PPKM : Dirumah Saja, Siapa Kasih Makan?


Oleh: Ela Nurlela

Menggelitik sekali sebuah tema yang dibahas dalam sebuah talkshow di stasiun TV swasta nasional pada hari Selasa tgl 6Juli 2021. Tema inilah yang sering dibahas dalam menyikapi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang sedang berlangsung di pulau Jawa dan Bali dari tanggal 3 Juli sampai 20 Juli 2021. Banyak protes yang dikeluhkan kalangan masyarakat terutama masyarakat bawah yang untuk mendapatkan sesuap nasi harus mencari nafkah setiap hari. Kalau kegiatan mencari nafkahnya dibatasi oleh Pemerintah lalu siapa yang akan memberi makan mereka selama PPKM itu diberlakhkan. Maka jangan heran jika masih banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan masyarakat, hal ini bukan berarti mereka itu tidak mau mengikuti aturan Pemerintah tapi apalah daya jika anak isteri mereka terlantar hnya karena tulang punggung keluarga tidak boleh keluar mencari nafkah.

Tidak akan menolong banyak bantuan-bantuan dari Pemerintah , hanya untuk bertahan beberapa hari saja.. solusi yang diberikan Pemerintah sifatnya pragmatis saja. Tentu ini tidak bisa menolong Indonesia dari gempuran virus covid- 19. 

Pandemi juga pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW, contohnyanya penyakit thaun. Rasul bersabda: "Jika kalian mendengar penyakit Thaun mewabah di suatu daerah, Maka jangan masuk ke daerah itu. Apabila kalian berada di daerah tersebut, jangan hengkang (lari) dari Thaun" (HR. Imam Bukhari). 

Bagaimana nasib orang-orang yang berada di daerah yang terkena wabah itu?. Sistem Islam telah mengatur penanggulangan pandemi untuk para korban yang berada didaerah wabah tsb yaitu dengan meriayah mereka, melayani mereka tanpa membuat mereka harus keluar rumah mencari nafkah. Negara mencukupi semua kebutuhan-kebutuhan mereka contohnya makanan dan obat-obatan, pelayanan kesehatan, pendidikan dll. Orangtua maupun anak-anak, orang kaya maupun orang miskin, semuanya terlayani. Mereka yang sedang sakit itu tidak usah memikirkan biaya hidup , biaya pengobatan dll. Sehingga mereka tidak usah keluar dari rumahnya. Penyebaran viruspun akan semakin menyempit dan akhirnya akan cepat menghilang. Merekapun akan cepat sembuh karena selalu tersedia obat-obatan dan psikisnya pun tidak terganggu, tidak stres. 

Tentu sangat jauh berbeda dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh negara yang dipengaruhi sistem kapitalisme dan liberalisme. Sistem ini bukan bersandarkan kepada ridho Allah, tapi bersandarkan kepada azas manfaat yang diterimanya, kalau kebijakan itu memberikan keuntungan untuk pribadinya atau golongannya atau kaum kapitalis lainnya maka kebijakan itulah yang ditekankan kepada rakyat. Termasuk dalam penanggulangan pandemi ini, beberapa hal kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat diantaranya: Pelarangan mudik kepada rakyat namun diwaktu yang sama pemerintah membuka kran masuknya TKA china ke Indonesia. Kebijakan UU Minerba yang baru yang cenderung menguntungkan para pengusaha batubara , UU Cipta kerja , pelaksanaan kartu pra kerja karena tidak semua buruh bisa merasakan kebijakan ini, Pariwisata dan mall-mall dibuka sementara tempat-tempat peribadatan ditutup dll. Termasuk kebijakan PPKM skala mikrodan PPKM darurat mengharuskan sebagian rakyat diam di rumah , tidak bisa mencari nafkah. Maka tak heran kalau ada kalimat dirumah saja siapa yang kasih makan? jadi jangan heran mereka dengan berbagai cara pergi keluar rumah untuk mencari makan walaupun keadaan mereka masih sakit tanpa memperhatikan penyebaran virus kepada yang lain. Jadi hanya hukum islamlah yang bisa memberikan solusi setiap permasalahan hidup umat manusia di dunia.

Wallahu 'alam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar