan informasi dari TEMPO.com per Selasa, 21/07/2021, Pemerintah resmi memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM Darurat hingga 25 Juli 2021. Kegiatan ekonomi akan diperlonggar pada 26 Juli 2021 jika indikator rata-rata penambahan kasus positif Covid-19 harian menunjukkan perbaikan.

Adapun dampak PPKM terhadap masyarakat, Pemerintah menghimbau masyarakat untuk melakukan aktivitas di dalam rumah. Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk menutup pusat perbelanjaan seperti mall dan pasar kecuali pedagang esensial yang menjual makanan dan sembako, selain itu pedagang non esensial seperti pedagang aksesoris, pakaian, meuble bengkel, dan lain-lain untuk sementara waktu di tutup selama berlangsungnya PPKM Darurat.

Kebijakan pemerintah terkait PPKM Darurat banyak menuai kontra di kalangan masyarakat kecil, mereka panik dan bingung karena harus bertahan hidup di tengah pembatasan, sementara bantuan sosial yang disediakan pemerintah sangat kurang memadai.

Tidak hanya itu, masyarakat melakukan perlawanan terhadap aparat yang bertugas untuk melakukan razia pedagang kaki lima yang tetap berdagang selama PPKM sedang berlangsung. Bahkan baru-baru ini terjadi kekerasan yang dilakukan oknum Satpol PP terhadap seorang wanita yang sedang hamil 9 bulan dan menyebabkan wanita tersebut pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Dari fakta-fakta di atas kita bisa menyimpulkan bahwa kebijakan pemerintah terkait PPKM Darurat sejauh ini belum bisa menjadi solusi untuk mengatasi penekanan penyebarab virus Covid-19, justru kebijakan PPKM ini menimbulkan masalah baru di tengah-tengah masyarakat kecil yang kehilangan pekerjaan dan harus bertahan hidup di tengah-tengah pembatasan. Kondisi seperti ini justru menciptakan kesenjangan sosial ekonomi di tengah masyarakat. Yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Kondisi seperti ini sangat berdampak kepada mentalitas masyarakat kecil yang mengalami stess dan depresi akibat beban hidup yang semakin berat, masalah ini juga bisa menjadi faktor pendorong menurunnya sel imun dalam tubuh. Sehingga tubuh mudah terserang virus-virus jahat dan perlahan membiarkan rakyat mati kelaparan.
Padahal seharusnya pemerintah lebih obyektif dan transparan dalam menetukan kebijakan, pemerintah juga harus menjamin kesejahteraan rakyat dengan menyediakan fasilitas serta bantuan sosial yang memadai sehingga rakyat dapat menjalankan aktivitas dengan aman selama PPKM.

Dengan alasan kepentingan bersama, pemerintah justru seolah hanya mementingkan kepentingan sendiri dengan tidak memikirkan dampak buruk yang akan dihadapi rakyat kecil yang semakin sulit bertahan hidup akibat PPKM Darurat.

Mirisnya menyaksikan realitas  ummat di tengah-tengah wabah. Jauhnya kehidupan dari nilai-nilai Islam adalah faktor utama penyebab lahirnya kerusakan tingkah dan pola perilaku manusia. Akibat sistem kapitalisme yang melahirkan aturan yang sangat bertolak belakang dengan kepentingan ummat dan melahirkan begitu banyak penyimpangan di tengah-tengah ummat.

Jika ditarik kembali pada zaman Rasulullah SAW dan para sahabat justru Islam hadir sebagai solusi dari segala problematika kehidupan termasuk solusi yang Islam berikan dalam menghadapi wabah.

Pada zaman Umar bin Khattab ra. pernah terjadi wabah yang disebut tho'un. Dikutip dari dompetdhuafa.com, cerita ini dikisahkan dalam buku Biografi Umar bin Khattab karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi.

Pada saat itu, tahun 18 Hijriah, Umar bersama para sahabat melakukan perjalanan ke Syam. Di perbatasan, mereka mendapat sebuah kabar tentang penyakit yang menjangkiti wilayah tersebut. Penyakit ini bernama wabah Tha’un Amwas yang menyebabkan benjolan di seluruh tubuh. Jika benjolan terus tumbuh nantinya akan pecah, mengalami pendarahan, dan dapat berakhir pada kematian.

Gubernur Syam yang saat itu memimpin, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, segera mendatangi Umar di perbatasan dan menyampaikan kondisi tersebut. Umar pun tidak sampai masuk ke daerah Syam dan segera pulang ke Madinah. Umar mengirim perintah kepada Abu Ubaidah dan memintanya untuk menyelamatkan penduduk dari wabah. Para penduduk dibawa ke tempat yang aman dan tidak berpotensi untuk menularkan, yaitu ke dataran tinggi yang lebih luas dan udara yang bersih.

“Sesungguhnya Yordania adalah tanah yang dipenuhi rawa dan Al Jabiyah, tanah yang bersih dan jauh dari wabah penyakit, maka bawalah kaum muslimin ke sana," perintah Umar kepada Abu Ubaidah. Akibat wabah tersebut tercatat 20 ribu orang wafat, termasuk di dalamnya adalah Abu Ubaidah yang kakinya terkena luka dan tak sempat diselamatkan akibat wabah penyakit yang mengenai dirinya. Setelah penduduk diselematkan dan tinggal di pegunungan, wabah pun reda dan wilayah Syam kembali normal.

Itulah beberapa peristiwa wabah penyakit yang pernah terjadi di masa Rasulullah SAW dan Umar bin Khattab. Dapat kita ambil hikmah, bahwa di masa tersebut Rasulullah dan Umar mengambil keputusan yang benar. Mereka membatasi interaksi sosial, melakukan karantina wilayah, menyelamatkan penduduk dengan berada di wilayah yang aman, serta terus mencari penyebab penyakit tersebut agar mampu diselesaikan dari sumber utamanya.

Jika dibandingkan dengan kebijakan pemerintah hari ini. Betapa lambannya penanganan yang dilakukan pemerintah sehingga hal ini memberikan efek dan imbas buruk kepada ummat. Ummat hari ini dipaksa untuk mengikuti aturan yang telah dibuat demi kepentingan penguasa semata. Penguasa semakin sejahtera sementara ummat semakin menjerit.

Saatnya ummat kembali kepada Islam sebagai solusi atas setiap problematika kehidupan yang terjadi di tegah-tengah ummat, Covid-19 hanyalah sebagian kecil dari berbagai masalah yang tak kunjung usai akibat sitem kapitalisme dan sekularisme yanng mencampakkan hukum Allah. Bagaimana seharusnya seorang muslim menyikapi setiap persoalan termasuk dalam urusan bernegara serta melibatkan Allah dalam setiap urusan. Sehingga ummat Islam tidak mudah tertipu oleh orang-orang kafir yang ingin memecah belah ummat dengan segala tipu daya.

Allah berfirman dalam Q.S Ali Imron ayat 120 yang berbunyi : 
اِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۖ وَاِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَّفْرَحُوْا بِهَا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْـًٔا ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ ࣖ
artinya : "Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan."

Selain itu dalam menghadapi wabah di tengah penguasa zholim kita juga harus instrospeksi diri, bisa jadi ini adalah teguran dari Allah karena ternyata kita masih banyak mengabaikan hukum-hukum Allah. Padahal Allah telah berfirman dalam Q.S AL Baqarah 128 ; 
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."

Sehingga akibat dari tidak ditegakkannya hukum Allah memberikan peluang bagi orang-orang kafir dan penguasa-pengusa zholim berkuasa atas kehidupan ummat islam. Sebagaimana firman Allah dalam surat QS. Al-An'am Ayat 129 yang berbunyi ;
وَكَذٰلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّٰلِمِيْنَ بَعْضًاۢ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ࣖ
artinya : "Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zalim berteman dengan sesamanya, sesuai dengan apa yang mereka kerjakan."

Padahal jika dilihat dari kondisi saat ini ummat Islam justru menjadi mayoritas penduduk di negeri ini. Namun karena terlalu sombong sehingga mengganti hukum Allah dengan hukum buatan manusia, menjadikan ummat Islam tidak berdaya di hadapan musuh meski dengan jumlah yang banyak.

Sebagaimana firman Allah dalam surat QS. At-Taubah Ayat 25
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِيْ مَوَاطِنَ كَثِيْرَةٍۙ وَّيَوْمَ حُنَيْنٍۙ اِذْ اَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْـًٔا وَّضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْاَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَۚ
artinya : "Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang."

Ayat ini menjelaskan bahwa persatuan ummat tidak akan ada manfaatnya jika kemaksitan masih tersebar diantara mereka, maksudnya ummat masih bergabung dalam barisan orang-orang yang membenci ajaran Allah dan Rasul-Nya. Karena sikap yang tepat dalam menghadapi ummat saat ini adalah dengan memberikan nasihat bukan mendiamkan kesalahan.

Solusi dari banyaknya problematika kehidupan saat ini adalah dengan membersihkan diri dari dosa terutama kesyirikan dan kembali untuk mentauhidkan Allah. Dari situ, maka terciptalah pribadi yang mampu menyikapi berbagai masalah kemodernan saat ini. Pembelajaran awal untuk memulai menegakkan diri di atas Al Qur'an dan Hadist sebagai pedoman hidup dan itulah yang menjadi kekuatan awal melawan orientalisme.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar